Anthrax merupakan penyakit yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Penyakit anthrax merupakan peyakit Zoonosis. Kuman Anthrax yang jatuh di tanah, pada kondisi lingkungan yang kurang baik akan membentuk spora. Spora anthrax ini tahan hidup 15 sampai 20 tahun bahkan di laboratorium bisa tahan hidup 50 tahun (Akoso, 2009). Antraks terutama menyerang mamalia dan beberapa jenis burung, terutama herbivora. Hewan ternak yang sering terjangkit anthrax diantaranya kerbau, sapi, kambing, babi, dan juga domba. Antraks juga dikenal sebagai penyakit arang, karbunkel ganas, demam limpa atau radang limpa, penyakit Bradford, penyakit Cumberland, penyakit penyortir wol, dan penyakit portir jangat. Antraks dapat menular dari hewan ke manusia melalui kontak luka di luar penyakit, memakan daging hewan yang terkontaminasi dan inhalasi spora B. anthraci
Penyebaran terjadi ketika ternak terpapar oleh spora bakteri. Bakteri maupun spora dapat bertahan dalam cuaca ekstrim dan jangka waktu yang panjang. Pengendalian penyakit antraks dapat dilakukam secara efektif dengan pemeriksaan kesehatan ternak secara rutin, pengawasan distribusi ternak antar wilayah, program vaksinasi, serta diagnosis penyakit yang akurat sehingga tindakan pengobatan dapat segera dilakukan. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kejadian antraks cukup tinggi. Terdapat 11 provinsi yang dinyatakan sebagai daerah endemis antraks meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, Jambi, dan DI Yogyakarta
Bacillus anthracis dapat tumbuh hampir semua media pertumbuhan bakteri pada umumnya, namun jika dikultur pada Blood Agar Plate dengan kandungan darah bebas antibiotika akan terlihat pertumbuhan yang sangat baik dan menunjukkan ciri khasnya. Pada suasana pH 7 -- 7,4 secara aerob akan menjadikan pertumbuhan secara maksimal. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu sekitar 15C hingga 40C tetapi suhu optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya adalah 37C. Setelah 24 jam masa inkubasi Bacillus anthracis maka akan tumbuh koloni yang besar, opaque, menonjol, berwarna putih keabuan, ukuran diameter sekitar 2 -- 5 mm, dan premukaan oloni akan ter;ihat berbulu plumose jika dilihat di bawah kaca pembesar. Bacillus anthracis memfermentasi glukosa, maltosa dan sukrosa dengan menghasilkan sejumlah asam tetapi bakteri ini tidak memfermentasi manitol, laktosa dan galaktosa. Sifat biokimiawi lain dari bakteri ini adalah mencairkan gelatin secara perlahan, mereduksi nitrat menjadi nitrit, serta tes Voges Preskauernya atau VP positif.
Untuk meningkatkan system keamanan terhadap penyakit dalam peternakan perlu ditekankan dengan cara memeberikan pengetahuan serta pola sikap masyarakat dalam menghadapi endemi penyakit anthrax. Hal tersebut dapat dimulai dengan pengenalan penyakit mulai dari munculnya penyakit anthrax, perkembangbiakkan bakteri, penyebaran atau penularan penyakit, pencegahan dan pengobatan penyakit. Selain memberikan pengetahuan terkait penyakit antraks, peternak harus selalu menjaga kesehatan ternak dari penyakit antraks yaitu dengan mengembangkan cara pengendalian penyakit antraks yang efektif dengan diagnosis penyakit yang akurat sehingga tindakan pengobatan dapat segera dilakukan (Albert dan Sri, 2018).
Upaya -- upaya pemerintah dalam menanggulangi endemi penyakit anthrax di Kulon Progo diantaranya yaitu melakukan penyuluhan cara pencegahan anthrax diantara cara pencegahannya yaitu dengan menjalani pola hidup sehat dan bersih. Apabila ingin mengonsumsi daging disarankan membeli daging dari rumah pemotongan hewan yang bersertifikat. Selanjutnya, dimasak dengan matang hingga suhu 120 C atau benar-benar matang. Melakukan pengambilan sampel berupa swab atau usap luka pada masyarakat yang diduga terjangkit, penyiraman formalin di lokasi yang diduga tercemar, dan penyuntikan vaksinasi, antibiotik, dan vitamin pada seluruh hewan ternak(Dirjen Anung).Â
Menurut saya, upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi pencegahan penyakit anthrax sudah cukup bagus namun, kembali lagi kepada masyarakatnya apakah mereka sudah menerapkan cara pencegahan yang diberikan oleh pemerintah atau belum. Mungkin saja, kasus anthrax yang menyebar ke manusia dapat terjadi karena kurangnya edukasi dari pemerintah atau lembaga pendidikan terkait, atau juga dapat terjadi karena tingkat kemiskinan pada daerah tersebut begitu tinggi sehingga masyarakat disana terpaksa 'memakan' atau 'mengonsumsi daging yang tidak layak untuk dikonsumsi. Berbagai latar belakang yang menyebabkan penyakit anthrax menyebar dikemukakan oleh masyarakat luas melalui media sosial, mereka memiliki berbagai macam teori yang mendukung terjadinya penyebaran anthrax pada Kabupaten Kulon Progo.Â
Dari tulisan saya di atas dapat disimpulkan bahwa Anthrax merupakan penyakit yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Penyakit anthrax merupakan peyakit Zoonosis. Bakteri anthrax dapat menjangkit hewan ternak dan juga manusia, maka dari itu diperlukan pencegahan agar penyakit tersebut tidak menyebar. Penyuluhan mengenai penyakit anthrax sangat diperlukan terutama kepada peternak ataupun masyarakat awam yang tidak tahu mengenai penyakit anthrax. Peran masyarakat juga sangat dibutuhkan utuk memutus rantai penularan penyakit anthrax agar penyakit ini tidak menjadi permasalahan kesehatan yang dapat mengancam banyak nyawa berharga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H