Mohon tunggu...
tsaabitah dr
tsaabitah dr Mohon Tunggu... -

sedang belajar ekonomi kesehatan dan belajar menulis http://aridwiaryani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Silent Killer

26 Desember 2009   04:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:46 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami biasa bertelpon untuk saling berbagi cerita dan berkeluh kesah tentang pekerjaan kantor. Kalau pekerjaan seabrek dengan tenggat yang memburu, frekuensi bertelpon semakin sering. Lumayan untuk mengurangi kepenatan dan menurunkan adrenalin yang memuncak. Ia yang selalu menjawab salam dengan suara riang mengalun seperti upin dan ipin, menciptakan ketenangan meski pekerjaannya yang dibebankan kantor belum juga selesai. Saya menelpon setelah seminggu lebih tak mendengar suaranya. Menanyakan tugas terbaru yang harus diselesaikan segera. "Kakak lagi cuti, jadi tak tahu perkembangan kantor, sore ini mau ke dokter kandungan", ujarnya dari seberang. Wah, hamil lagi dunk, candaku. Nada suaranya masih terdengar riang, ada tumor di ovarium (indung telur) terakhir kontrol sebulan lalu masih kecil. Seharusnya dua minggu lalu, karena sibuk jadi baru sempat hari ini, begitu katanya. Saya menanyakan kondisinya, apa yang ia rasakan, adakah sesuatu yang mengganggu. Semuanya baik-baik saja, sedikit flek dan keputihan saja yang agak lain dari biasanya, jawabnya. Sebelum pembicaraan berakhir ia meminta saya untuk tidak menceritakan pada siapapun.

Saya berencana menelponnya keesokan hari, karena berbagai hal, baru seminggu kemudian saya  menghubunginya. Kali ini bukan suara riangnya yang menyahuti telpon. Kakaknya memberitahu ia akan segera di operasi, kanker ovarium stadium empat,  sudah menyebar ke paru-paru.

Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak pada kanker ginekologi. Dijuluki silent killer, karena tidak menimbulkan gejala apapun pada awalnya dan baru diketahui setelah berada pada stadium lanjut ketika sudah menyebar ke organ lain, sehingga menyebabkan kematian. Sebenarnya kanker ovarium  bukan tanpa gejala awal, hanya saja gejala yang timbul tidak spesifik. Seperti rasa tidak enak yang tersamar di perut bagian bawah, peningkatan frekuensi berkemih, dan perubahan pola menstruasi. Gejala lainnya adalah gangguan saluran cerna, kehilangan nafsu makan, mudah kelelahan dan penurunan berat badan. Pada stadium lanjut gejala yang timbul yaitu sembelit berkepanjangan,  perut membesar (ascites), dan sesak nafas yang jika tak ditangani segera dapat menyebabkan kematian.

Kanker ovarium dapat menyerang wanita pada usia muda dan tua. Wanita yang memiliki faktor resiko tinggi terkena kanker ovarium yaitu wanita yang cepat menstruasi dan terlambat menopause, sulit hamil, menggunakan obat penyubur, ada riwayat keluarga terkena kanker dan wanita penderita kanker payudara dan kanker usus. Beberapa faktor lain yang meningkatkan resiko adalah obesitas, makanan yang mengandung lemak hewani, bahan industri seperti asbes dan seringnya keguguran secara spontan.

Wanita yang memiliki faktor resiko, sering merasa nyeri di perut bagian bawah dan terjadi perubahan pola menstruasi dianjurkan memeriksakan diri ke dokter kandungan. Jika terdeteksi menderita kista ovarium tak perlu merasa panik, karena ada jenis kista ovarium yang fungsional dan akan mengecil dengan sendirinya setelah 1-3 bulan. Namun demikian, teruslah kontrol ke dokter kandungan.

Saya berkesempatan mengunjunginya ke RSCM ketika berada di Jakarta. Ia yang masih tertawa riang, membuat hati saya terenyuh. Operasinya berjalan dengan lancar. Dokter akan melakukan kemoterapi, tapi menunggu kondisi tubuhnya stabil terlebih dahulu. Sebenarnya ia ke RSCM hanya untuk kontrol ke dokter spesialis obgyn onkologi. Saat dilakukan pemeriksaan radiologi, paru-paru dan jantungnya sudah penuh terisi air. Silent killer, bisiknya. Saya mencoba menyemangatinya, walaupun kami sama-sama tahu berdasarkan teori kanker ovarium memiliki prognosis buruk.

Pagi tadi saya menelponnya lagi, jawaban salam dengan alunan upin dan ipin terdengar dari seberang. Ia masih di rumah sakit, sedang mempersiapkan diri untuk kemoterapi siklus ke dua. Badannya sudah terasa lebih enak, hanya efek samping obat kemo yang sedikit mengganggu. Doakan kakak bisa sembuh ya, ucapannya segera saya amini. Saya yakin, semangat dan keinginannya untuk sembuh yang membuatnya bisa bertahan.

Semoga cepat sembuh, Sist.

prognosis : kemungkinan masa depan satu penyakit

ginekologi : ilmu yang mempelajari sistem reproduksi wanita

onkologi : ilmu yang mempelajari tentang kanker

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun