Mohon tunggu...
Tsabita Adzra Adiyantoputri
Tsabita Adzra Adiyantoputri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

🏫 SMAI NFBS Serang 📚 Member of Klub Literasi Sekolah NFBS Serang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Unik! Beginilah Cara Guru Sosiologi Ini, Memahami Keadaan Siswa Dalam Proses Pembelajarannya

3 November 2024   21:32 Diperbarui: 3 November 2024   21:44 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru mengajar sosiologi ((dok.chatgpt))

     

    Guru adalah orang yang berperan penting dalam pembangunan yang berkelanjutan, mereka memegang peran besar bagi masa depan negeri ini. Kesuksesan seorang siswa dilihat dari bagaimana guru tersebut membimbing peserta didiknya. Proses kegiatan belajar dan mengajar tidaklah selalu mudah, ada banyak hal yang menjadi tantangan tersendiri baik itu dari sisi yang mengajar ataupun yang diajar.

    Di SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang terdapat banyak guru dengan bagian mengajar tersendiri, salah satu nya adalah seorang guru kami bernama Ustadzah Kiffah Afkar Arifaat S.pd , seorang guru sosiologi SMA. Tentunya beliau memiliki motivasi tersendiri untuk mengajar sebagai guru di SMAI Nurul Fikri Boarding School ini.

     Beliau memiliki motivasi yang sangat kuat, yang pada akhirnya membuat beliau mengambil keputusan untuk menjadi guru di Nurul Fikri Boarding School. Beliau menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya beliau mengajar di sekolah formal.

    "Awalnya saya sebenarnya nggak mau mengajar di sekolah formal," ucap beliau. 

     Beliau memiliki alasan tersendiri mengapa beliau pada awalnya tidak mau mengajar di sekolah formal. Beliau mengatakan bahwa ada banyak sekali hal-hal buruk yang sering dilakukan dalam sistem sekolah di Indonesia, hal-hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip yang beliau pegang.

     "Namun alasan kenapa saya memilih NF ini adalah karena saya melihat nilai-nilai yang diajarkan dan diamalkan di sini sesuai dengan prinsip-prinsip saya," ucapnya. 

     Beliau juga memiliki beberapa perjanjian dengan muridnya yang selalu diterapkan selama di kelas, beberapa diantaranya dianggap unik. Hal ini karena ada beberapa peraturan yang sangat berbeda dari yang biasanya diterapkan oleh guru-guru pada umumnya. Salah satunya adalah perizinan tidur selama kelas berlangsung. Hal ini tentunya dianggap aneh bagi sebagian besar orang, namun siapa sangka ternyata beliau memiliki alasan yang sangat unik dan ternyata bermanfaat juga dari perspektif beliau dan peserta didik yang diajarinya.

   Beliau menyadari jika kegiatan di Nurul Fikri yang padat menyebabkan peserta didiknya merasa lelah. Beliau juga menyadari bahwa setiap murid memiliki perspektif yang berbeda-beda terhadap pelajaran yang diajarkannya. 

      "Saya menghindari memiliki pikiran jelek ke siswa," jelas beliau.

     Menurut beliau jika beliau menetapkan standar yang terlalu tinggi kepada siswa-siswanya maka akan berujung beliau akan memiliki penilaian yang buruk terhadap anak muridnya.

     Beliau memahami perspektif dari siswa juga. Beliau paham bahwa sosiologi bukanlah pelajaran yang pasti disukai semua orang, beliau paham jika murid-muridnya merasa bosan atau tidak tertarik. Beliau tidak pernah memaksakan anak muridnya untuk menyukai mata pelajaran yang diajarnya asalkan anak muridnya bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan memenuhi standar penilaian.

     Dengan demikian beliau memiliki kebijakan siswa diperbolehkan tidur dengan catatan harus izin. Beliau juga menerapkan bahwa beliau selalu memperhatikan performanya untuk menyesuaikan dengan para siswa.

     Beliau selalu memperhatikan kejenuhan atau apapun yang menarik bagi siswa untuk memahami teori sosiologi dengan caranya masing-masing, beliau memperbolehkan siswanya untuk tidak mencatat asal tidak menginterupsi jam mengajarnya dan tetap memperhatikan selama pelajaran.

   "Saya paham kalau mata pelajarannya banyak, saya tahu kalau mereka pasti lelah dan merasa bosan," ujarnya. 

   Tentu dari semua pengalaman beliau dalam mengajar terdapat beberapa hal yang kian membuatnya tidak nyaman.

     Beliau juga memegang jabatan sebagai pembina tim kedisiplinan di sekolah, hal ini menjadikan beliau sering berurusan dengan murid-murid yang sering melanggar aturan sekolah. Namun, beliau tidak pernah secara personal merasa tidak suka terhadap murid-muridnya. Beliau lebih merasakan rasa kecewa dibandingkan rasa tidak suka. 

   Tentu dari semua hal tersebut, beliau memiliki caranya sendiri untuk selalu bangkit dan menanggapi hal-hal tersebut. Caranya adalah dengan membedakan urusan beliau di dalam kelas dan di luar kelas, beliau tidak akan membawa-bawa urusan beliau sebagai pembina tim kedisiplinan di dalam kelas.

     Beliau tetap menjalankan tugasnya sebagai guru dan juga sebagai pembina tim kedisiplinan. Beliau tetap mengingatkan dan menindak siswa-siswa yang melanggar aturan namun beliau tidak melupakan tugas beliau sebagai guru sosiologi bagi anak muridnya. Ketika suatu masalah sudah terselesaikan maka beliau tidak akan mengungkit-ungkitnya lagi.

     Beliau selalu menghargai kondisi antara kedua belah pihak ketika menghadapi masalah, hal ini jadi bisa meningkatkan rasa menghargai di antara guru dan siswa.***

Sumber: liputan khusus penulis

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun