Ziarah adalah ibadah sunat. Di Padang Pariaman, lazim masyarakat melakukan rangkaian ziarah pada momen puasa menjelang.
Di samping "Basafa" yang menjadi puncak ziarah ke Ulakan, makan Syekh Burhanuddin, menjelang puasa masuk juga menjadi rutinitas tersendiri oleh para ulama, tuanku, labai bersama jemaahnya.
Syekh Burhanuddin Ulakan terkenal ulama pembawa peradaban Islam lewat Shatariyah, setelah mengaji dengan Syekh Abdurrauf as-Singkili.
Dengan menziarahi dua tempat bersejarah di Aceh ini, jemaah bisa kembali menapaktilasi Shatariyah itu sendiri.
Shatariyah yang dari Syekh Abdurrauf as-Singkili ini besar dan mendominasi di kalangan masyarakat dan jemaah di Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Syekh Abdurrauf as-Singkili adalah ulama Aceh yang tidak hanya dikenal masyarakat Aceh atau Nusantara pada umunya, tapi juga di dunia internasional.Â
Nama lengkapnya adalah Aminudin Abdurrauf bin Ali al-Jawi Tsumal Fansuri as-Singkili. Ia dilahirkan di Singkil Aceh pada tahun 1024 H atau 1615 M. Syekh Abdurrauf as-Singkil dikenal juga dengan gelar Teungku Syekh Kuala.
Sebagai ulama besar di Aceh, pada abad ke 17, terkenal dan fenomenal fatwanya, yakni tentang bolehnya wanita jadi pemimpin.
Artinya, keadilan dan kesetaraan gender, sudah lama adanya, dan dipahami oleh Syekh Abdurrauf as-Singkili sebagai persamaan hak dan kewajiban dalam urusan dunia.
Makanya, tersebut di Aceh ini tokoh pahlawan nasional dari daerah ini dari kalangan perempuan hebat dan tangguh.
Hebat agama dan syariatnya, lincah dan piawai dalam memimpin pergerakan. Salah satunya, Cut Nyak Dien. Perempuan hebat, ikut berjuang bersama suaminya, sehingga ia diberi gelar pahlawan nasional oleh negara.