Mohon tunggu...
tsalisha Putri
tsalisha Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ISI Surakarta

Melukis dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa arti kesenian bila terpisah dari derita lingkungan

23 November 2024   14:16 Diperbarui: 23 November 2024   14:35 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto mural di Jaan Gatot Subroto , Surakarta ) (DOK.PRIBADI)

(Gatsu) atau tepatnya di jalan Gatot Subroto yang banyak menjadi spot para wisatawan untuk menikmati mural mural dari seniman seniman begitu pula dengan lampu lampu yang menghiasi jalanan yang menarik sambil menikmatikulineran dari makanan makanan khas solo ataupun khas daerah lain .Setiap malam sabtu maupun minggu ini jalanan biasanya akan ada acara penjualan seperti aksesoris lucu, permainan yang menyenangkan, begitu pula adanya singer street yang memerdukan jalanan.

   Hal yang paling mencuri perhatian di Gatsu tadi adalah mural yang menghiasi djalanan tersebut salah satunya mural yang bergambar salah satu penyair indonesia yaitu W.S. Rendra yang biasa dijuluki Sang Burung Merak karena penampilan nya yang penuh pesona dengan salah satu syair yang yang berbunyi "Apa arti kesenian bila terlepas dari derita lingkungan".

Hal itu tentu pasti banyak memuat pikiran bahwa seni itu ekspresif, dari derita yang berasal dari luar maupun dari diri kita sendiri, agar sesuatu memiliki makna yang berarti harus ada perasaan yang terlibat didalamnya dan dituangkan dengan gaya sendiri agar menjadi suatu karya seni yang berarti dan indah.

Tokoh besar  yang berkelahiran tepatnya di kota Surakarta ini menjadi kebanggaan kota solo dengan karya karyanya yang sangat indah bahkan penampilannya yang memukau. Sajaknya baru pertama kali diterbitkan di majalah Siasat pada 1952, saat ia duduk dibangku SMA kemudian ditahun 1950 karya karyanya seperti puisi puisinya begitu pula cerpen nya terus dimuat dimajalah majalah.

Dengan mural mural di Gatsu yang menampilan tokoh tokoh besar itu, hal ini bisa menjadi sumber keteladanan dan inspirasi para pemuda diluar sana termasuk menjadi ciri khasnya kota Solo itu sendiri dan menjadi refleksi akan sejarah masa lalu kota Solo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun