Alkisah, disebuah desa terpencil yang berada jauh didalam hutan, hiduplah sebuah keluarga. Keluarga itu memiliki 2 orang anak, 1 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Sebelum desa itu dilanda bencana, keluarga itu hidup sangat bahagia dan makmur. Akan tetapi, setelah desa itu mengalami bencana, keluarga tersebut mengalami kerugian besar, kebun serta ternak mereka rusak dan mati. Mereka tidak memiliki penghasilan lagi semenjak bencana tersebut. Yang keluarga itu lakukan adalah mencari pekerjaan dirumah-rumah yang sengat membutuhkan pembantu, atau hanya sekedar menjadi pencuci piring di sebuah restoran.
Suatu hari, keluarga tersebut sangat-sangat kekurangan uang serta makanan. Anak perempuan yang juga anak tertua dari keluarga tersebut berkata
"lihat dia" sambil menunjuk adiknya,
"dia hanya akan menyusahkan keluarga ini, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menghabiskan makanan dirumah, kenapa selalu aku yang terus melakukan pekerjaan itu?" dengan nada jengkelnya, dia terus menunjuk adiknya yang sedang berada di pojok ruang tersebut. Lalu tanpa adanya angin atau badai, anak perempuan itu pun menerima tamparan dari ibunya yang sembari melihat dirinya dengan tatapan tajam,
"Apa kau tidak tau bahwa adikmu masih kecil, apakah bisa ayah dan ibu menyuruh adikmu yang masih kecil tersebut untuk bekerja, seharusnya kamu yang menjadi contoh adikmu kelak untuk dapat mencari pekerjaan juga uang. Seharusnya kamu yang memberi contoh baik kepada adikmu itu" Sang ibupun memarahi anak perempuannya.Lalu dengan perasaan marah, anak perempuan itupun meninggalkan ruangan tersebut.
Di dalam kamarnya, anak perempuan itu berpikir untuk mengusir adiknya dari rumah
"Bagaimana ya caranya agar aku dapat membuat dia pergi dari rumah dengan alasan hilang" dengan berpikir sedalam-dalamnya, dia pun mendapatkan ide.
Keesokan harinya, dia memperlakukan adiknya dengan sangat baik, dia juga mengajari adiknya untuk mencari kayu bakar di hutan, dia juga memberikan roti yang enak kepada adiknya, hingga menjelang malam pun datang, anak perempuan itu ingin melakukan aksinya. Dia memanggil adiknya di belakang rumah tanpa sepengetahuan dari ayah dan ibunya,
"Hy hans, ayo ikut kakak kedalam hutan untuk mencari kayu bakar". Dengan kepolosan hans yang masih kecil itu pun menyetujui rayuan kakaknya dengan senang hati. Setelah sampai agak jauh didalam hutan, dengan di terangi oleh cahaya bulan, sang kakak perempuan itu pun tiba-tiba terhenti dengan alasan capek, dia berkata
"Hans, carilah kayu bakar di sana" sambil menunjuk tempat yang sangat gelap itu,
'Kakak capek, kakak mau istirahat dulu disini". Hans yang hanya bisa menuruti nya pun berkata "Baik kakak, aku akan mengambil kayu bakar disana dan membantu kakak nanti untuk membawakan banyak kayu bakar.
Lalu hans pun berlari ke dalam hutan, serasa sudah tidak terlihat, sang kakak itu pun berdiri dari tempat dia duduk tadi dan berlari menjauh dari tempat itu ke arah dia pulang kerumah. Hans yang masih kecil itu, dia tinggalkan didalam hutan.
Hans yang sudah menemukan banyak kayu bakar, kembali ke tempat kakanya istirahat tadi, dan nihil, kakaknya sudah tidak ada di tempat. Hans hanya bisa pasrah, dia berusaha untuk mencari jalan pulang. Tiba-tiba terdengar suara
"kwak,kwak,kwah" dari burung gagak. Untung hans yang masih kecil, masih belum tau, apa itu takut. Dia tidak menghiraukan suara-suara ngeri tersebut. Dia hanya fokus mencari jalan untuk dia pulang. Lalu ada suara dibelakangnya, kiat waktu kiat mendekat dan tiba-tiba!!!
"Halo anak kecil, apa yang kamu lakukan di sini malam hari?" Hans yang sembari fokus dijalan pun menoleh kebelakang. Ternyata yang menyapa hans tadi adalah kakek-kakek yang sedang mencari kayu bakar. Lalu kakek itu pun menyuruh Hans untuk duduk di bawah pohon, lalu berkata "Ceritakan saja wahai anak kecil, apa yang terjadi kepadamu sehingga kamu berada di dalam hutan sendirian. Lalu hans pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya, serta kakaknya yang hilang entah kemana.
Kakek itu pun berpikir "kasihan dia, mungkin sang kakak sengaja meninggalkannya di dalam hutan" pikiran didalam hati kakek tersebut.
"Kalau boleh tau, siapa namamu" Tanya kakek kepada hans.
"Namaku hans" Jawab hans.
Lalu kakek itu berkata "Apa kamu tidak takut berada di dalam hutan yang gelap ini?".
"Uhm takut? Apa itu takut kakek?" Jawaban Hans dengan polosnya, dia bertanya kepada kakek tersebut.
"Takut adalah sesuatu yang membuatmu merinding, membuat badanmu bergetar hebat, serta membuat seluruh badanmu terasa menggigil dingin walau tidak terkena air ataupun angin" jawab kakek itu.
Hans yang sembari menyimak apa yang kakek itu katakan pun bertanya "Apa kakek dapat merasakan takut?".
"Ya kakek dapat merasakan takut, orang normal juga dapat merasakan takut, tetapi kamu jangan khawatir, kamu masih kecil, belum tau takut itu apa, percayalah pada kakek bahwa kamu akan merasakan takut sesungguhnya", Jawab kakek tersebut.
Keesokan harinya, saat langit sudah terang, kakek dan Hans melanjutkan perjalanan pulang, hans berkata bahwa rumahnya tidak jauh dari hutan ini, rumahnya berada di pinggir hutan. Kakek itu pun sepertinya tau dimana rumah hans, karena hanya ada 1 rumah yang berada dekat dengan hutan. Sang kakek itu pun mengantarkan Hans ke rumah yang dia maksud. Beberapa saat kemudian, rumah tersebut pun terlihat. Nampak ada pasangan suami istri yang sedang kebingungan, seperti mencari-cari sesuatu. Hans itu pun menoleh di tempat kakek itu berada dengan memberitahu kakek tersebut bahwa itu rumah nya sambil menunjuk rumahnya. Tetapi nihil, kakek itu hilang seketika. Hans itu mencari-cari keberadaan kakek tersebut, tetapi dia tidak menemukan jejak dari kakek tersebut.
Lalu Hans berteriak "Terimakasih banyak kakek, aku akan selalu mengingat pertolongan kakek". Lalu Hans berlari menuju rumahnya, dan orang tuanya yang tau Hans pulang pun langsung memeluk Hans dengan erat. Lalu hans juga menceritakan apa yang telah terjadi kepadanya. Sang kakak pun di hukum dan dikunci di dalam kamarnya untuk intropeksi diri. Lalu hans juga menceritakan bahwa ada kakek-kakek yang mengantarkan dia pulang, lalu hans juga berkata bahwa kakek tersebut hilang setelah dia mengantarkan Hans. Orang tuanya yang mendengar cerita Hans pun merasa takut serta ngeri, tetapi dalam lubuk hati kedua orang tuanya juga berterimakasih kepada kakek tersebut, karena sudah mengantarkan Hans pulang dengan selamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H