Pak giran masih berada di atas tubuhku, kami saling berpandangan dan tangannya mengelus pelan kepala ku sembari mencium kening namun sebuah ciuman ku daratankan di bibirnya dan sejenak kami saling berpangutan kembali.
**
"aku bahagia dan aku tak menyesal melakukannya dengan bapak", ujar ku yang masih terbaring di balai.
"terima kasih nduk, bapak sebenarnya tidak terlalu berharap kita bisa sampai seperti saat ini karena sebenarnya bapak menyayangi mu sepenuh hati" ujarnya sembari menatapku.
"iya pak, aku tahu tetapi bapak lelaki normal yang membutuhkan kasih sayang dalam bentuk bercinta begitu pula dengan diriku pak." jawab ku padanya.
"ini udah jalannya pak, aku juga tidak menyesal. Lagi pula aku siap menjadi istri kedua bapak" jawabku dengan tegas.
"apakah kamu sudah memikirkan kata-kata mu itu?" tanya bapak dengan tatapan serius.
"sudah pak." jawab ku pelan.
"aku sudah memikirkan semuanya pak, aku bukan sekedar memikirkan diriku sendiri. Nisa dan adit juga bahagia tinggal disini, mereka juga mendapatkan kasih sayang dari seorag lelaki yang memberikan kasih sayang pada ibunya." jelas ku.Â
Pak giran tidak menjawab namun sebuah pagutan bibir dan berlanjut pada ronde kedua.
***