Bukti nyata lain dari perjuangan Kartini, yaitu berdirinya sekolah gratis untuk perempuan yang disebut Sekolah Kartini. Jasa Kartini merupakan bekal dasar bagi perempuan di Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta menggali potensi dirinya sebagai upaya mewujudkan impiannya dan tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain.
Melalui emansipasi, perempuan Indonesia dapat merasa setara dengan laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan. Peran perempuan tidak hanya sebatas urusan rumah tangga, namun kini perempuan berpeluang untuk dapat melebarkan sayapnya dalam berkarir dan bersaing di kancah publik, dengan tetap memperhatikan perannya dalam keluarga sebagai ibu dan istri.
Dengan kata lain, perempuan telah mampu berkontribusi di semua bidang masyarakat tanpa diskriminasi dalam pembagian kerja, bahkan dalam ranah politik.Â
Hal ini ditegaskan dalam Pasal 65 Ayat 1 UU No. 2 Tahun 2008 tentang Keterwakilan Perempuan minimal 30% di Partai Politik yang juga merupakan wujud nyata dari peran keterlibatan perempuan dalam ranah politik.
Kondisi perempuan kini jauh lebih dinamis, cerdas, dan telah mampu mensejajarkan diri dengan laki-laki. Bahkan perempuan saat ini tidak hanya hadir sebagai pengikut, lebih dari itu, mereka juga mampu menjadi pemimpin dan tampil sebagai pemikir, penganalisis, dan pengambil keputusan.Â
Kemajuan dapat dilihat dari beragamnya profesi pekerjaan yang biasanya ditekuni oleh laki-laki, kini banyak juga ditekuni oleh perempuan, seperti direktur, menteri, dan presiden.
Di era modernisasi, teknologi semakin banyak digunakan. Peran perempuan semakin terasa di segmen ini, sebagai fungsi perempuan yang "dianggap" sebagai tangan pertama dalam mendidik anak-anaknya dalam keluarga.
 Kemajuan teknologi yang tak terbendung, terutama di tengah pandemi, menambah beban perempuan sebagai ibu yang harus mengarahkan anaknya ketika melakukan pembelajaran online dan bagaimana menyikapi positif penggunaan teknologi.
Belum lagi peran perempuan sebagai pekerja di perusahaan semakin penting dan dituntut untuk terus berinovasi dan adaptif terhadap perubahan yang ada di era industri 4.0. Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal 2018, menunjukkan bahwa angka partisipasi angkatan kerja perempuan (TPAK) hanya 55,44%, sedangkan TPAK laki-laki sudah mencapai 83,01%.
Di sisi lain, masih terdapat kesenjangan yang besar dalam kemampuan dan penguasaan teknologi informasi antara perempuan dan laki-laki. Mengutip data International Telecommunication Union (ITU), pengguna teknologi perempuan 12% lebih rendah dibandingkan laki-laki.Â
Sebenarnya perempuan di Indonesia adalah pengguna internet aktif, namun literasi digital mereka masih rendah karena kurangnya pelatihan dan latar belakang pendidikan yang rendah.