Mohon tunggu...
Iqbal Adan
Iqbal Adan Mohon Tunggu... -

Linux user, part-time geek. [http://www.adanmedia.blogspot.com]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Botol Bekas

13 Mei 2011   18:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:44 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Botol bekas bisa berharga sekaligus tidak berharga. Warga kelas menengah ke atas, tidak terlalu peduli dengan botol bekas, habis manis botol dibuang, tapi tidak dengan pemulung botol bekas, satu botol bekas saja akan sangat berharga. Kita bisa melihat satu paradok yang tidak masuk akal.

Kita sebut saja namanya Wak Dolah, lelaki tua pengais sampah dan botol bekas, mendayung becak usang dengan segoni botol dan sampah lainnya.

Satu botol jatuh pada saat becak dikayuh, tapi Wak Dolah berhenti, turun, memungut kembali satu botol bekas yang jatuh, padahal ada segoni botol bekas lainnya di atas becak dayung, kenapa satu botol bekas menjadi sangat berharga bagi seorang Wak Dolah. Sedangkan di tempat lain, pada koordinat lain bumi, botol kosong yang tak berisi itu akan parkir di tong sampah, atau kalau yang punya lebih sedikit tidak "beradab," botol bekas itu akan terbang seadanya, di mana saja, ke mana saja.

Entah seperti apa orang-orang berdasi, orang-orang yang merasa intelek, melihat Wak Dolah dalam keseharian, dalam padangan merka, barangkali, Wak Dolah tidak lebih dari satu variabel yang akan diplot dalam analisa statistik mereka, semua kesederhanaan, semua keringat, semua beban hidup, semua botol bekas yang tidak seberapa itu direduksi oleh pakar -yang tak jarang membuat makar- menjadi satu titik. Tidak lebih.

Botol bekas, bisa dilihat dari banyak sudut pandang, sama halnya dengan hal-hal lain. Kita kadung tidak terlalu peduli dengan barang rongsokan yang bagi Wak Dolah adalah sumber kehidupan agar asap dapur mengepul. Kita terlalu sombong dan terlalu angkuh untuk boros, kita tidak bisa menghargai apa yang kita punya, meskipun dalama kapasitas yang lebih dari cukup. Kita-sadar atau tidak- terlalu angkuh untuk melihat ke bawah, kita tidak lebih dari orang-orang yang lebih beruntung dari seorang Wak Dolah.

Ps: Tulisan perdana di kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun