Mohon tunggu...
Tsaltsah Hanifah Ardhy
Tsaltsah Hanifah Ardhy Mohon Tunggu... Akuntan - mahasiswa

mahasiswa aktif jurusan akuntansi dari universitas muhammadiyah jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masalah dan Pembangunan Ekonomi Kota

26 Juni 2023   11:41 Diperbarui: 26 Juni 2023   11:59 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih dari 55% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan per tahun 2018, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), menurut Kominfo. BPS memperkirakan bahwa tingkat urbanisasi akan menjadi 2,3% per tahun dan populasi perkotaan akan mencapai 66,6% pada tahun 2035. Pertambahan penduduk dan konsentrasi kegiatan di perkotaan dapat menimbulkan berbagai permasalahan perkotaan. Masalah perkotaan yang ada seperti ketidakamanan, kemiskinan, kemacetan lalu lintas yang semakin parah, tingkat kejahatan yang tinggi, dan pencemaran lingkungan membutuhkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu untuk berpikir dan mencari solusi tanpa ketinggalan dari para ekonom. Karena semuanya mempengaruhi tren masalah sosial dan ekonomi di masyarakat. Pesatnya pertumbuhan kota-kota dewasa ini menunjukkan tingkat perkembangan yang sangat tinggi. Pembangunan perkotaan baik evolusi penduduk maupun tuntutan dan respon aktivitas masyarakat perkotaan, yang semakin sulit dikendalikan dan seringkali menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan kota itu sendiri.

Menurut Sarlito (1992:62), "salah satu masalah yang masih dirasakan hingga saat ini adalah adanya perbedaan kelas sosial ekonomi yang semakin terasa. Yang kaya semakin kaya dan berkuasa, sedangkan yang miskin semakin miskin"

Semakin besar, padat, dan semakin heterogen populasinya, semakin menonjol ciri-ciri ini. Empat masalah umum kota adalah urbanisasi, pemukiman, lingkungan, dan transportasi. masalah urbanisasi Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Penduduk desa bermigrasi ke kota dengan berbagai alasan, seperti ingin mendapatkan penghidupan yang layak atau menikmati kesempatan hidup dan infrastruktur yang tidak terdapat di desa. Karena migrasi penduduk desa ke kota, kepadatan penduduk kota semakin meningkat. Berbagai masalah kehidupan muncul dari situasi ini. Pada umumnya penduduk desa yang merantau ke kota berpendidikan rendah. Oleh karena itu, meskipun Anda datang ke kota, Anda tidak diperbolehkan mendapatkan pekerjaan yang layak. Dan keadaan ini membuat mereka menjadi pedagang kaki lima, pengamen, pemulung, pedagang kaki lima, dan sebagainya.

Masalah penyelesaian kepemilikan tanah kota terbatas dan umumnya terdaftar untuk berbagai kepentingan publik dan industri. Ketika penduduk perkotaan tiba di kota-kota, masalah pemukiman menjadi semakin akut. Pendatang, terutama yang berasal dari kalangan miskin, akan membangun tempat tinggal sementara di kota. Secara umum, real estat perkotaan mahal dan tidak dapat diakses oleh imigran kelas menengah ke bawah, sehingga rumah mereka berada di area yang tidak cocok. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah telah mengambil berbagai solusi. Diantaranya membangun perumahan hemat lahan, membangun perumahan di kawasan yang berdekatan dengan kota, dan membangun perumahan untuk kalangan menengah ke atas. Masalah lingkungan Masalah lingkungan di sini berkaitan dengan polusi tanah, air, udara dan kebisingan. Pencemaran disebabkan oleh kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pencemaran tanah, misalnya banyaknya sampah yang tertimbun di tempat pembuangan sampah. Penanganan yang tidak tepat menyebabkan penurunan kesehatan masyarakat. Pencemaran air disebabkan oleh pembuangan limbah ke sungai dan danau di dalam kota. Limbah meliputi limbah rumah tangga dan limbah industri. Limbah ini dapat merusak jaringan hidup di dalam air. Polusi udara disebabkan oleh kendaraan, asap pabrik, dan pembakaran manusia. Polusi udara yang berlebihan merugikan kesehatan, terutama terkait dengan pernapasan. Masalah transportasi saat ini permasalahan lalu lintas terutama di kota-kota besar hampir mencapai batas kapasitas jalan. Karena banyaknya jumlah kendaraan di kota, perhatian lebih harus diberikan pada infrastruktur lalu lintas seperti jalan raya. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah melebarkan jalan untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Pemerintah juga membangun jalan baru untuk mengurangi kemacetan di kota.

Ibarat dua sisi mata uang, pembangunan perkotaan tidak hanya menimbulkan masalah seperti yang kita kenal sekarang. Berkat aktivitas di kota, taraf hidup penduduknya meningkat. Kegiatan manufaktur dan perdagangan berkembang pesat di kota-kota, dan industri ini menyediakan berbagai macam barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Ada banyak penyebab perkembangan kota, namun pendorong awalnya adalah migrasi massal penduduk, yang mengakibatkan tingginya tingkat urbanisasi. Bagi para imigran, minat untuk pindah ke kota berasal dari kemungkinan bahwa mereka akan mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik di sana daripada di pedesaan, di mana upah rendah dan kesempatan kerja semakin terbatas. Fenomena ini sejalan dengan temuan Todaro (1976) yang menjelaskan bahwa migrasi terjadi karena adanya upah yang lebih tinggi di daerah sasaran. Selain itu minat para pendatang perkotaan juga karena adanya fasilitas pelayanan untuk berbagai aktivitas yang dilakukan oleh penduduk perkotaan. Sebagai pusat konsentrasi penduduk, pertukaran sosial budaya, dan kegiatan ekonomi, kota melayani kebutuhan infrastruktur, pelayanan dasar, air yang cukup, pangan, energi, perumahan yang terjangkau, kesehatan, pekerjaan yang layak, ruang hijau dan terbuka, ruang keamanan dari banjir, lalu lintas macet, dll harus dipenuhi. Tidak hanya bencana tetapi juga masalah sosial. Keadaan ini membutuhkan adanya kemampuan manajemen perkotaan yang inovatif dan cerdas untuk memberikan layanan perkotaan yang lebih andal dan menjawab tantangan pembangunan perkotaan yang semakin kompleks. Perkembangan teknologi dan komunikasi informasi mengalami kemajuan yang pesat. Sejatinya membuka peluang munculnya solusi-solusi yang inovatif dan kreatif di berbagai sektor kehidupan serta mengurangi disparitas, meningkatkan efektivitas dan efisiensi,

"Inisiatif Kota Cerdas diharapkan dapat mengcover seluruh isu permasalahan kota dan kebutuhan masyarakat di wilayah Kota tersebut," ujar Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dalam Opening Ceremony Gerakan Menuju 100 Smart City 2019.

Guna mengantisipasi dinamika isu dan mengembangkan solusi permasalahan perkotaan, Pemerintah mengembangkan Gerakan Menuju 100 Smart City. "Pemerintah telah menetapkan visi pembangunan Kota Cerdas untuk menghasilkan lingkungan perkotaan yang memiliki ketahanan lingkungan dan mampu menghadapi bencana, secara beriringan dilakukan penguatan standar pelayanan kota untuk mendukung kehidupan masyarakat," jelas Mendagri. Kota yang cerdas akan sangat mengandalkan ICT/teknologi, fasilitas, dan infrastruktur fisik kota yg canggih, namun akan lebih berguna jika masyarakatnya juga memiliki budaya yang baik, seperti: tidak merusak lingkungan, tidak boros energi, pola konsumsi yg sesuai, dan sebagainya. Kementerian PUPR juga memberikan dukungan dalam bentuk program-program pembinaan pengembangan kawasan perkotaan, termasuk pada beberapa kota/kabupaten yang berpartisipasi dalam Gerakan Menuju 100 Smart City. Kegiatan ini akan mendorong dan memotivasi seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah hingga kotamadya untuk bersinergi membangun kota yang inovatif, produktif dan berdaya saing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun