Pernahkah kamu berada di posisi merindukan seseorang yang kabarnya saja sudah tidak pernah kalian tahu. Bertanya-tanya sendiri tentang apa yang sedang dia kerjakan. Apakah kehidupannya (yang tanpamu) selalu menyenangkan? Bertanya-tanya sendiri kira-kira apa yang sedang dia keluhkan. Apakah dia sudah mempunyai tempat bercerita (selain dirimu)? Kamu sempat menjadi tempat dia pulang untuk berkeluh kesah namun ternyata hanya singgah bukan dijadikan rumah.
Pernahkah kamu berada di posisi baru menyadari bahwa tanpa dia ternyata tidak semudah seperti perkiraan. kamu tidak merasa kehilangan karena dia tidak hilang. Mungkin belum hilang. Hidup akan terus berjalan dan tentu saja tidak mudah. Tanpanya menjadi semakin tidak mudah. Kamu seperti kehilangan tempat pulang.
Apakah kamu sedang menatap layar handphone? Bagaimana, sudah selesai membaca pesan-pesan yang belum sempat terhapus itu? aku tahu, bukannya belum sempat, tapi hanya itu yang bisa dijadikan obat. Cukup orangnya saja yang hilang, kenangannya jangan. Perhatian yang terbungkus pertanyaan-pertanyaan remeh masih belum kamu dapatkan lagi. Perasaan yang kamu sematkan dalam emoji di tiap akhir kalimat yang kamu kirimkan. Tidak bisa diulang dan hanya bisa diingat. Tidak heran jika mengingat seseorang mampu menciptakan sesak yang teramat.
Pernahkah kamu merasa sepi di antara keramaian? Melihat sekitar dan mengasihani diri sendiri atas perasaan yang belum sempat tersampaikan. Karena kamu merasa bahwa meskipun tersampaikan, cerita itu tidak akan pernah berlanjut. Hanya ternyatakan tanpa tersambut.
Pernahkah kamu pernah membersamai seseorang yang menjadi luka sekaligus obat. Disakiti sekaligus dibuat betah oleh sikapnya. Kamu tahu dia tidak akan pernah cukup denganmu namun sikapnya saat bersamamu membuatmu yakin bahwa suatu saat dia akan menetap di satu rumah yaitu kamu. pada akhirnya yang terjadi adalah kamu Lelah dengan apa yang terjadi. Karena kamu sadar, meskipun kamu mencintainya tapi sikap dan hatinya di luar kendalimu. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan dia memilih untuk tidak memperjuangkan kamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H