Mohon tunggu...
Tsuroyya Rizqi
Tsuroyya Rizqi Mohon Tunggu... Guru - Muslimah

seseorang yang pesimis akan melihat kesempitan dalam kesempatan, tapi seseorang yang optimis akan melihat kesempatan dalam kesempitan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak Mengapa Jika Aku Disebut Pemilih

6 Agustus 2020   07:15 Diperbarui: 6 Agustus 2020   07:12 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Mejalani hidup ditengah-tengah masyarakat pedesaan atau perkampungan tentu berbeda dengan hidup ditengah-tengah masyarakat perkotaan.  Setidaknya harus menyiapkan telinga yang sedikit lebih  tebal agar mampu berpura-pura tak mendengar hal-hal yang seharusnya tidak didengar.

Sudah bukan menjadi rahasia jika segala hal yang kita lakukan  akan di penuhi dengan pujian lengkap dengan segala sindiran dan cibirannya. Berawal dari sebuah keusilan dan kekepoan yang tinggi, hal ini sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat desa yang terkadang hoby menjadi komentator sekaligus korektor bagi tetangganya. Terlebih jika urusan pekerjaan dan pernikahan.

Berbicara mengenai pernikahan memang tidak akan pernah ada habisnya. Selalu ada  hal-hal receh yang bisa menjadi bahan perbincangan bu ibu yang suka beradu suara dipagi hari. 

Mulai dari membicarakan pasangan yang bahagia, pasangan yang terlihat kurang bahagia, pasangan muda, pasangan tua, terlebih orang-orang yang belum menemukan pasangan jelas menjadi topik khusus sembari memilah dan memilih sayuran pedagang pagi.

Samean kapan (kamu kapan) ? Umure wes akeh lo (Umurnya sudah banyak lo) ? Ngenteni opo maneh (Menunggu apa lagi) ? Ngenteni sopo maneh (Menunggu siapa lagi) ? Ngenteni seng kepiye maneh (Menunggu yang seperti apa lagi) ? Milih seng kepiye (Milih yang bagaimana) ? Ojo kakean milih (Jangan pilih-pilih) ?

Setidaknya itulah segelintir pertanyaan-pertanyaan yang hampir setiap hari melintas dikedua telinga. Terlebih jika musim pernikahan seperti ini. Tentu selain membicarakan mereka yang akan menikah, tidak sedikit orang yang ingin mengorek kisah para singlelillah yang terkadang mereka menyebutnya dengan julukan "Perawan tua atau perjaka tua"

Pernikahan bukanlah satu-satunya hal yang menjadi standar kesuksesan seorang lelaki ataupun wanita. Setiap orang memiliki prioritas masing-masing dan tentunya berbeda-beda, dan satu hal yang terpenting 'tidak ada kata telat dalam pernikahan'. Semua akan menikah dengan orang yang tepat dan diwaktu yang tepat pula.

Beginilah sebuah takdir. Jodoh, pati, rezeki setiap orang tidak ada yang sama. Ada yang berusia 15 th sudah meninggal, diusia 18 th menikah, diusia 20 th sukses berkarir, ada pula yang berusia 30 th belum menikah dll. Itu semua berjalan sesuai kehendak Gusti yang sudah tertulis dan ditetapkan.

Namun tampaknya hal ini begitu kurang disadari oleh sebagian besar orang. Khususnya orang-orang desa. Banyak dari mereka yang menganggap bahwa perempuan diatas usia 20 th belum menikah maka dia layaknya menanggung suatu hal yang hina, julukan 'perawan tua' tengiang dimana-dimana. Terkadang sebutan 'tak laku' juga menjadi pelengkapnya.

Ingat belum menikah bukan berarti tidak laku, hanya saja Allah memang belum mempertemukannya dengan yang terbaik versi Gusti Allah. Terbaik menurut manusia belum tentu terbaik menurut Gusti Allah kan ?

Tak masalah jika terkadang seseorang menyebut kita pemilih.

Bukankah dalam Islam sebelum menentukan pasangan hidup kita harus memilih dan tidak grusa grusu ? Memilih yang beragama dengan baik misalnya. Karena menikah bukanlah hubungan yang akan dijalani sehari dua hari, sebulan dua bulan. Tetapi menikah adalah ibadah terlama selama kita hidup. Jadi jangan sampai salah memilih orang yang akan mendampingi kita untuk mengabdikan diri pada yang Kuasa.

Jadi teruntuk kalian yang belum dipertemukan dengan separuh nyawa kalian tak usah kawatir atau gusar dengan cibiran dan sindiran. Fokus memperbaiki diri dan mendekatkan diri pada Ilahi, ikhtiar, tawakal dan pasrah kepada Gusti. Kita hanya tahu yang baik, tapi Allah Maha tahu yang terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun