Mohon tunggu...
Newbie
Newbie Mohon Tunggu... -

Aliran Naturalisme

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Part VIII] Di Balik Sebuah Cerita

1 Desember 2016   01:08 Diperbarui: 1 Desember 2016   02:50 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mbah giran (sumber : rikyarisandi.blog.widyatama.ac.id/)

"gak mikirin apa-apa kok pak, cuma lagi menikmati suasana malam aja" tambah ku sembari pak giran naik dan duduk di sampingku.

Ada rasa grogi dan deg-deg an yang mulai meresapi ketika pak giran mulai duduk di sampingku, karena di buat bingung oleh rasa yang bergejolak dan gairah terpendam di hati.

Kerinduan akan sosok pak giran tadi kini telah hadir dan duduk di sampingku, ingin segera ku peluk dan cium beliau namun karena tertahan oleh rasa malu dan gengsi aku hanya mampu melirik ke arahnya.

Suasana hening sejenak aku mencoba meresapi kebersamaan kami malam ini, ku rasakan tangan kanan pak giran mulai merangkulku, dan beliau berbisik. 

" dingin, nduk ? " bisik pak giran, yang di sahut anggukan oleh ku.

Pak giran menarik pinggang ku untuk merapatkan posisi duduk kami, tangan tuanya mulai mengelus dengan lembut punggung ku yang hanya berbalut daster dan sweater ini.

Tangan kirinya meraih daguku dan membuat kami saling bertatapan satu sama lain, tanpa perlu di minta dengan lembutnya bibir tua itu mulai menciumi bibirku.

Ciuman lembut namun tegas yang memberikan rasa nyaman dan bisaku rasakan kasih sayang tersalurkan dari hatinya. Pak giran mengkombinasikan ciuman dan remasan lembut pada salah satu payudaraku yang membuat bibirku mengeluarkan desahan demi desahan bagai nyanyian yang mengiringi percumbuan kami.

Pak giran mulai membaringkan tubuhku di lantai balai yang terbuat dari bambu ini, pak giran sejenak memandangi tubuh lemas ku sembari tersenyum.

Pak giran kembali mencium bibirku sejenak dengan mesra kemudian ciuman itu turun ke payudaraku, bibir tua itu intens bermain dengan keduanya.

Terlihat kepala pak giran sudah berada di antara pahaku, memandang sejenak dan mulai membenahkan wajahnya di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun