Mohon tunggu...
Tsanaa Shofiyyah
Tsanaa Shofiyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik UINSA Surabaya

"Seorang mahasiswa pencipta konten yang bersemangat, saya menemukan kegembiraan dalam dua hal utama yaitu membuat konten yang informatif dan sangat suka berolahraga. Dengan keahlian dalam menyajikan informasi secara menarik, saya berkomitmen untuk menyajikan pandangan yang mendalam dan berimbang tentang isu-isu politik yang relevan. Selain itu, saya percaya bahwa keseimbangan hidup adalah kunci, dan kegiatan olahraga rutin menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup saya. Mohon dukungannya dengan like dari kalian membuat seorang penulis sangat bersemangat mencipatakan artikel yang berkualitas lagi.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Fenomena Polusi Plastik sebagai Isu Lingkungan di Indonesia

2 Juni 2024   20:41 Diperbarui: 2 Juni 2024   20:57 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://indonesiabaik.id/infografis/indonesia-darurat-sampah-plastik

Oleh: Nurissa Aisy, Savira Shofi Yohana, Tsanaa Shofiyyah Az-Zahra

     Berdasarkan data dari program lingkungan PBB mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Hal ini menunjukkan bahwa sampah plastik di Indonesia tak boleh dianggap remeh dan memerlukan perhatian penuh dari pemerintah, karena sampai kapan Indonesia akan menjadi negara yang terus saja tercemar oleh sampah plastik? Apakah kita tega membiarkan anak cucu di masa depan merasakan penderitaan ini?

     Indonesia merupakan sebuah negara yang menempati posisi ke empat dengan penduduk terbanyak di dunia dengan total 279.390.258 jiwa pada tahun 2024. Tingkat pertumbuhan penduduk yang meningkat signifikan dari tahun ke tahun menyebabkan peningkatan konsumsi produk plastik sekali pakai semakin tinggi sehingga pemerintah kesulitan untuk menerapkan kebijakan terkait pengelolaan sampah plastik yang efektif dan efisien di Indonesia. 

Jumlah produk plastik yang semakin tinggi dan tidak terkontrol di lingkungan yang berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar dan makhluk hidup yang biasa disebut juga dengan polusi plastic ini tak hanya hadir karena pertumbuhan penduduk yang meningkat signifikan saja, ada juga beberapa hal yang menyebabkan produk plastic ini bertransformasi menjadi polusi plastic yakni kurangnya pengelolaan sampah yang efektif, budaya konsumsi dan kebiasaan, serta industri dan perdagangan. 

     Hingga saat ini pengelolaan sampah di Indonesia masih menjadi tantangan krusial, sebab sampah plastik ialah salah satu jenis sampah yang paling sulit terurai yaitu mencapai 400 tahun dan merujuk pada data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), timbunan sampah nasional Indonesia pada tahun 2023 telah mencapai angka 17,4 juta ton dan sebanyak 33,5% dari total sampah tersebut belum terkelola dengan baik. 

Mayoritas sampah plastik di Indonesia berasal dari sektor rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari di rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik sebesar 39,1% pada tahun 2023 yang pada faktanya sampah rumah tangga ini sangat berbahaya bagi kesehatan yaitu bisa menyebabkan penyakit seperti kanker, kerusakan organ dan gangguan pertumbuhan janin dan anak. 

Jika dilihat berdasarkan jenis, pada 2023 mayoritas sampah di Indonesia berupa sisa makanan dengan proporsi 41,4%. Ada cukup banyak pula sampah plastik dengan proporsi 18,6%, kayu/ranting/daun 11,5%, dan kertas/karton 10,5%. Sementara sampah yang berupa karet/kulit, kain, kaca, logam, dan lainlainnya lebih sedikit dengan proporsi masing-masing di bawah 10%.

     Tak dapat dipungkiri juga bahwa budaya konsumsi dan kebiasaan masyarakat menjadi salah satu penyebab utama dari polusi plastic. Saat ini masyarakat terutama Gen Z cenderung melakukan konsumerisme yang berlebihan dan kurang menyadari akan dampak negative dari konsumerisme yang berlebihan tersebut.

 Konsumsi adalah sebuah kegiatan pemenuhan kebutuhan konsumen atau manusia namun bila dilakukan secara berlebihan dan merupakan konsumsi terhadap produk yang tidak selalu diperlukan maka akan memberikan dampak negatif. Apalagi pemenuhan kebutuhan tersebut ialah produk sekali pakai seperti gelas plastik, kemasan makanan plastic dll yang dimana produk ini mudah dibuang setelah digunakan sekali tetapi membutuhkan hampir 400 tahun untuk terurai di lingkungan. 

Masyarakat Indonesia sebagian besar juga memiliki kebiasaan yang kurang baik perihal ini sehingga menyebabkan timbunan polusi plastic tidak terkontrol di Indonesia. Kebiasaan masyarakat yang paling sederhana ialah mereka tidak memanfaatkan daur ulang dengan baik. Kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya dan tidak memilah sampah dengan benar menyebabkan sampah plastic yang seharusnya bias didaur ulang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran dan pendidikan masyarakat perihal dampak negative dari polusi plastic tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun