Mohon tunggu...
Tuanku Damanhuri
Tuanku Damanhuri Mohon Tunggu... Penulis - Padang Pariaman Bicara

Lakuang maninjau kalam manyigi

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Menikam Jejak Tuanku Bagindo Lubuak Pua di Ranah Lansek Manih

29 Februari 2024   08:28 Diperbarui: 29 Februari 2024   08:31 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin 26 Februari 2024 itu bertepatan dengan separoh jalannya bulan Sya'ban. Dan menjadi wirid bagi pelanjut jemaah Tuanku Bagindo Lubuak Pua dalam melakukan ziarah.

Ziarah dekat namanya, terutama ke guru Tuanku Bagindo Lubuak Pua di Koto VII, setelah sebelumnya ziarah ke daerah yang jauh, Banda Aceh. Ziarah dekat tak sebanyak ziarah jauh.

Hanya satu bus pariwisata. Jemaah ini dipimpin Nursyamsu alias Bujang bersama Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro, memulai kegiatan ziarah di makam Tuanku Bagindo Lubuak Pua itu sendiri.

Tuanku Bagindo Lubuak Pua ini lebih populer, dan terkenal dengan ulama kharismatik, punya pengaruh yang amat sangat luar biasa.

Muhammad Umar nama lengkapnya. Tapi namanya tak semashur gelarnya Tuanku Bagindo. Hidup dalam rentang 1875 - 1955 M, dan mengembangkan ilmunya di Surau Pekuburan yang menjadi tempat kelahiran ulama besar dan alim dulunya hingga saat ini.

Nah, ziarah dekat di sejumlah daerah di Sumbar, Senin itu juga bagian dari mendalami tentang sosok Tuanku Bagindo itu sendiri dengan Shatariyah yang dikembangkannya di Surau Pekuburan.

Ya, napak tilas. Karena dari sekian banyak yang kami kunjungi hari itu, termasuk guru langsung Tuanku Bagindo di Koto VII, Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung.

Dari Lubuak Pua, perjalanan ziarah yang sekaligus menyambut datangnya bulan puasa ini berlanjut ke Malalo, Kabupaten Tanah Datar.

Ke makam Uwai Limopuluah. Nun jauh di atas bukit di Duo Koto Malalo. Uwai Limopuluah adalah ulama yang hidup dan mashur di abad XVII.

Djinang namanya. Setelah mengaji, dia bergelar "Pakiah Madjolelo". Menurut sejumlah sumber, dia hidup dalam rentang 1730-1930 M.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun