Fokus untuk menuntaskan bacaan Quran. Tujuan tadarus bersama ini, adalah untuk menambah ibadah Ramadan.
Apalagi Alquran adalah kitab suci yang diturunkan pada bulan puasa. Di tambah, ayat pertama turun itu, erat sekali hubungan dengan dunia wartawan.
Ya, dunia tulis dan baca. Itu kesimpulan ayat pertama turun. Paling tidak, dengan tadarus ini, PWI ingin para wartawan kembali bergairah untuk mengutamakan bacaan kitab yang jadi pedoman hidup itu.
Nabi Muhammad Saw pun menganjurkan umatnya untuk menyinari tempat kediaman, tempat nongkrong dan tempat lainnya, dengan banyak shalat dan membaca Alquran.
Bahkan, siapa yang sering mengkhatam Al-Quran, ada jaminan baginya untuk tidak pikun dalam hidup ini.
Hari ini, kita sinari PWI dengan cahaya Alquran. Dari hikmah bacaan Quran ini, kita tebar narasi kebaikan, narasi yang berpihak pada masyarakat, narasi yang bisa dipedomani oleh pemimpin dan orang yang dipimpinnya.
Tentu kegiatan semacam ini jadi perdana dilakukan wartawan lewat kesatuan PWI di Pariaman. Soal buka puasa bersama, itu kegiatan yang acap dan hampir tiap bulan puasa dilakukan PWI.
Tapi, soal tadarus, mendengungkan Alquran secara bersama, mungkin pertama dan tentu untuk dijadikan sebagai kalender tetap PWI, setidaknya dalam momen Ramadan.
Masing-masing wartawan sengaja bawa Alquran dari rumahnya. Sudah pasti. PWI bukan masjid dan surau yang selalu tersedia Alquran. Tapi, PWI sebuah kantor tempat ngumpul, tempat diskusi, dan sekali ini tempat tadarus, yang Alqurannya dibawa dari rumah.
Tapi banyak juga kawan yang memakai Alquran di handphone. Yang paling istimewa tentu Bustanul Arifin Khatib Bandaro.
Dua buah Alquran dibawanya. Hebatnya, kata dia, Quran itu langsung dari Mekkah dibawanya. Wartawan yang mencaleg itu memang sering ke Tanah Suci. Dia penggiat umrah.