Alqurannya bagus. Tulisan rancak, kualitas kertas cetaknya pun membuat semakin bagus untuk dibaca, menyenangkan sekali kalau membaca Alquran yang bersumber dari tempat turunnya itu.
Bagi Bustanul Arifin, Quran itu sekalian diberikan kepada dua peserta sesuai persediannya. Terima kasih Bustanul Arifin, semoga ke Mekkah besok ini kembali membawa Alquran untuk kami wartawan.
Ikhlas Bakri memang sangat terinspirasi sekali untuk mengangkat acara ini. Sepertinya, Pemimpin Umum Minangkabaunews.com ini banyak membaca dan mengetahui tentang keistimewaan membaca Alquran di bulan puasa.
Apalagi bagi yang sempat jadi hafidz Quran. Ini akan jadi manfaat yang luar biasa terhadap diri dan orangtuanya sekaligus di akhirat kelak.
Tak heran, pengalaman dan pengetahuan Ikhlas Bakri semacam itu, dia selalu apresiasi terhadap anak yang hafidz Quran.
Malam itu, sebelum tadarus dimulai, Ikhlas Bakri dan Fadhil memberikan reward kepada dua anak wartawan yang tergolong hafidz Quran.
Sayang, tadarusan di PWI itu belum diikuti oleh semua wartawan yang tergabung di PWI.
Tapi tak masalah. Yang penting, ajakan untuk kebaikan, seruan untuk menegakkan Ramadan lewat membaca kitab suci secara bersama, sudah disebar, dan sudah dierdarkan.
Pesan tersiratnya dari tadarusan ini, adalah bagaimana wartawan menggelorakan kegiatan tadarus. Tradisi mengaji bersama di masjid dan surau.
Dulu, tadarus di masjid dan surau itu tiap malam dilakukan. Kala itu Quran masih terbilang sedikit, penerangan listrik belum merata, tetapi di masjid dan surau tidak ada yang pengeras suara yang mengaji.
Tapi langsung orang yang mengaji. Sekarang, masjid dan surau juga ada kesibukannya untuk mengaji, tapi suara rekaman. (ad/red)