Apakah Teori itu? Ilmuan dan Akademisikah?
Oleh: Try Gunawan Zebua
Gunungsitoli, Senin, 01 Mei 2023
Tulisan ini teringat akan satu kasus atau kondisi dimana hanya gara-gara saya tuliskan pada judul buku saya, dimana itu adalah kata "Teori" sampai-sampai mungkin dia berpikir dan kepikiran saya sudah sesat kah? Gak tahu lah, hanya dia dan Tuhannya yang tahu. Seolah-olah hanya terbaca satu kata "Teori" dimana artinya kayaknya saya sedang menciptakan sebuah teori.
Seolah-olah teori itu hanya boleh digunakan oleh orang-orang berintelektual tinggi secara administrasi, mungkin bisa sama artinya mungkin ya, dengan ilmuan dan akademisi katanya. Biarpun mereka pantas mengatakannya, terkadang ada saja yang tidak berani buat dengan judul yang sama dengan judul oranglain. Entah karena gengsi atau malu pakai punya orang, atau alasan plagiat, atau mungkin anda yang tidak paham apa dan seperti apa sebenarnya teori itu.
Saya malah melihat pada kenyataannya, orang-orang yang dilabeli dengan mungkin pencipta teori, sama sekali tidak menyebut pada tulisan mereka kata teori. Orang-orang entah pura-pura sesat, atau sebenarnya adalah penyesat yang lalu melabeli ini dan itu, teori A, teori B, dan lain sebagainya. Padahal bisa jadi yang dilabeli itu tidak sadar dan tidak mau dilabeli seperti itu, karena mungkin labelnya agak terlihat berat jika dibawa kemana saja dan kapan saja.
Mereka saja kadang butuh 20 sampai 30 tahun baru pantas, kendatipun mereka terkadang masih belum merasa cukup pantas dilabelin seperti itu. Ada malah yang sampai generasi ke generasi, tapi kok tidak diberikan label yang sepadan dengan itu. Malah mereka tidak menyebutkan label teori, hanya mungkin merek atau ciri khas dari mereka. Versinya mereka, bukan versi lain, kendatipun mungkin ada yang sama persis di tempat lain, maupun mungkin 11 dan 12 lah ya. Tidak beda jauh dengan yang sebenarnya, atau si penyesat itu ya.
Penyesat, atau tersesat, atau tidak tahu dia adalah si penyesat. Baiklah, mari kita lihat terlebih dahulu seperti apa dan bagaimana teori itu sebenarnya. Jika, kita melihat dari segi penelitian, dimana menyelesaikan masalah dengan cara yang ilmiah, maka katanya dan ada yang mengatakan harus bermula dari sebuah teori. Seolah-olah dan seakan-akan penelitian tanpa sebuah teori adalah kemustahilan.
Seperti harus ada yang mendefenisikan batu, pasir, dan laut. Padahal bisa jadi kita sendiri bisa toh buat defenisi sendiri. Emangnya batu itu hanya ada satu warna saja, satu model, satu struktur, satu jenis, dan lain sebagainya seolah-olah sama semua batu yang ada di bumi ini. Seolah-olah dan seakan-akan, semuanya dapat diberlakukan secara dunia. Padahal toh bisa jadi batu di pekarangan rumahnya, gak ada di negara lain.
Apalagi mereka di daerah tersebut tidak berani bersuara, atau seolah-olah bersuara, tapi penyesat kah? Gak tahu juga sih. Seolah-olah penelitian itu harus ada teori, padahal ada kok penelitian yang bahkan menciptakan sebuah teori. Menunjukkan bahwa sesuatu itu tidak bisa ditarik kesimpulan secara umum, melainkan hanya sebatas dimana dilakukan penelitian itu. Penelitian itu terbatas dari segi dana, tenaga dan waktu kalau tidak salah katanya dulu. Makanya pada penelitian kadang dibatasi jumlah yang diteliti, media yang di pakai, variabel yang diteliti, dan sebagainya.
Padahal sebenarnya semua bisa merupakan konsep dulu, kalau di penelitian jenis lapangan. Itu karena kalau pun di pakai teori bisa berubah total. Apalagi teori telah teruji katanya berkali-kali, sehingga tidak ada lagi yang benar selain teori itu, atau dengan kata lain semuanya selain itu adalah kesalahan mutlak. Padahal setiap orang kembar sekalipun bisa jadi berbeda, dimana paling tidak berbeda waktu keluarnya.
Bagaimana menurut para ahli? Menurut para ahli teori itu adalah apa yang biasa dilakukan, sudah menjadi mungkin bisa disebut membudaya, tetapi tidak kaku. Fleksibel, bisa jadi di daerah lain berbeda. Tapi, membutuhkan analisis yang dalam dan kritis, bahkan bisa 20 sampai 30 tahun, lebih 50 tahun, hingga lintas generasi.
Ada pendapat lain apa itu teori? Mari kita lihat dulu sebentar, sabar ya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teori adalah pendapat yang ilmiah atau berdasarkan fakta dan telah teruji, penyelidikan secara eksperimen dimana coba-coba yang sesuai dengan akal sehat dan ilmiah. Selain itu, teori adalah asas dan hukum yang berlaku secara umum, dimana sudah menjadi pengetahuan umum yang tak terbantahkan lagi. Serta, teori adalah pendapat, cara, dan aturan untuk melakukan sesuatu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebuah teori itu bukan hanya harus ada faktanya, diuji coba terus menerus, maupun berlaku secara umum tak terbantahkan. Itu hanya 1 bagian dari sekian banyak defenisi dari teori itu sendiri. Melainkan teori juga adalah sebuah pendapat dalam melakukan sesuatu, sebuah cara dalam melakukan sesuatu, serta aturan untuk melakukan sesuatu. Jadi, kalau kita mau melakukan segala sesuatu, maka pendapat dan cara yang kita tempuh itu juga adalah teori.
Jadi, jika kita mau jalan dengan jalan mundur, tidak salah untuk melakukan sesuatu berupa mencapai tujuan kita. Itu adalah teori juga. Kita mau loncat-loncat sambil menari menuju tempat tujuan kita, itu adalah teori berupa cara kita untuk dapat mencapai tujuan kita. Kita mau mengkhayal bahwa saya bisa terbang, padahal pada kenyataannya tidak bisa, itu adalah teori cara kita dalam upaya bisa terbang, kendatipun perlu daya dan upaya dalam mewujudkannya.
Jadi, apapun kebiasaan kita, apapun pengalaman kita, apapun keseharian kita, itu merupakan teori. Toh, penelitian ilmiah itu terkadang mengkaji sedalam-dalamnya segala sesuatu itu. Hingga baru bisa ditarik kesimpulan 1 sampai 2 tahun, bahkan sampai seumur hidup bisa jadi sih, apalagi dari generasi ke generasi.
Jadi, teori itu tidak hanya ilmuan dan akademisi saja, bahkan teori ada dari setiap orang disekitar kita. Bagaimana kalau dia lagi makan, bagaimana dia minum secangkir air, dan sebagainya yang merupakan metode atau caranya untuk tidak lapar dan haus lagi. Jadi, teori ada dimana saja dan kapan saja, dari siapa saja dapat kita peroleh, termasuk diri kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H