Semua anggaran yang diambil dari uang rakyat tadi dianggap mainan seakan jumlah tersebut sedikit. Dan para pemain tidak sungkan memotong jatah atau upah kerja yang sebenarnya cuma membubuhkan tanda tangan atau mengetik satu lembar kertas untuk membuat ratusan warga menjadi mapan dan teredukasi dengan baik. Orang-orang yang lebih terpelajar menganggap bahwa mereka yang kurang terpelajar tidak bisa melihat kenyataan bahwa permainan tingkat atas itu sudah transparan dan tidak lucu lagi untuk dimainkan dimasa kemiskinan dan rendahnya kesejahteraan masyarakat. Jelas, bahwa untuk bisa bekerja jujur dan bekerja sama dengan Pemerintahan, menjadi semacam utopia saja.Â
***
Malam tadi, depan sebuah kontrakan.Â
Kopi hampir habis, dan rokok kawan pun sudah minta dua batang.Â
masih saja bahasan kita seperti ini.Â
tentang guru yang pekerjaannya tidak lagi mulia, kini mudah tergoda oleh uang.Â
tentang usaha beternak ayam yang sampai detik ini masih sangat menguntungkan. karena semua komoditi ayam bisa di perjualbelikan. bahkan ayam yang sudah menjadi bangkai pun masih bisa di jual. kotoran ayam bisa dimanfaatkan dan telur ayam jelas menjadi sumber makanan bagi orang berada hingga orang miskin. Dari mulai warung nasi pinggir jalan hingga restoran di hotel mewah, pasti menyediakan ayam. itu semua menjadi uang.Â
tentang pengungsi yang masuk negara ini dengan dukungan negaranya yang katanya sedang berperang namun disini bisa menjadi perempuan lalu mereka bersenggama di kamar kontrakan. Disitu uang ikut berperan.Â
tentang Jakarta yang semakin lama semakin seperti negeri China karena wilayah barat Jakarta yang dimiliki dan tanahnya dijual untuk dibeli oleh pengembang dari China, di tinggali oleh warga China dan nantinya mungkinbahasa China menjadi salah satu pelajaran bahasa wajib di sekolah-sekolah. Â Mungkin saja demikian, karena nanti, warga pribumi semakin sulit mendapatkan pendidikan yang layak dan dengan biaya terjangkau. Jangan sampai nanti cuma orang berada yang bisa mengenal bangku sekolah.
tentang  aparat negara yang sudah dengan jelas bermain dengan uang rakyat demi kepentingan pribadi, berjaya diatas penderitaan orang banyak dan tetap bisa terpilih menjadi pejabat karena mampu membayar setoran kepada orang yang tepat.Â
masih akan terus terjadi ketidakadilan di negeri ini, Nak. Maafkan ayahmu ini menjadi salah satu manusia munafik yang mencoba bertahan demi bis memberimu makan dan uang jajan sekolah. berharap kamu bisa berpendidikan dan setidaknya bisa melihat kebobrokan yang terjadi di negara ini. namun jangan lupa bahwa bangsa ini, bangsa yang kuat, bangsa yang besar. kita pasti bertahan dan akan berubah, namun entah kapan. pelan-pelan.Â