Surau bertingkat ini sepertinya khas dari dulu. Sewaktu bangunan kayu, Madrasatul 'Ulum tetap berlantai dua.
Lantai dua khusus tempat shalat lima waktu secara berjamaah, tempat tinggal Buya, sekaligus tempat kegiatan perayaan, latihan pidato dan kegiatan serimonial lainnya.
Sama dengan kondisi sekarang, lantai dua tetap untuk ibadah, mengaji dan kegiatan perayaan. Sedangkan asrama santri selain di atas anjung itu.
Lantai dua atau di atas ajung tempat mengaji kelas tujuh. Kelas yang juga disebut "marapulai kaji" di Lubuk Pandan. Itu kelas yang langsung Buya menghadapinya tiap pagi.
Sejak berdiri hingga saat ini, di Madrasatul 'Ulum tercatat dipimpin oleh ulama-ulama yang kuat pertaliannya dengan tradisi pesantren itu sendiri.
Semasa Buya masih aktif di penghujung usianya, ikut H. Iskandar Tuanku Mudo memimpin dan mengajar di Lubuk Pandan.
Iskandar adalah ulama asli Lubuk Pandan, lama mengaji di Surau Kubu, Ujung Gunung. Dia pernah jadi anggota DPRD Padang Pariaman dari Golkar, tapi tak sampai satu periode karena meninggal dunia saat menjabat sebagai anggota dewan.
Iskandar pernah pula terpilih jadi Ketua Tanfidziah PCNU Padang Pariaman tahun 1994.Â
Meskipun Iskandar lebih memilih NU sebagai wadah berorganisasinya, Buya tetap dengan khas awalnya. Khas gurunya di MTI Jaho, Syekh Muhammad Djamil Jaho, salah seorang ulama pendiri Tarbiyah Perti.
Buya ikut di dalam organisasi Tarbiyah Perti ini. Berkali-kali ikut iven organisasi, keberadaanya di organisasi ikut menentukan jalannya kebijakan organisasi yang lahir 1928 tersebut.
Lalu, H. Marzuki Tuanku Labai Nan Basa. Alumni Madrasatul 'Ulum asal Singgalang, Tanah Datar ini memimpin dan mengajar di Lubuk Pandan dari 1994 - 2020.