KEGIATAN menulis bagi sebagian orang merupakan suatu hal yang sulit untuk dilakukan. Memulainya saja sudah butuh energi ekstra. Apalagi menulisnya. Akan tetapi, bagi orang-orang yang sudah mahir, tak perlu waktu yang lama untuk menulis apa pun hingga dapat dibaca oleh khalayak ramai.
Sebut saja Annelies Marie Frank. Yang lebih dikenal sebagai Anne Frank. Gadis remaja Jerman yang menjadi korban kekejaman rezim Nazi-nya Hitler. Buku harian yang ditulis olehnya membuka tabir kebengisan pasukan SS (Schutzstaffel) Jerman dalam memurnikan ras Arya dengan membasmi orang-orang Yahudi yang dianggap telah mengambil terlalu banyak sumber kekayaan negeri sang Fuhrer (Adolf Hitler). Karena dominasi orang Yahudi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), serta ekonomi.
Melalui buku harian yang rutin dicatat Anne Frank, dunia menjadi tahu bagaimana masa-masa suram yang dialami orang-orang yang satu etnis dengan Anne Frank berlangsung.Â
Diskriminasi, persekusi, pencidukan hingga pembunuhan menjadi bagian yang saling terkait dan tak terpisahkan. Anne Frank pun akhirnya ikut menjadi korban tragedi ini. Yang kemudian dinamakan Holokaus.
Dalam hal ini, yang patut dicermati adalah produktifnya Anne Frank sebagai penulis, yang masih berusia belasan tahun. Di usianya yang belia, ia bahkan mampu menggambarkan situasi yang saat itu sedang terjadi dalam buku catatan hariannya.Â
Keaktifan Anne Frank dalam menulis, menunjukkan bagaimana tingkat intelektualitasnya telah berkembang melampaui gadis-gadis lain seumurannya.
Kendati demikian, kemampuan menulis Anne Frank mustahil didapat, jika hanya berstandar pada standar baku dalam dunia sastra. Membaca teorinya saja sudah menjemukan. Apalagi membikin sebuah tulisan. Kondisi seperti inilah yang terkadang mempersulit.
Padahal, seperti Anne Frank, semuanya ditulis secara ringan-ringan saja. Namun, substansi informasi yang hendak disampaikan berbobot. Boleh dikatakan "gaya bebas".
Karya tulis Anne Frank menunjukkan bahwa aktif tidaknya seseorang dalam menulis bukanlah disebabkan faktor usia. Melainkan keinginan personal dari orang tersebut. Remaja atau dewasa, semuanya bisa dan mampu menulis asalkan ada keinginan untuk memulainya.
Seperti kata sastrawan terkemuka, Pramoedya Ananta Toer: "menulis adalah sebuah keberanian."