Darimanakah kita harus belajar? Hanya dari sekolah dan guru sajakah?
Oleh: Try Gunawan Zebua
Gunungsitoli, Selasa, 08 Agustus 2023
Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi, tetapi hal yang lama terutama bagi siapapun yang pernah masuk atau mengenyam pendidikan. Baik pendidikan di sekolah, maupun di tempat yang lainnya. Pada intinya adalah adanya penambahan pengetahuan dan hal yang sama sekali baru diketahui.
Belajar itu tidak hanya mata pelajaran, dimana matematika, biologi, kimia, sosial, ekonomi, dan lain sebagainya. Juga, tidak hanya buku yang bertumpuk dan mahal. Bukan juga hanya sebatas ke luar negeri, apalagi ke luar angkasa. Serta, bukan hanya dari pagi sampai ketemu pagi saja.
Tetapi, belajar adalah suatu proses atau tahapan yang kita lalui untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Kita menjadi tahu, mampu, bisa atau apapun, dari yang tadinya biasa-biasa saja menjadi sangat dan teramat luar biasa.
Belajar itu bisa dilakukan dengan bertanya kepada para ahlinya yang berpengalaman puluhan tahun, yang telah menelusuri sesuatu secara rinci, dalam dan detail (berproses). Seperti yang pernah saya temukan, ada yang sampai mengantar guru besarnya pergi dan pulang ke kampus, sambil bertanya secara dalam tentang sesuatu. Sesuatu tersebut yang saya lihat, yaitu tentang sel. Karena sang guru besar tersebut telah membedah satu sel secara utuh. Sehingga sang guru besar itu memiliki pengetahuan yang rinci, dalam dan detail tentang sebuah sel. Sambil bertanya kepada sang guru besar, sambil mencatat pada kertas-kertas kecil yang telah disediakan sebelumnya. Dituliskan atau digoreskan dengan tinta pena yang juga sudah disediakan sebelumnya.
Belajar juga dapat dilakukan dengan memaksa atau mendorong diri terlibat pada suatu hal tertentu. Sehingga membuat diri menjadi terdorong mencari tahu atau mempelajarinya. Supaya lebih baik atau maksimal dari sebelumnya.
Belajar juga dapat dilakukan dengan mengikuti berbagai pelatihan atau seminar, entah yang online maupun offline, apalagi jika gratis. Sekarang telah bertebaran pelatihan atau seminar yang gratis. Termasuk juga dengan kampus-kampus, apalagi kampus besar, yang begitu bertebaran brosur atau spanduknya dimanapun. Jangan hanya ikut untuk sekedar menambah relasi, tumpukkan sertifikat, pamer wajah saja, dan sebagainya, melainkan curi ilmunya sebanyak mungkin. Apalagi jika pembicaranya memiliki pengalaman dan jam terbang yang tinggi.
Kita juga dapat belajar dari buku-buku yang bertebaran, dan bahkan gratis di sosial media dan perpustakaan. Dengan melihat pernyataan, pertanyaan, tanggapan, opini, kehidupan, pengalaman, dan sebagainya dari seseorang, maupun orang lain yang membicarakan satu orang itu. Apalagi di zaman sekarang dengan internet, kita dapat keliling dunia tanpa harus langsung kesana. Kendatipun ada sensasinya sendiri jika langsung kesana. Tapi, dapat kita rasakan dari oranglain jika terkendala masalah waktu, biaya dan tenaga.
Kita juga dapat belajar dari kecerdasan buatan, misalnya chat gpt. Dimana kita tidak perlu capek lagi berpikir dan mencari. Cuma hanya dengan mengetik atau mengfoto pertanyaan kita, maka jawaban yang rinci, dalam dan detail akan datang dengan sendirinya. Bahkan ada yang sampai lengkap memberikan referensi sebagai rujukan atas jawaban pertanyaan kita.
Maupun belajar juga dapat dilakukan dengan mencoba sendiri, lagi dan lagi. Biarpun gagal, tapi coba lagi dan lagi tanpa henti. 1 kali gagal, maka 1 kali kita bangkit. 10 kali gagal, maka 10 kali kita bangkit. 100 kali kita gagal, maka 100 kali kita bangkit. Atau dengan kata lain, sebanyak apapun kita gagal, maka kita harus bangkit lagi. Memang pada prakteknya susah, tapi jika mau maju harus dilakukan. Kita tidak akan pernah berhasil jika tidak pernah gagal dan kita tidak pernah gagal jika kita tidak pernah mencoba. Pada intinya, jika kita mencoba maka kemungkinan besar atau pasti kita akan berhasil.
Dimana dalam matematika pernyataan di atas dapat di buat secara logika untuk di buktikan kebenarannya, yaitu:
Pernyataan pertama
"Kita tidak akan pernah berhasil jika tidak pernah gagal"
1. Tidak akan pernah berhasil (S), karena tidak akan pernah berhasil itu adalah gagal, sedangkan orang pada umumnya tidak mau gagal, maka tidak mau atau salah (S)
2. Tidak pernah gagal (B), karena tidak pernah gagal itu berarti berhasil, pada umumnya orang mau berhasil, maka tidak mau gagal atau harus berhasil benar (B)
Jika kita tidak pernah gagal, maka kita tidak akan pernah berhasil
Jika B (benar), maka S (salah)
S (salah)
Kesimpulan: kita tidak mau gagal, tetapi harus berhasil
Gagal tidak sama dengan berhasil, maka pasti bernilai salah. Kegagalan di ubah menjadi keberhasilan.
Pernyataan kedua
"Kita tidak pernah gagal jika kita tidak pernah mencoba"
1. Tidak pernah gagal (B), karena tidak pernah gagal itu berarti berhasil, pada umumnya orang mau berhasil, maka tidak mau gagal atau harus berhasil benar (B)
2. Tidak pernah mencoba (S), karena tidak pernah mencoba maka diam saja, pada umumnya jika mau berhasil jangan diam tapi bergerak atau mencoba, maka tidak pernah mencoba atau diam bernilai salah (S)
Jika kita tidak pernah mencoba, maka kita tidak pernah gagal
Jika S (salah), maka B (benar)
B (benar)
Kesimpulan: kita tidak mau diam atau harus mencoba, supaya tidak gagal atau berhasil
Mencoba maka berhasil pasti bernilai benar
Kesimpulan pernyataan pertama dan kedua
Pernyataan pertama dan kedua sama-sama memiliki kata kita tidak pernah gagal di masing-masing pernyataan, maka otomatis kalimat tersebut di hapus, sehingga tersisa
Jika kita tidak pernah mencoba (S), maka kita tidak pernah berhasil (S)
Jika S (salah), maka S (salah)
B (benar)
Kesimpulan: jika mau berhasil (tidak gagal), maka harus mencoba (pernah mencoba)
Sehingga kita coba saja, maka kita pasti berhasil dari kegagalan yang ada
Lantas, kita sekarang menjawab pertanyaan dari judul di atas, darimanakah kita harus belajar? Darimana saja. Lalu, hanya dari sekolah dan guru sajakah? Tidak, darimana saja, selain sekolah dan guru kita dapat belajar seperti yang telah dijelaskan dari atas. Itu bisa kita lakukan dari ahli, terjun langsung atau terlibat (memaksakan diri turut serta), pelatihan atau seminar, buku, kecerdasan buatan, maupun mencoba sendiri. Bisa juga dari alam, hewan, benda diam, maupun tumbuh-tumbuhan serta peristiwa alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H