Apakah penulis adalah editor? Harus tahukah mengedit?
Oleh: Try Gunawan Zebua
Gunungsitoli, Rabu, 26 April 2023
Menulis adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh seorang penulis, selain kegiatan lain membaca, menganalisis, mengedit, hingga pada menerbitkan, dan berakhir pada sesuatu yang disebut juga sebagai penjual buku (paling tidak buku tulisan sendiri). Sehingga dapat di simpulkan bahwa penulis itu tidak hanya menulis dan membaca (kerja pokok penulis), tetapi ada hal-hal lain sebagai tambahan yaitu menganalisis, mengedit, menerbitkan, hingga pada menjual buku yang paling tidak adalah buatan si penulis itu sendiri. Jadi, pada intinya kegiatan penulis itu sebenarnya adalah menulis dan membaca. Tetapi, yang pertama sebenarnya adalah membaca dulu baru menulis. Seorang penulis biarpun mendapatkan ide bukan dari apa yang dibaca saja, melainkan bisa dari mana saja dan kapan saja, tetapi seorang penulis itu mau tidak mau, suka tidak suka, dan sebagainya harus membaca.
Kalau sudah dapat ide, jangan langsung di tulis, tetapi di baca literatur yang ada. Mulai dari melihat tumpukkan buku sendiri sebagai tambang emas, mengunjungi perpustakaan, membeli buku yang tidak ada di perpustakaan pribadi, hingga meminjam buku teman atau keluarga, asalkan jangan di rusak dan ingat selalu untuk dikembalikan. Selain itu, di zaman yang serba modern ini kita bisa mendapatkan apapun yang kita cari, termasuk bahan bacaan kita dalam menulis, melalui internet. Kalau paket mahal, bisa di kantor atau tempat kerja, serta bisa juga di tempat fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara gratis.
Setelah mendapatkan referensi yang menjadi bahan bacaan atau membaca, maka langkah selanjutnya adalah menulis. Membaca terlebih dahulu dilakukan agar nanti tidak kebingungan dalam menulis. Tidak tertahan atau terhenti sejenak, apalagi dalam waktu yang lama saat menulis sesuatu. Apalagi sebuah kamus yang katanya tidak seru dan membosankan, tetapi bisa dari kita melihat sekeliling kita karena dari sekeliling kita, sebuah pelajaran dan sangat berharga dapat kita terima. Modalnya gratis dan mudah mendapatkannya, cuma lihat di sekeliling kita saja. Kita sudah dapat ilmu atau bahan untuk dibaca. Sehingga dari sekeliling kita, kita dapat membaca.
Tidak mesti masuk sekolah dulu atau perguruan tinggi dulu untuk belajar, bisa dari sekeliling, kita belajar. Bukan saya melarang atau menghapuskan sekolah, apalagi perguruan tinggi. Tidak ada niat sama sekali, karena di sekolah dan perguruan tinggi, apalagi jika tatap muka kita bisa bertemu dengan teman-teman, yang bahkan beda suku, agama, apalagi beda negara dan benua. Saya hanya mau memberitahukan sebenarnya, bahwa belajar itu tidak mesti di sekolah dan perguruan tinggi. Lihat sekeliling kita, ada banyak hal yang bisa kita pelajari. Misalnya saat kita melempar batu ke atas dan lalu jatuh ke bawah. Saat kita melihat kucing peliharaan yang mencari makan dan jika dapat makanan, makannya lahap sekali. Seorang anak yang berlari kesana kesini, apalagi sambil berteriak. Warna dan bentuk di sekeliling kita, serta berbagai hal yang lainnya.
Termasuk juga belajar matematika dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, paling tidak bilangan bulat dan operasi dasarnya. Operasi dasar, berupa: penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (), dan bahkan pembagian (). Pada intinya, seorang penulis dapat memperoleh bahan bacaan yang dipelajari dari sekeliling untuk menulis. Selanjutnya adalah menulis. Sebenarnya dalam dunia seorang penulis, tugas pokok penulis adalah menulis. Itu bisa kita lihat dari kata "penulis" dengan kata dasar "tulis" dimana apa yang dilakukan "tulis" adalah menulis. Sehingga, penulis kerjanya adalah menulis, dimana membaca adalah bisa menjadi sekedar pelengkap supaya tidak tertahan, apalagi bisa juga sebelum menulis. Tapi, pada intinya penulis adalah orang yang menulis.
Logika sederhana, kalau kita penulis, tetapi tidak menulis, lalu pantaskah kita disebut sebagai seorang penulis? Jawabannya, tidak. Biarpun kita membaca, apalagi dari sekeliling kita, maka kalau tidak dituliskan, semuanya itu hanya sebatas berada di pikiran dan rasanya seperti seorang penulis, atau dengan kata lain seolah-olah, tapi bukan penulis. Sehingga penulis itu, ya menulis.
Lantas, apakah penulis adalah seorang editor? Mau tahu atau mau tahu banget? Kepo ya? Hahahaha. Rileks dan santai. Baiklah, sebelum menjawab hal tersebut, alangkah lebih baik jika terlebih dahulu kita paham apa dan seperti apa itu editor. Editor adalah orang yang melakukan kegiatan mengedit. Kok, pakai kata "orang" bukan kata "penulis"? Karena siapapun bisa menjadi editor, tanpa harus menulis. Itu karena ada orang yang suka sekali mengedit atau mengkomentari orang, tetapi tidak bisa jika disuruh terjun langsung atau menulisnya. Kendatipun, seseorang itu ada yang memang bakatnya pemikir atau editor, bahkan pengeksekusi atau penulis, tetapi alangkah lebih baik jika keduanya bercampur dengan menciptakan suatu keseimbangan (tidak berat sebelah).
Kembali lagi kepada editor. Editor itu kerjanya mengedit tulisan kita, mulai dari cara penulisan, apakah baku atau tidak, apakah sesuai dengan kbbi atau tidak, apakah sesuai puebi dan ebi, dan lain-lain sebagainya, dimana pada intinya adalah kesalahan administrasi saja. Selain itu, seorang editor itu, mengedit apakah makna yang mau disampaikan itu telah tersampaikan atau malah belum sama sekali. Hal ini juga yang dapat membantu menurunkan persentase plagiat, dimana kata dan letak kata, di otak-atik, yang penting maknanya sama. Sehingga seorang editor harus bisa mengedit sesuai prosedur dan makna tulisan yang mau disampaikan kepada pembaca.
Apakah ilmu editor penting bagi seorang penulis? Sebenarnya sih tergantung setiap orang. Tapi, kalau sebentar-bentar mengedit, ya bagaimana tulisannya mau selesai. Ada yang menyebut hal tersebut dengan istilah "insting editor" yang mana ngedit terus, kendatipun tulisan belum selesai dan pasti pada ujungnya tulisan tidak akan pernah selesai. Jadi, seorang penulis itu ya menulis saja kerjanya, jangan sambil mengedit.
Mau salah atau benar, yang penting tulis saja dulu. Apalagi yang pikiran dan hati tidak dapat sampaikan. Tuliskan saja semuanya tanpa terkecuali. Toh, kendatipun kita mengedit, penerbit biasanya akan mengedit lagi. Bisa juga kita menggunakan jasa editor profesional yang bersertifikat (tapi mahal) kalau mau maksimal hasilnya. Penulis terkenal dan hebat sekalipun, pasti ada kesalahannya. Tidak ada satu pun yang sempurna di dunia ini, kecuali Tuhan.
Sehingga dapat disimpulkan mengedit itu perlu kita ketahui, tapi seorang penulis itu yang penting adalah menulis. Menulis, menulis, dan menulis, maka anda adalah seorang penulis. Bukan pemimpi atau pengkhayal belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H