Mulai terpikir saat itu, penjurusan Teknik Sipil. Sempat terpikir Arsitektur. Namun saya merasa memiliki kelemahan, saya kurang jeli dan teliti dalam berimajinasi sebuah ruang.Â
Selain itu kondisi mata yang silindris, menjadikan saya kurang awas dalam membuat sebuah garis, dan membaca garis - garis. Kaca mata tak cukup menyamankan untuk membantu. Sehingga saya putuskan untuk berfokus kepada penjurusan Teknik Sipil. Mulailah perjuangan demi perjuangan.
Saya ingat, nama Universitas Gadjah Mada itu selalu berulang kali saya tulis dalam buku diary. Sebab memang sangat memimpikan sekali belajar di sana. Pelajaran Matematika dan Fisika mulai  menjadi  fokus saya, sebab 2 mata pelajaran tersebut sangat berpengaruh untuk menuju cita, dan tentu menuju kota impian saya.
Tibalah saat selesai kelas 3 SMA, ketentuan Allah saat itu membuat impian saya belum dapat saya upayakan penuh hingga titik akhir. Kedua orang tua saya belum mengijinkan saya untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke luar kota Bandung, tempat saya bertinggal.Â
Karena, (almarhum) Ayah saya pada saat itu sudah 3 bulan dalam kondisi sakit yang cukup membuat beliau begitu lemah dan hanya bisa berada diatas tempat tidur saja.Â
Hanya ada saya dan Ibu saya di rumah, sehingga besar harapan mereka, saya tidak melanjutkan jenjang pendidikan ke luar kota Bandung. Baiklah, tidak masalah bagi saya. Sebab adapun saya menuju impian, tujuan sayapun adalah untuk membahagiakan kedua orang tua saya.
Masih tentang proses berjuang untuk menjadi bagian penikmat angkringan, Yogyakarta.
Beberapa test masuk perguruan tinggi negeri saya ikuti, juga termasuk program penyaluran minat bakat dan kemampuan, yaitu program yang berdasarkan dari nilai raport.Â
Beberapa pengumuman demi pengumuman kelulusan akan hasil test mulai diumumkan, pada saat itu untuk program PMDK, saya mendapatkan kesempatan belajar di IPB Bogor. Sayapun harus melepaskan kesempatan tersebut, dikarenakan berada di luar kota Bandung.Â
Selanjutnya untuk program SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasisawa Baru) saya mengikuti test tersebut dengan pilihan pertama  ITB dan pilihan kedua UNPAD.Â
Sayang sekali, untuk pilihan pertama saya gagal. Cukup sedih ya, ha ha ha! Dan untuk pilihan kedua, saya lolos, hanya saja saya tetap tidak ambil kesempatan tersebut, karena lagi dan lagi berada di Jatinangor, saya harus kost dan tentu meninggalkan Bandung. Sehingga saya tidak ambil kesempatan tersebut.
Selain PMDK dan SPMB, saya mengikuti juga test ke Politeknik Negeri Bandung (D3- POLBAN). Jurusan utama yang saat itu saya pilih adalah Teknik Sipil dengan program studi Konstruksi Gedung. Atas ijin Allah dan kasih sayang-Nya, saya lolos dalam test tersebut.Â