Bagaimana cara mengungkapkan satu kata itu?
Oleh: Try Gunawan Zebua
Gunungsitoli, Kamis, 25 Mei 2023
"Kata" siapa yang tidak pernah mendengar, apalagi menuliskannya. Pasti sama sekali tidak ada. "Kata" itu adalah alat komunikasi, dimana komunikasi adalah bagian dari hidup kita, sehingga "Kata" adalah hidup. Kita tidak dapat hidup jika tidak bisa berkata-kata. Kendatipun terkadang sebuah kata itu bisa membunuh dan membinasakan orang itu sendiri.
Kata adalah gabungan dari beberapa huruf, yang mana jika bukan kata yang beredar di wilayah setempat di katakan sebagai kata asing. Sedangkan jika beredar di daerah setempat disebut sebagai kata daerah. Jika, berasal dari bahasa asing, yang mana di paksakan masuk dan membaur dengan daerah setempat, biasanya disebut sebagai kata serapan. Serapan bisa dari daerah sekitar, apalagi yang jaraknya sangat jauh atau teramat jauh sekali.
"Kata" dalam kehidupan kita sehari-hari terus berubah dan berkembang. Terkadang ada itu kata di masa lalu adalah hal yang biasa dan dimengerti, tetapi bisa jadi di masa sekarang atau masa depan akan berubah dengan kata lain asal makna sama, maupun makna di perluas lagi. Jika kata-kata di masa dulu dan masa sekarang tidak di abadikan dalam bentuk tulisan, maka pasti masa sekarang dan masa depan akan musnah. Baik secara per lahan-lahan, namun pasti.
Ada banyak sekali kata dalam kehidupan kita sehari-hari yang kita dengar, apalagi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa yang terdiri dari kata yang ada di bangsa kita Indonesia. Misalnya kata yang memiliki huruf "A," "U," dan "K" dapat menyusun sebuah kata menjadi "aku" dimana sama artinya dengan kata "saya." Begitu juga kata yang memiliki huruf "D," "N," dan "A" adalah huruf yang dapat membentuk kata "dan." Serta berbagai huruf dan gabungan huruf lain, yang membentuk atau menyusun sebuah kata.
Lantas, bagaimana cara mengungkapkan satu kata itu?
Misalnya kata "lapar" dapat diungkapkan dengan berbagai bentuk yang bahkan bisa jadi tidak akan baku. Kenapa? Karena bagi oranglain bisa jadi cara mewujudkannya berbeda. Kata "lapar" dapat di wujudukan dengan memegang-megang perut, apalagi jika perut katanya berbunyi seperti keroncong atau dengan istilah lain keroncongan. Kata "lapar" juga dapat di wujudkan dengan kentut atau buang angin terus karena orang lapar itu pasti masuk angin, apalagi setelah makan. "Lapar" juga dapat diwujudkan dengan tingkah gerakan sempoyongan karena orang lapar itu pasti pusing dan bergerak tidak karuan. Bahkan "lapar" pun dapat diwujudkan dengan marah-marah dan teriak-teriak karena orang yang lapar pasti cepat marah, apalagi berteriak-teriak.
Kata lainnya misalnya kata "marah" dapat juga diwujudkan dengan berbagai cara. Kata "marah" dapat diwujudkan dengan banting-banting meja, membuat barang melayang ke mana-mana dan apapun jadi berantakan. Itu karena marah itu dapat membuat orang tidak terkendali dan cenderung merusak. Kemudian lagi, kata "marah" dapat diwujudkan dengan meminum berbagai minuman beralkohol dan campurannya. Itu karena orang yang marah, yang mana kadang dari pada merusak malah melampiaskannya dengan mabuk, dimana bagi mereka baru berani marah kalau sudah berada di bawah pengaruh alkohol. Kendatipun pada ujungnya merusak dan menciptakan suasana tidak aman, apalagi nyaman dan produktif.
Bisa juga marah dapat di wujudkan dengan senyuman manis, namun sebenarnya sedang meredam marahnya sendiri. Bisa juga dengan mengubah kata marah menjadi emosi, padahal marah itu hanya satu bagian saja dari sebuah emosi yang merupakan perasaan, selain sedih, tertawa, dan lain sebagainya. Bahkan ada yang marah itu dengan tertawa, dimana lebih baik tertawa daripada merusak sekitar. Begitu juga nada di buat meninggi maupun halus tetapi makna kasar, dan lain-lain sebagainya.
Kata "bahagia" dapat juga diwujudkan dengan berbagai cara. Misalnya dengan tersenyum, apalagi sampai dikatakan seperti orang gila. Bahkan ada yang mengungkapkan kata "bahagia" dengan cara mengeluarkan air mata yang terlihat sedih atau seolah-olah menyesal, padahal sesungguhnya dia sedang berbahagia dengan mengucap syukur melalui tetesan air mata. Ada lagi "bahagia" dapat di wujudkan dengan tindakan berteriak-teriak kesenangan apalagi sambil jalan kemana-mana. Bahagia juga dapat diwujudkan dengan menarik nafas, bukan menyesal, tetapi bersyukur. Serta berbagai kata dan wujudnya yang lain.
Pada intinya semua orang memiliki cara dalam mewujudkan sesuatu, apalagi hanya satu kata itu sendiri. Sehingga terkadang susah membuat bentuk baku secara luas, hanya sebatas daerah kecil atau sekeliling saja. Sehingga tidak ada bentuk baku secara nasional, apalagi internasional. Kendatipun ada yang berupaya membuat bentuk bakunya, namun pada kenyataannya berbeda-beda teori atau cara menilainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H