Mohon tunggu...
Tsania Arifiati
Tsania Arifiati Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Semangat berproses. Ayo bergerak, kalau tidak sekarang kapan lagi?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Membangun Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

19 April 2021   12:50 Diperbarui: 19 April 2021   12:54 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identitas vs kebingungan peran

Keintiman vs isolasi.

Semangat berbagi vs penyerapan diri dan stagnasi.

Integritas vs keputusasaan.

Teori Erikson menjabarkan bahwa tahap perkembangan manusia yang dimulai dari lahir hingga lanjut usia dibagi menjadi delapan tahap perkembangan pada manusia. Contoh kasus yang terjadi pada siswi di provinsi tersebut merupakan anak yang masuk dalam tahap usia remaja yang mana dimasa perkembangan tersebut, anak akan mengalami tahap perkembangan , yakni pencarian identitas ataupun kebingungan atas peran tersebut. Di tahap ini remaja mengalami masa transisi karena proses pencarian jatidirinya. Maka dari itu, tak sedikit anak usia remaja yang mulai mencoba melakukan hal baru yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Dengan proses pencarian jatidiri ini pun biasanya remaja mulai mencari cari komunitas atau teman pergaulan yang sekiranya sesuai dengan apa yang dia inginkan. 

Dalam permasalahan ini, dangat diperlukan peran orangtua sebagai pengawas anak, orangtua sejatinya harus membekali anak tentang pendidikan karakter dan moral sejak usia dini dengan menanamkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan ditanamkannya menanamkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sejak usia dini, si anak akan taat dan patuh sehingga Ia takut untuk melakukan tindakan-tindakan yang kurang bermoral baik secara sosial maupun agama. Karena ketika anak sejak kecil telah disiplin dalam hal tunduk dan patuh terhadap aturan, hal ini akan membuat anak memiliki moral dan karakter yang baik, baik secara sosial maupun agama. Selain peran pengawasan dari orang tua, peran guru di sekolah pun turut andil dalam terbentuknya karakter seorang siswa. Itulah mengapa pendidikan karakter masuk dalam tujuan pendidikan nasional karena karakter anak bangsa merupakan tumpuan bangsa ini pula.

“Cara membangun karakter pada anak usia dini yakni dengan pemahaman tiga hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa (spiritual)” (Dwi Istati Rahayu, 2020:7). Setiap hubungan tersebut dapat mengahasilkan pemaknaan yang menentukan sikap anak yang nantinya terbentuk pada karakter dalam dirinya. Jika pemahaman dari ketiga hal tersebut negatif maka akan menghasilkan sikap negatif, sebaliknya jika pemahaman dari ketiga hal tersebut positif maka akan menghasilkan sikap positif pula. Dari tiga hubungan tersebut, anak dapat diarahkan pada potensi yang mereka lebih condong untuk mengeksplorasi dirinya sendiri, sehingga anak dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Perlu digaris bawahi bahwa, faktor lingkungan pergaulan anak sangat mempengaruhi jati dirinya. Seperti yang kita ketahui, bahwa sifat dan karakter anak dapat terpengaruh oleh teman dekatnya, maka dari itu pentingnya memilih teman bergaul agar anak tidak terjerumus dalam pergaulannya. Sehingga tidak bisa diabaikan lagi, bahwa anak harus dibekali sejak dini oleh orang tua tentang hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual yang terbangun dengan penghayatan ibadah yang dapat diimplemantasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tiga unsur hubungan yang saling berkaitan tersebut dapat menjadi efektif dalam membentuk karakter anak usia dini. 

Maka dari itu, pentingnya pendidikan karakter pada masa anak usia dini karena karakter merupakan pondasi dalam diri anak yang kelak menjadi ciri khas yang melekat pada dirinya, sehingga ketika dewasa nanti anak sulit untuk dirubah karakternya, oleh sebab itu penting sekali menanamkan pendidikan karakter pada anak sejak usia dini. Peran orang tua dan keluarga sangat berpengaruh besar dalam pembentukan karakter seorang anak, “Karakter merupakan perilaku yang utuh dari psikis hasil pengaruh faktor endogen (genetik) dan faktor eksogen (lingkungan), yang terpatri dalam diri yang membedakan individu atau kelompok individu yang satu dengan yang lain“ (Semiawan, 2009).  

Maslow (dalam Jamaris, 2013) mengatakan bahwa apabila anak memiliki konsep diri yang baik, maka anak tersebut akan berperilaku baik pula. Konsep diri ini merupakan konsep yang baik yang harus dimulai dari pemahaman akan dirinya sendiri. Maka dari itu, proses belajar harus bertahap dan tidak mudah berakhir dengan begitu saja tetapi harus dengan pengembangan diri. Konsep pengembangan diri pada anak adalah hal yang penting untuk menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapainya, dan menjadi dasar dari self efficacy atau high self esteem. 

Jadi dapat disimpulkan dari permasalahan yang dibahas diatas bahwa pendidikan merupakan usaha-usaha yang dilakukan dengan cara menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam kehidupan yang mendatang. Dalam prosesnya, pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. Karena pendidikan dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia agar kelak dimasa yang akan datang dapat menjadi manusia yang berkualitas baik secara spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak, serta keterampilan. Karakter merupakan bentuk konkrit atau penerapan dari moral, karena karakter berkaitan dengan moral, sehingga penerapan karakter tersebut dapat terjadi dari kumpulan nilai-nilai yang dijadikan pedoman terhadap suatu hal, apakah hal tersebut baik atau buruk. Bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menyangkut keseluruhan, karena melibatkan berbagai aspek yakni, aspek pengetahuan (cognitive) , perasaan (feeling), dan tindakan (action). Dalam teori perkembangan Erikson terdapat dua faktor yang mempengaruhi karakter yang terbentuk pada anak, yang pertama yaitu faktor dari dalam (innate) dan faktor yang dipelajari. Teori Erikson menjabarkan bahwa tahap perkembangan manusia yang dimulai dari lahir hingga lanjut usia dibagi menjadi delapan tahap perkembangan pada manusia. Contoh kasus yang terjadi pada siswi di provinsi tersebut merupakan anak yang masuk dalam tahap usia remaja yang mana dimasa perkembangan tersebut, anak akan mengalami tahap perkembangan , yakni pencarian identitas ataupun kebingungan atas peran tersebut. Pada tahap tersebut remaja mengalami masa transisi karena proses pencarian jatidirinya. Maka dari itu, pendidikan karakter yang ditanamkan sejak dini sangatlah penting mengingat bahwa karakter merupakan pondasi yang melekat pada diri dan ciri khas dari sifat seorang anak. Disini, peran orang tua dan keluarga sangat berpengaruh besar ketika usia pembentukan karakter, lalu ketika menginjak usia remaja orang tua harus tetap mengawasi lingkungan pergaulan sang anak agar sang anak tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah sehingga dapat merugikan orang lain ataupun orang banyak.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun