Mohon tunggu...
Tsaqif Syahda
Tsaqif Syahda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! saya Tsaqif Mahasiswa aktif di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Program studi Ilmu komunikasi 2022.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Alunan Suara dari Seorang Pengamen Jalanan Tunanetra di Malioboro

4 Desember 2023   23:39 Diperbarui: 5 Desember 2023   02:58 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: foto bersama bapak pengamen di malioboro (Dok. Pribadi)

 Yogyakarta – Yogyakarta adalah kota yang sangat diminati oleh para wisatawan. Para wisatawan mempunyai banyak opsi bertamasya di Yogyakarta. Yogyakarta memiliki kota yang sangat indah dilengkapi dengan manusia-manusia yang menjaga kesopanan dalam publik. Salah satu tempat yang sangat ramai dikunjungi, diminati para wisatawan adalah Malioboro. Malioboro merupakan titik kumpul dimana wisatawan melakukan banyak kegiatan seperti berkumpul atau berinteraksi sosial. Banyak aktivitas yang terjadi di Malioboro mulai dari wisatawan, warga lokal, penjual kaki lima, pengamen, penjual busana, pedagang kasongan, tukang becak, delman, dan pekerja jasa.

 Di Malioboro terdapat pasar yang menjual berbagai macam  perlengkapan, peralatan serta bahan-bahan, Pasar Bringharjo namanya. Pasar yang besar dan selalu dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah. Keramaian Pasar Bringharjo di Malioboro membuat banyak orang memanfaatkan hal tersebut untuk mencari jalan hidupnya. Banyak yang menjadi pengamen padahal berumur muda dan tak sedikit pula pengemis disana. Kita dapat melihat beragam manusia di ruang publik ini mulai dari yang sudah berumur, belia, orang yang hidupnya bahagia dan tak jarang pula yang memiliki kekurangan. Seperti pengamen yang dapat kalian temui di Malioboro bernama Paidin (54) ini. Pengamen yang memiliki keterbatasan yakni tunanetra sejak lahir dan sekarang beliau memiliki keluarga kecil dengan ke-empat putranya.

 Bapak Paidin (54), Bapak Paidin asal Magelang menjadi pengamen jalanan di Malioboro yang mempunyai kekurangan dalam dirinya. Beliau mengalami buta sejak lahir dan beliau memilih menjadi pengamen di malioboro. “Saya waktu itu cuma lulusan sma, 20 tahun lalu saya menjadi tukang pijet dan mengikuti program pijet di jogja sini dari dinas perlindungan.” Ujar bapak paidin (54). Beliau sebelum menjadi pengamen pernah menjadi tukang pijat badan. Beliau mempunyai 4 anak dan ke empat anaknya ini sudah mempunyai pekerjaannya sendiri. Namun anak terakhir masih bersekolah di SLB.

 “Anak saya yang pertama sudah 27 tahun, anak kedua ikot ngekos bareng anak pertama, anak ketiga itu di jakarta, tapi anak terakhir saya di SLB. Saya ngamen juga buat anak saya, keluarga saya. Saya 8 tahun yang lalu sudah ditinggal istri saya. Saya harus kerja juga buat keluarga saya, anak saya.” Ujar bapak paidin (54). Bapak Paidin memilih menjadi pengamen karna beliau ingin menyukupi kebutuhannya sendiri dan keluarganya. Beliau memiliki rasa tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga yang harus menghasihi ke-empat anaknya dan dirinya sendiri. Beliau tidak pulang pergi ke magelang-jogja, namun beliau menginap kost di jogja dan beliau biasanya pulang ke magelang 1 minggu sekali. Beliau di jogja hanya sebagai pengamen jalanan di Malioboro dan beliau menjalani semua ini tidak mengeluh dan tidak merasa lelah. Dengan menjadi pengamen yang tunanetra di Malioboro, beliau merasa sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan nya pribadi dan keluarganya untuk menjadi seorang pemimpin keluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun