Ibu, mengapa aku berbeda dengan teman-temanku. Ibu mengapa aku tidak bisa seperti mereka. Ibu, mengapa aku seperti ini.
Hal yang memang sulit untuk setiap orang tua dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari sang buah hatinya, pertanyaan yang menyankut kehidupan yang memang jauh seperti anak normal lainnya.Â
Jantung sekita berhenti, namun detakan yang malah semakin keras dalam berdetak, menandakan bahwa masih ada kehidupan dalam diri sang ibu. Ketika mendengar keluhan, tidak bukan keluhan namun hampir seperti rasa tidak menerima keadaan yang sekarang dimilikinya. Rasa tersebut membuat sang anak menjadi marah dengan keadaan, dan ibu yang semakin lirih melihat sang buah hati yang telah menyadari apa yang tengah menimpanya.Â
Dalam menghadapi situasi dan kondisi seperti ini, apa yang selayaknya orang tua umumnya lakukan? Jawaban apa yang harus orang tua tuangkan kepada sang buah hati? Lirih hati sang ibu kepada keluarganya.Â
menjadi orang tua bagi anak penyandang disabilitas merupakan orang tua pilihan. Allah SWT tidak akan memberikan ujian kepada hambanya apabila hambanya tidak sanggup. Menjadi orang tua ynag menjadi pilihan ialah karena Allah tau bahwa Orang tua tersebut mampu dan sanggup menjadi orang tua bagi anak penyandang disabilitas. Tuhan mempunyai maksud dan tujuan lain bagi hamba-hamba pilihanya.Â
Disabilitas.
Hal inilah ynag dipertanyaan oleh sang buah hati. Mengapa ia berbeda, mengapa ia tidak bisa seperti kawan yang lainnya dan segala lontaran pertanyaan yang diajukan sang buah hati kepada sang ibunda.Â
Jawaban sang ibunda kepada sang buah hati.
"Adek berbeda karena adek special, adek tidak ada yang menyamai karena adek yang paling khusus, Adek bisa ini kan (misalkan bermain piano, apakah temen adek ada yang bisa? Adek bisa bermain biola kan? Apakah teman-teman adek ada ynag bisa pula? Nah tidak kan, jadi adek berbeda karena adek punya kemampuan lebih, adek lebih pandai dari teman-teman ynag lainnya. Allah mempunyai tujuan dan maksud lain untuk adek menjadi yang special/khusus dari teman-teman adek yang lainnya". Â
Lirih ibunda dengan tetesan air mata. Jawaban yang sedemikian rupa di lontarkan ibunda kepada sang buah hati dalam meyakinkan sang buahh hati arti kehidupan.Â
Berbeda dengan yang lain tidak menjadi halangan bagi diri seseorang untuk menjadi yang pertama atau sang juara.Â
Anak penyandang disabilitas merupakan anak yang mempunyai kekurangan dalam dirinya baik fisik maupun batin. Menjadi orang peyandang disabiltas ialah tidak dikarenakan orang tuanya mempunyai keturuanan saja melainkan karan faktor eksternal yakni seperti kejadian kecelakaan, jatuh atau yang lainnya. Anak dengan berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian yang khusus pula. Tidak hanya di linkungan keluarga, melainkan juga di lingkungan masyarakat sekaligus di lingkungan sekolah pula.Â
Cacat fisik namun masih mempunyaii daya pikira atau ingat yang bagus, tidakmenjadikan anak tersebut lemah dalam setiap hal. Cacat pikir namun masih mempunyai daya fisik yang kuat juga tidak menjadikan anak lemah dalam setiap keadaan.
Hal tersebutlah yang menjadi semangat para anak peyandang disabilitas dalam melajutkan kehidupannya. Dukungan dari orang tua yang menjadi tujuan utama bagi mereka, semangat dan lindungan mereka yang menjadi selimut kehidupannya.Â
Untuk  itu, selain keluarga yang menjadi pendidikan utama bagi anak-anaknya, terutama bagi ibunya. Di Indonesia telah didirikan sekolah ynag mampu menampung anak-anak penyandang disabilitas. Yang mana bahwa semua anak-anak generasi bangsa mempunyai hak dalam mendapatkan pendidikan. Pemerintah telah mendiririkan sekolah yang dinamakan dengan sekolah Inklusi.Â
Jelas sekali, menjadi orang tua pasti mempunyai fikiran, dimana ia akan menyekolahkan anaknya? Dengan sadar diri, bahwa anaknya mempunyai kebutuhan khusus yakni berbeda dnegan anak-anak yang lainnya.Â
Sekolah Inklusi yakni sekolah regular ynag mampu menerima anak dengan penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan khusus. Di sekolah inklusi guru tidak akan membedakan antara anak regular dengan anak ABK. Semua peserta didik akan mendapatkan pendidikan seuai dengan haknya masing-masing.Â
Di sekolah inilah anak akan mulai berteman, anak akan mulai belajar, dan anak akan mulai bersosialisasi. Tidak menjadikan kekurangan sebagai halangan melainkan sebagai bakat tersendiri yang ia miliki.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H