Mohon tunggu...
Tubagus Lawalata
Tubagus Lawalata Mohon Tunggu... Lainnya - Pedagang Air Keliling

Rakyat yang Memperhatikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Berkah Acuhkan Prokes yang Memang Sudah Tak Dipedulikan Lagi

1 Mei 2021   15:03 Diperbarui: 1 Mei 2021   15:08 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki 10 Hari Terakhir di bulan Ramadhan ini, selayaknya umat Islam semakin giat dalam beribadah, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, hal ini merupakan suatu kebiasaan bagi mereka yang beriman. Mungkin akan terlihat aneh atau jarang dilakukan bagi mereka yang belum tersentuh hati oleh hidayahNya. 

Dalam waktu 10 Hari terakhir ini, ummat Islam mencari malam istimewa yaitu Lailatul Qadar dengan melakukan itikaf di Mesjid-mesjid, mengharapkan dipertemukan dengan malam seribu bulan tersebut. Namun, fakta yang terlihat adalah masih jarangnya ditemukan mesjid yang penuh dengan ummat yang melakukan itikaf. 

Berbeda dengan ramainya pusat perbelanjaan atau pasar yang begitu ramai di siang hari, ketika rakyat membelanjakan uangnya untuk membeli baju baru, sendal baru dan barang lainnya yang seakan menunjukkan bahwa pencapaian melewati bulan Ramadhan ditandai dengan penampilan luar yang baru, entah bagaimana keberhasilan rohani. 

Dan tentunya untuk hal yang terakhir bukan urusan manusia untuk menilai, sudah ada yang bertugas mencatat amal Ibadah manusia tersebut. Menurut laporan pandangan mata, kegiatan ekonomi ini sama sekali tidak mengingdahkan prokes yang digaungkan oleh pemerintah. 

Dan sungguh disayangkan karena bahkan beberapa aparat pun turut tidak menggunakan masker atau tidak menjaga jarak ketika di area tersebut. Jangan sampai seperti India yang kembali mengalami krisis Covid-19. 

Dari sudut pandang sosial dan budaya, setiap tahun rakyat merayakan Idul Fitri dalam suasana berkumpul bersama dan bersama keluarga, dan hal tersebut memang mulia untuk dilakukan yaitu menjaga silaturahim dan menjaga ukuwah Islamiyah. 

Namun, tidak ada salahnya untuk merayakan Idul Fitri dengan pakaian bersih dan rapi, tak perlu baru, dan lebih memusatkan pada pencapaian indahnya Ibadah kepadaNya dari dalam hati karena Allah Azza wa Jalla. 

Apalagi situasi pandemi dan ekonomi yang masih sulit bagi kalangan rakyat, apalagi kami yang tidak mengenal kata THR dan terkadang masih harus bekerja menjelang waktu berbuka dan bahkan setelah shalat maghrib berjama'ah. 

Bagi kami yang hidup di jalanan, sudah menjadi biasa melihat warga lain yang sibuk berbelanja, bahkan berkendara melewati kami tanpa sedikit pun melirik pada dagangan kami. 

Lagi pula, rejeki dunia ini kan sudah ada yang mengatur. Kami bantu doa kepada saudara-saudara kami yang diberikan kemurahan dan kemudahan di dunia semoga kelak di akhirat pun mendapatkan kemurahanNya dan kemudahan dariNya. Inshaallah. 

Dan mungkin, dari tulisan ini, suara-suara rakyat dari jalanan bisa sampai kepada para penguasa, kepada saudara-saudara yang lebih mampu dan kepada sesama rakyat yang mengalami PHK, putus kerja sepihak atau kasus ketenagakerjaan lainnya dalam masa pandemi ini. Semoga diberikan kesempatan untuk dipertemukan dengan Hari Raya IDUL FITRI, dengan atau tanpa Pakaian baru. 

Sebab yang ada di dunia ini cuma titipan dan sementara, namun janji NikmatNya kelak adalah nyata. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun