Apakah sesuatu itu dapat ditarik kesimpulan dan berlaku umum? Kenapa? Kapan?
Oleh: Try Gunawan Zebua
Gunungsitoli, Sabtu, 19 Agustus 2023
Kesimpulan merupakan satu kata yang memiliki kata dasar sebagai simpul, dimana pada awalan kata simpul diberikan tambahan huruf "ke-" dan pada akhiran diberikan tambahan huruf "-an". Kata simpul dalam kehidupan kita sehari-hari kadang kita dengar pada sebuah tali atau benang, serta menyambung tali besar dengan tali kecil. Hal tersebut berarti simpul adalah penyambungan dari satu hal dengan yang lainnya.
Lalu, kesimpulan itu apa? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kesimpulan adalah ikhtisar, kesudahan pendapat, dan sebuah keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif.
Pertama, kesimpulan adalah ikhtisar dari uraian pidato, dan sebagainya. Sehingga kesimpulan adalah sebuah ringkasan atau inti dari sesuatu, baik dalam bentuk buku, percakapan, pidato, dan lain sebagainya. Bukan keseluruhan atau kebanyakkan, melainkan bagian kecil satu atau dua kalimat, atau malah hanya satu kalimat yang terdiri dari beberapa kata yang dapat mewakili atau menjelaskan keseluruhannya. Dalam artian juga sebagai pembahasan pokok bukan sekedar basa basi belaka, langsung pada inti atau target yang mana bahasa kerennya to the point yang langsung pada inti.
Atau mungkin ide pokok pada suatu hal tertentu. Bisa juga dikatakan makna atau maksud dan tujuan di balik semuanya (dari keseluruhan). Bisa diawal, di tengah atau akhir sesuatu. Tergantung cara penyampaian dan bagaimana kita dalam memahami atau menangkapnya dengan baik.
Kedua, kesimpulan adalah sebuah kesudahan pendapat atau pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian sebelumnya. Jadi, kesimpulan itu bukan hanya satu pendapat jika ada dua pendapat, juga bukan hanya satu dan dua pendapat jika ada tiga pendapat, dan seterusnya. Melainkan keseluruhan dari keseluruhan pendapat. Baik yang terucap secara langsung atau diungkapkan, maupun yang sempat tertahan dan pasti ada yang tertahan di dalam pikiran.
Itu karena sistem atau kekuatan besar yang menakutkan, menekan dan bahkan bisa atau pasti akan membunuh. Baik hanya sebatas pemikiran saja di dalam otak, maupun fisik, apalagi bisa jadi roh kita atau bahasa kerennya binasa. Jika tidak di landaskan akan kedewasaan, kebijaksanaan atau kasih yang murni dan apalagi tulus. Bukan hanya terlihat manis atau nikmat di bibir, tetapi sampai pada akhirnya. Bukan hanya supaya terlihat keren, dewasa atau bijaksana, tetapi memang adanya tulus, murni atau mungkin dikatakan polos seperti kertas.
Sehingga kesimpulan itu adalah pendapat dari semua dan untuk semua. Tanpa ada yang dirugikan atau malah diuntungkan di satu pihak. Melainkan untuk kepentingan dan kesejahteraan kita bersama. Untuk saya, anda dan kita semua. Itu jika dibahasakan siapa orangnya, yaitu saya dalam artian satu (aku), kemudian anda dalam artian satu kamu yang saya tunjukkan, serta bersama dalam artian bukan hanya saya dan kamu saja, melainkan semua kita pada satu kondisi situasi atau keadaan pada saat itu.
Ketiga, yang merupakan akhir dari apa itu kesimpulan menurut pandangan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimiliki oleh bangsa kita Indonesia, apakah itu? Kesimpulan adalah keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif. Jadi, sebuah kesimpulan itu adalah hal berupa keputusan yang mana kita memperoleh keputusan itu dari cara berpikir yang bersifat atau karakter berupa dari yang bersifat umum ke khusus (deduksi), maupun kebalikannya dari kasus atau permasalahan yang bersifat khusus menuju umum (induksi).
Kemauan atau keinginan diri sendiri (khusus), yang mana kemudian jika diberlakukan secara kebanyakkan atau umum, diputuskan baik atau buruk. Istilahnya dari individu-individu, digabungkan menjadi kelompok atau organisasi tertentu. Target atau tujuan bersama, untuk kepentingan bersama. Itu karena setiap orang pasti dan memang atau seharusnya memiliki kepentingan masing-masing. Kita dari latar belakang atau tujuan yang berbeda, dari satu generasi atau suku tertentu. Dari satu ras, bahasa, atau berbagai perbedaan yang lain, menuju pada kesepakatan, kebahagian, atau kepentingan kita bersama.
Khusus kita, kepada umun atau kebanyakkan orang. Sedangakan deduksi adalah dari umum kepentingan kelompok, kepada kepentingan individu-individu yang mana satu dengan satu pasti berbeda. Sehingga tidak heran susah ditarik kesimpulan secara umum jika kita melihat indahnya perbedaan karena kita tidak dapat memuaskan semua orang, melainkan kebanyakkan saja. Pasti ada, paling tidak 1 (satu) saja yang tidak akan dipuaskan. Pasti paling tidak ada satu saja. Tidak usah sok-sok-an bilang 2,3, dst bahkan lebih supaya terlihat salah atau benar. Kita ambil saja, pasti ada satu diantara dua, apalagi lebih. Kalau satu saja kita dalam kehidupan ini melakukan semuannya, maka, kita disebut sebagai orang yang egois, sombong, atau apapun istilah lain, dimana bahasa kerennya kita bukan makhluk sosial. Kita saling membutuhkan dan pasti kita membutuhkan yang lain. Kendatipun bukan sekarang atau dengan cara ini, tetapi di kemudian hari. Pasti ada satu kesempatan butuh juga. Taburlah kasih jika mau di kasihi.
Berlomba-lomba dalam membuat kebaikkan. Jangan tanya apa untung, apalagi ruginya. Tapi, kumpulkan harta kita di surga, bukan di dunia yang akan dan pasti musnah ini. Lakukan semua seolah-olah untuk Tuhan dengan tulus, murni, dan hati yang jujur. Supaya Tuhan terpancar melalui kita dan kita kedapatan tetap setia pada akhir saat selesai sudah.
Penjelasan di atas adalah defenisi kesimpulan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online yang ditambahkan sedikit analisis dari saya. Sebenarnya defenisi KBBI ini sudah mewakili pendapat yang ada terkait penjelasan tentang apa dan bagaimana itu sebuah kesimpulan. Dimana kesimpulan bukan hanya sebatas makna dibalik sesuatu, tetapi juga tujuan dan keputusan yang ditetapkan. Tujuan untuk bersama dan menyenangkan semua tanpa terkecuali. Tanpa ada satu pihak, apalagi dua, tiga, empat, dan bahkan lebih yang akan di rugikan. Juga bukan supaya terkesan kuat, hebat, berkuasa, atau penakhluk, tetapi jika kita melihat dari Pancasila yang ada di bangsa kita, dimana intinya ada pada sila ke-4 pancasila yaitu kita harus bermusyawarah. Wujud musyawarah atau bahu membahu membangun bangsa karena bangsa ini adalah bangsa dari kita dan untuk kita, serta berdampak pada dunia atau menggoncang dunia.
Jika kita semua bersepakat untuk bersama, maka hidup bahagia, damai dan sejahtera. Indonesia emas dapat tercapai dan bukan hanya sekedar harapan, isapan jempol atau mimpi belaka. Melainkan sebuah kepastian, target dan untuk kita semua. Berkat musyawarah, kita menjadi bersatu, kebebasan beragama, keadilan sosial dan terciptanya keadilan dan keberadaban yang luar biasa. Generasi pancasilais sejati lahir, kita aman dan nyaman di bangsa sendiri, serta berani dengan kepala tegak, percaya diri, dan sederhana, apalagi rendah hati melihat dunia.
Lantas, apakah sesuatu itu dapat ditarik kesimpulan dan berlaku umum? Sesuatu itu dapat ditarik kesimpulan dan berlaku umum tanpa terkecuali. Itu karena rasa saling memiliki, memahami, rendah hati, membuang ego atau kepentingan pribadi demi kehidupan bersama. Sehingga dari rakyat dan untuk rakyat terjadi. Kapan? Saat sehati, sepikir, sepemahaman, sepenanggungan, atau saat apa yang dirasakan oranglain kita rasakan, apalagi lebih mengasih dan mementingkan sesama, bukan hanya golongan atau kelompok tertentu, melainkan semuanya.
Bukan kasih pada diri sendiri, melainkan yang pertama dan utama kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama kita. Memang berat, karena memang menerapkan kasih itu berat sekali, apalagi di tengah dunia yang gelap dan roh yang menggaung-ngaung bagaikan singa yang lagi mencari mangsa dan siap menerkam siapapun tanpa terkecuali. Asalkan tidak ada sedikit pun celah, pegang teguh Tuhan, maka hidup indah, bahagia dan nyaman, atau upah besar di surga. Kumpulkan harta surga, bukan dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H