Kepada Presiden Republik Indonesia pilihan rakyat, Joko Widodo. Ya, sengaja saya tuliskan “pilihan rakyat” agar Anda ingat bahwa kursi Presiden yang Anda raih adalah hasil pemberian kami 9 Juli lalu. Pada hari selasa lalu, rakyat Indonesia dikejutkan oleh berita bahwa calon Kapolri yang Anda ajukan ditetapkan sebagai tersangka KPK. Memang sebelum ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka, Komjen Budi Gunawan diduga memiliki rekening gendut. Pegiat anti korupsi pun menolak pencalonan tersebut. Namun, masih banyak rakyat yang bimbang apakah benar Komjen BG memiliki rekening gendut atau ada upaya pembunuhan karakter atas dirinya. Seperti yang kita ketahui bersama, Pak Presiden, KPK adalah lembaga yang sangat dipercaya oleh publik dan kredibilitasnya tidak perlu diragukan lagi. Sehingga kini masyarakat telah menjadi satu menolak Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri.
Saya tahu bahwa Komjen Budi Gunawan adalah salah satu perwira polisi terbaik. Dia adalah mantan ajudan Presiden ke-5 Megawati Soekarno Putri. Tanpa diragukan lagi bahwa pencalonan Budi Gunawan merupakan tekanan dari Megawati, tapi harus diingat bahwa Anda adalah Presiden yang dipilih oleh 80 juta rakyat Indonesia! Sehingga Anda harus berani singkirkan tekanan apapun demi kepentingan negara ini. Pak Presiden selalu mengatakan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar. Saya setuju dan bangsa yang besar harus dipimpin oleh penegak hukum yang bebas dari masalah hukum. Bagaimana bisa seseorang menegakkan hukum jika dia tersangkut kasus hukum? Pada akhirnya, hanya kepentingannya semata yang dikedepankan
Bapak Presiden yang terhormat, ketika Anda sebagai Panglima tertinggi TNI memerintahkan untuk meledakkan kapal-kapal asing yang biasa mencuri ikan di perairan kita, sungguh saya merasa bangga. Saya merasa untuk pertama kalinya negara hadir. Ketika ditanya mengapa Anda meledakkan kapal-kapal tersebut meski biaya operasionalnya mahal, Anda menjawab bahwa ini masalah kewibawaan negara. Sekali lagi, saya sangat bahagia mendengar perkataan itu keluar dari mulut Presiden RI. Namun Pak Presiden, bagaimana bisa kita menjaga kewibawaan negara ini jika seorang kepala dari institusi penegak hukumnya saja bermasalah? Ini bukan hanya dugaan belaka, melainkan sudah ada bukti yang menyatakan demikian. Apa kata dunia? Bukankah mereka akan tertawa melihat kebobrokan negeri ini? Bayangkan saja, koruptor menjadi Kapolri!
Pak Presiden selalu katakan bahwa ketika kita mengambil keputusan harus selalu berpikir panjang. Kita harus berpikir 50 tahun kedepan, bukan hanya 5 atau 10 tahun kedepan. Ya, sekali lagi saya setuju. Tapi Pak, bayangkan saja jika seorang Kapolri nantinya masuk penjara karena terbukti bersalah, apa kata anak cucu kita? Bagaimana nanti jika mereka bertanya kepada kita? Apa yang harus kita jawab Pak?. Sejarah akan mencatat peristiwa ini dan kita akan harus mempertanggung jawabkannya kelak.
Pak Jokowi, Presiden pilihanku. Saya percaya Anda adalah orang baik, saya percaya Anda masih memiliki hati nurani. Dengarkan hati nurani Anda, Pak Presiden. Jika Anda menolaknya menjadi menteri, kenapa Anda tidak mampu menolaknya sebagai Kapolri? Pak, mereka yang mendukungnya memakai topeng, dibalik topeng itu muka mereka kejam. Mereka tidak akan membantumu ketika Anda jatuh, tapi rakyat pasti membela Anda jika Anda menempatkan kepentingan rakyat diatas kepentingan mereka. Pak Presiden, ingatlah betapa rakyat dan para relawan berjuang memenangkan Anda saat Pilpres lalu. Tak sedikit dari mereka yang rela korbankan tenaga, uang dan waktu hanya untuk Anda seorang. Mengapa? Mereka memiliki harapan bahwa Anda akan membawa perubahan besar untuk Indonesia. Anda telah melakukan dosa besar jika mengabaikan harapan mereka karena tidak mampu melawan tekanan kepentingan kelompok. Kami menunggu jiwa besarmu, Pak Presiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H