Mohon tunggu...
Tsalits Timadar
Tsalits Timadar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi UMS

Setiap kata yang ditulis adalah usaha untuk membuka mata, memicu diskusi, dan merayakan keberagaman dalam setiap lapisan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Menjadi Trending Topik, Berikut Alasan #TolakGambarAI Pantas Disuarakan

5 Januari 2024   18:17 Diperbarui: 5 Januari 2024   18:58 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maraknya penggunaan gambar AI tampaknya meresahkan berbagai ilustrator dan artist dalam negeri. Perkembangan teknologi bukannya mempermudah manusia di era digital, malah menjadi ancaman karena penyalahgunaannya.

Sebenarnya apa itu AI generative image? Dan mengapa hal itu ramai dipermasalahkan? AI generative image merupakan kecerdasan buatan yang dapat membentuk prompt atau serangkaian perintah dari manusia dalam bentuk kalimat sebagai gambar berdasarkan karya yang sudah dipelajarinya. Namun, dalam proses pelatihan kecerdasan buatan tersebut, terungkap bahwa database karya yang mereka pakai merupakan hasil curian dari karya seniman lain. AI membuat gambar dari informasi yang diperolehnya, kemudian memanipulasi dan dipadu padankan dalam suatu karya baru. 

Isu ini mulai mengudara dan menyita perhatian banyak publik sejak ramai disuarakannya gerakan #TolakGambarAI di platform X. Diduga keresahan ini dipicu karena fenomena gerakan kampanye politik dengan poster gambar AI yang tersebar dimana-mana. Begitu pula kegiatan komersial dan akademik yang secara tidak bijaksana mengunakan AI seolah Indonesia saat ini menormalisasi penggunaan AI dalam karya cipta. Tujuan dari diadakannya gerakan penolakan gambar AI ini adalah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang hak cipta, serta memberi edukasi kepada masyarakat untuk tidak menormalisasi dan meng-komersialisasikan gambar AI. 

"AI itu bukan menghasilkan dari ketiadaan, namun mencuri barang yang sudah ada. Artist memodifikasi, artist mengolah diri, artist mencari gaya gambarnya, artist bekerja tahunan hingga dia dapat menggambar dengan gayanya. Seni adalah jati diri, bukan barang produksi." Begitu disebutkan oleh @Kusanagi_ID dalam cuitannya di platform X yang diketahui telah diposting ulang sebanyak 506 kali dan disukai sebanyak 1192 kali.

Namun, beberapa masyarakat tidak sedikit yang bersikap acuh terhadap protes akan isu ini. Mereka beranggap bahwasannya, ini hanyalah suatu bentuk dari perkembangan teknologi dimana manusia harus dapat belajar mengendalikannya untuk memanfaatkan digitalisasi itu. Tak sedikit juga berkata bahwa maraknya penggunaan AI generative image disebabkan oleh minimnya seniman dalam negeri dan harga komisi yang mahal. 

Pendapat lain oleh pengguna X dalam akun miliknya @akihikaa menyebutkan, "Menolak gambar Al bukan berarti tidak mendukung perkembangan teknologi, nyatanya indonesia memiliki banyak artist luar biasa yang bisa dikembangkan potensinya daripada menggunakan Al yang hukum hak ciptanya masih tidak jelas karena mencuri karya orang lain."

Dalam menghadapi era perkembangan teknologi yang pesat, penting bagi kita semua untuk bersama-sama menciptakan lingkungan digital yang aman dan etis. Kampanye #TolakGambarAI menjadi momentum untuk merefleksikan kembali peran teknologi dalam kehidupan sehari-hari kita dan bagaimana kita dapat mengelolanya dengan bijak. Semoga kampanye ini tidak hanya menjadi tren sementara, tetapi juga menjadi pendorong perubahan positif dalam pola pikir dan tindakan masyarakat terhadap penggunaan gambar AI di dunia maya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun