Kecendrungan saat ini, ketika hijrah hanya dijadikan tren sebatas mengeksplor eksistensi, bukan dijadikan esensi dalam kehidupan. Disaat media sosial dijadikan kiblat perubahan maka segalanya hanya bersifat maya bukan realita. Media sudah berhasil merekontruksi perubahan paradigma. Namun, perubahan untuk eksistensi sejatinya ditujukan semata hanya karena Allah SWT, bukan untuk meningkatkan eksistensi di mata manusia, sehingga ketika mereka berdeklarasi untuk berhijrah harus konsisten dan dibutuhkan ke-isqomahan dalam beribadah.
Tidak perlu takut kehilangan rejeki, seperti Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 218: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, oang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah....
Kata iman, hijrah, dan jihad, ketiganya berjalin berujung kepada 'yarjuna rahmatallah', berharap mendapat rahmat (kasih sayang) Allah SWT. Hijrah merupakan anugerah dan hidayah dari Allah SWT., bagi umat Muslim yang condong pada kebaikan. Ibrah dari hijrah Rosullulah merupakan pedoman yang harus diteladani agar kita berbuat al amr bilma'ruf wan nahy a'nil munkar, yaitu mengajak pada kebaikan dan mencegah pada keburukan.
Referensi:
- Sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husain Haekal- diterjemahkan dari Bahasa Arab oleh Ali Audah)
- Zulhazmi, A. Z., & Hastuti, D. A. S. 2018. Da'wa, Muslim Millennials and Sosial Media
Penulis:
Hj. Erlies Erviena M.ag (alumni PTIQ, Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H