Mohon tunggu...
Tsinta A. N. Nabilah
Tsinta A. N. Nabilah Mohon Tunggu... Lainnya - Tim bubur nggak diaduk

You must stay drunk on writing so reality cannot destroy you

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Budak Korporat Malah Jadi Dream Job Para Gen-Z?

4 September 2022   17:15 Diperbarui: 4 September 2022   17:18 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Melody Wilding seorang pelatih eksekutif dan pekerja sosial berlisensi mengatakan bahwa budak korporat mirip dengan workaholic atau gila kerja. Tapi budak kerja lebih ke seseorang yang memakai kesibukan itu sebagai sebuah lencana kehormatan. Mereka adalah orang yang membanggakan diri karena lembur, merasa menjadi orang yang mampu melakukan segalanya.

Mereka merasa bahwa menjadi budak korporat adalah orang yang paling produktif. Lisa Orbe, psikolog yang fokus menangani karier para profesional menilai budak korporat berpotensi mengarah pada sindrom penyemu atau impostor syndrome. Singkatnya sindrom ini menyebabkan seseorang menganggap bahwa dirinya istimewa dalam beberapa hal sehingga mencari validitas eksternal agar menjadi seorang yang spesial.

Apa yang Harus Kita Lakukan? Apakah Kita Nggak Perlu Jadi Pegawai Kantoran?

Kerja kantoran itu sama sekali nggak salah. Banyak orang diluar sana yang menginginkan posisi kita. Yang keliru adalah ketika kita ngerasa terbebani dengan apa yang diberikan perusahaan, sehingga berpengaruh juga pada kesehatan mental kita.

Jika kita selalu percaya diri bisa menyelesaikan setiap pekerjaan dan selalu memenuhi target, maka kita nggak akan merasa diperbudak perusahaan. Tunjukkan saja performa yang memang bagus dan berguna untuk kemajuan perusahaan. Siapa tahu setelahnya kita dianggap pantas memperoleh hak yang memang sewajarnya dapatkan, misalnya cuti, kenaikan gaji, atau dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi.

Mulai buat lingkungan kerja yang positif. Ini bisa kita ciptakan dari hal-hal kecil, misalnya dengan mempraktikkan budaya work and life balance, atau membuat acara liburan dengan rekan kerja sekantor, atau merayakan waktu teman kerja ada yang ulang tahun, atau saat berhasil menyelesaikan proyek baru. Lingkungan kerja yang positif akan membuat semangat kerja yang tentunya positif juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun