Kisah Perjuangan Penderita Lupus - Hai, kali ini aku mau nyoba nulis pengalamanku sendiri, bukan sesosok orang yang aku angkat, melainkan diriku sendiri. Kelihatan nasrsis, sih. Tapi nggak apa-apa. Aku hanya ingin berbagi cerita. Inilah kisah hidupku bersama Lupus.
Awal Mula Kenalan dengan Lupus
Saat itu usiaku 20 tahun dan habis melahirkan. Ya, nikah muda. Setelah sebulan melahirkan, kulitku memerah, melepuh seperti orang kebakaran. Dan rasanya tuh gatal sekali. Aku hanya periksa ke dokter umum dan diberi obat. Setelah mendingan, aku buat masuk kuliah. Izin cuti melahirkan sudah habis dan aku nggak mau ambil izin lagi.
Saat di kampus, rasa gatal itu kembali hadir. Nggak sampai satu jam, kulitku sudah melepuh lagi. Aku langsung telepon suami dan keluar kelas tanpa izin, saking buruknya wajahku dan nggak mau ada teman dan dosen tau.
Kulitku yang awalnya mulus, berubah jadi buruk rupa, memerah dan menjijikkan. Setelah penampakan ruam itu hilang, tidak lantas kembali membaik, melainkan kulit mengelupas, persis seperti ular lagi ganti kulit. Kisah Perjuangan Penderita Lupus
Opname untuk Pertama Kali saat Kena Lupus
Dokter umum dan dokter kulit sudah angkat tangan, keluarga nekat membawaku ke dokter spesialis radioligi. di situ dokterya bilang, penyakitku jika diibaratkan suatu negara, adalah tentara yang brutal. yang tidak tahu mana kawan mana lawan. Semua dibabat habis. Ya, begitulah. Sistem imunku rusak. Tidak tahu mana kuman, mana virus, dan mana anggota tubuh yang harus dijaga.
Waktu pemeriksaan, protein urine ku +4, artinya ginjal bermasalah. Bukan hanya itu, mataku menguning mengindikasikan jika Lupus sudah jalan-jalan ke mata. Sungguh luar biasa. Apa cukup sampai di situ? Nggak! Di rumah aku belum juga membaik, sampai akhirnya aku harus masuk rumah sakit (MRS).
Apa itu Lupus?
Aku simpulkan dari beberapa artikel dan penuturan dokterku, Lupus adalah semacam kelainan kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari penyakit, diproduksi secara berlebih hingga tidak tahu arah dan menyerang tubuh sendiri. Dalam hal ini Lupus sudah menyerang ginjal, liver, dan kulitku.
Bisakah Lupus Sembuh Total?
Sebulan lebih aku opname, dan saat itu benar-benar menyiksa. Aku kangen anakku. Aku yang seharusnya menemani tidurnya, eh malah enak-enakan tidur di Rumah Sakit. Sebulan keadaanku sudah membaik. Waktu mau pulang, dokter meresepkan obat sambil berkata, "Ini ada obat yang harus diminum terus. Jangan sampai tidak minum, ya."
Deg! Maksudnya apa? Aku harus minum obat seumur hidup? Tidak bisakah Lupus sembuh total?
Setelah aku pulang dan mulai kontrol pertama, aku menanyakan ini pada dokterku. Jawabannya kurang lebih begini, Lupus bukanlah penyakit. Ini adalah kelainan antibody. Â Jika bukan penyakit, apanya yang mau disembuhkan? Karena memang kelainan ya diterima saja.
Lupus memang tidak bisa sembut total, but penyandang Lupus masih bisa berkesempatan untuk hidup normal. Jika kualitas hidupnya baik, Lupus pasti bakal membaik, obat pun akan diturunkan dosisnya. Bahkan bisa lepas obat atau yang sering disebut remisi.
Rambut Rontok - Kuku Copot
Saat lagi main sama bayiku, si kecil iseng jambak rambutku. Daaan prull, segenggam rambut dia dapatkan. Yups. Rambutku rontok parah. Sampai takut untuk menyisir rambut. Eh, maaf. bukan sekadar rontok, melainkan habis. Gundul polos. Aku mengalami alopecia aerata.
Bukan hanya rambutku yang rontok, melainkan semua bulu yang ada di tubuhku. Aku nggak punya bulu hidung, alis, bulu mata, bulu ketiak, dan bulu-bulu yang lain. Habis semuanya, bahkan kuku ini juga copot. Aku nggak punya kuku. Hehehehe ....
Kehilangan Pengelihatan
Kisah Perjuangan Penderita Lupus - Pagi itu pas bangun tidur. Aku menyuruh suami untuk menyalakan lampu karena pasti sudah pagi, sambil berkata, "Mas, pean di mana?"
Suami langsung mengeraskan suara,"Jangan becanda!"Â
Apanya yang becanda. Ini gelap dan aku serius. Suami mengguncangkan tubuhku. Aku menangis menyadari mataku yang sudah tidak berfungsi. Ya. Aku buta. Aku langsung teriak. Sepertinya ini adalah punya kesedihanku bersama Lupus. Aku tidak bisa melihat suamiku. Aku tidak bisa melihat wajah mungil anakku. Aku nggak bisa melihat dunia ini.
Seketika itu suami langsung membawaku ke Rumah Sakit. Dokter mata bilang, aku mengalami pengelupasan sel syaraf retina atau retinal detachment. Lemas tak berdaya. Hidupku serasa hancur. Dokter memberiku opsi operasi mata. Jika berhasil kemungkinan aku kembali melihat hanya sebatas jarak lima jari, jika gagal aku harus buta permanen.
Aku konsul ke penyakit dalam. Di sana diberitahu jika kebutaanku diakibatkan karena Lupus yang berulah. Jika Lupusnya terkendali, Insyaallah matanya pun bisa kembali melihat. Dan benar, entah beberapa bulan setelah itu, perlahan aku kembali menemukan pengelihatanku. Alhamdulillah.
Berdamai dengan Lupus
Aku tahu akan hidup bersama Lupus selamanya, tapi aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku bisa hidup dengan Lupus. Aku punya Lupus, tapi Lupus tidak akan bisa memilikiku. Aku bersepakat untuk berdamai dengan Lupus dan menjadikannya sahabatku.
Aku penyandang Lupus, tapi aku akan tetap berjuang untuk hidupku, anakku, keluargaku, dan orang yang merasa membutuhkanku. Semangat untuk diriku. Kisah Perjuangan Penderita Lupus By Shalys Chan (Tsalits Faizah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H