Bila kita patah hati, kehilangan seseorang yang kamu "pilih", tiba-tiba semua molekul cinta tadi hilang dari tubuh. Yang tersisa adalah hormon stres yang disebut epinefrin dan kortisol. Hormon ini yang membuat merasa dunia sudah hancur lebur dan berakhir. Perasaan menderita, nyeri yang paling sakit, paling berat, paling perih, dan paling menyiksa. Dada terasa penuh, tertekan, sulit bernafas, sakit kepala, ketegangan pada tengkuk, mata terasa berat, hilang nafsu makan, gangguan mood. Pokoknya amburadul!
Dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir
Penelitian dari Universitas Maryland dan Arizona menunjukkan bahwa korteks anterior cingulate memberikan respon pada kondisi stres dengan cara meningkatkan aktifitas saraf vagus (saraf nomor 10). Saraf ini terbentang dari batang otak hingga ke leher, jantung hingga ke perut. Ini yang menjelaskan kenapa kita merasakan sakit hingga mual saat patah hati.
Ada tahapan duka yang banyak dikenal saat seseorang mengalami patah hati atau kehilangan orang terdekatnya. Disingkat menjadi DABDA (denial-anger-bargain-depression-acceptance), beberapa dari kita melewati tahapan ini sedikit lebih cepat daripada yang lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan rata-rata perlu waktu 3 bulan. Namun beberapa dari kita tidak pernah berhasil keluar dari duka patah hati. Ternyata waktu tidak mampu menyembuhkan segalanya :(
Patah hati juga meninggalkan gejala sakau (withdrawal symptom) sama seperti kecanduan kopi dan obat-obatan. Penawarnya? Suara mantan, sentuhannya, tawanya, aromanya... parah! #kekuatan_dopamin
Patah hati level dewa menyebabkan banjirnya hormon stres dalam tubuh. Banjir bandang ini mengakibatkan sebagian otot jantung membesar dan gagal memompa darah. Sebagian lagi masih berfungsi normal atau lebih keras dari biasanya. Kondisi gangguan jantung akibat patah hati level dewa ini disebut stress-induced cardiomyopathy atau Takotsubo cardiomyopathy (Tako-tsubo adalah perangkap oktopus yang berbentuk pot). Penderitanya bisa meninggal mendadak. Mengerikan?
Mengapa kita seakan menikmati kesedihan tak berkesudahan yang mampu menghentikan detak jantung kita? Mendengarkan lagu sendu, menyendiri dan menutup diri, menjauhi keramaian, menangis di tengah hujan, membaca puisi patah hati dan seterusnya. Rasa sakit, rasa nyeri sebenarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh. Rasa tidak nyaman itu memberikan peringatan agar kita menjauhi bahaya. Rasa itu mencegah kita untuk jatuh ke hati yang salah di lain waktu. Tapi setelah bersedih-sedih berbulan-bulan, sakit itu tetap ada. Yang bisa kamu lakukan hanyalah terus berjalan (tahap acceptance) dengan sisa patahan hati...
Lantas dimana enaknya patah hati? Kamu hanya akan patah hati dengan orang yang kamu pikir kamu cintai. Orang yang kamu percayakan hati mungilmu padanya. Orang yang membuat hatimu berbunga, yang melepaskan kupu-kupu di perutmu, yang membuat level molekul cinta meluap di otakmu.
Orang semacam itu....
Bila kamu sempat menemukan orang itu, seseorang yang mengisi hati dan harimu dengan kebahagiaan, yang menjadikanmu ratu atau raja di hatinya, yang tulus menjadi fans terberatmu, yang mendukungmu 1000%, membela kesalahanmu, memuji kebodohanmu, tertawa di semua candamu, mendengarkanmu dengan hatinya yang rapuh. Ia yang membuatmu semangat menatap teriknya matahari, ia membuatmu tersenyum dalam kesendirianmu, membuatmu mengenal rindu, mengerti cinta dan kemudian kamu patah hati karenanya.
Pain makes you stronger. Tears make you braver. Heartbreak makes you wiser.