Apakah Pemikir Itu Diperlukan oleh Bangsa Kita?

Namun, pada tulisan kali ini, saya selaku penulis mencoba membahas satu solusi saja yaitu dengan menawarkan solusi berupa bangsa kita memerlukan seorang pemikir. Mungkin dimasa-masa sebelum tulisan ini lahir mungkin ada yang membahas hal ini dengan sama atau hampir sama, tetapi karena dianggap penting atau urgent sehingga saya melakukan penulisan ini.

Pembahasan pada tulisan ini dilakukan berdasarkan tahapan yang saling berkesinambungan, mulai dari poin nomor 1 (satu) sampai kepada poin nomor 6 (enam) yang merupakan pembahasan akhir atau inti dari tulisan ini.

Mari, langsung saja kita memulai membahasnya.

1. Darimanakah segala sesuatu itu bermula?

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita terkadang pada waktu tertentu melakukan yang disebut sebagai makan atau aktivitas makan, minum, tidur, berjalan-jalan, dan berbagai hal atau aktivitas yang lain. Pada saat melakukan hal tersebut, terkadang kita melakukannya dengan cara sadar atau berdasarkan pertimbangan tertentu, maupun secara spontanitas tanpa memikirkan apa dampak atau manfaat dalam meresponnya kedepan. 

Pada tulisan kali ini, penulis akan membahas tentang melakukan aktivitas melalui pemikiran atau tidak secara spontanitas, dimana terkadang kita terlebih dahulu melakukan berbagai pertimbangan dalam waktu yang lama maupun cepat tergantung dari seberapa cepat masalah tersebut harus diselesaikan.

Aktivitas-aktivitas yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dimulai dari yang namanya pikiran. Saat sebelum kita melakukan sesuatu, terlebih dahulu sebelumnya terlintas dari pikiran kita, yang kemudian berakhir dalam aktivitas atau tindakan nyata yang kita lakukan.

2. Kapan pikiran itu dikatakan sebagai sesuatu hal yang benar atau salah?

Kata "benar" dan "salah" adalah kata yang saling berlawanan atau merupakan lawan kata. Ada yang mengatakan bahwa: "itu merupakan suatu hal yang benar", "kamu benar sekali", "makanan itu memang merupakan suatu makanan yang enak", dan berbagai perkataan lain (kalimat) yang terkait dengan kata "benar". 

Dari perkataan tersebut, maka dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa kata benar itu memiliki arti yang sama dengan betul, sesuai, tepat, dan berbagai kata lain yang menunjukkan bahwa sesuatu hal tersebut merupakan suatu hal yang betul (tidak salah sama sekali), tepat atau akurat, sesuai, dan lain-lain sebagainya. Dimana kalimat "itu merupakan suatu hal yang benar", itu berarti bahwa hal tertentu yang dikatakan tersebut adalah tidak salah lagi atau dengan kata lain tepat.

Perkataan "kamu benar sekali", itu merupakan suatu hal dimana yang mengatakan hal tersebut mengatakan kepada lawan bicaranya bahwa apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya tersebut adalah suatu hal yang tepat atau sesuai. Begitu juga dengan perkataan "makanan itu memang merupakan suatu makanan yang enak", dimana itu berarti bahwa orang yang mengatakan hal tersebut membentulkan bahwa apa yang dimakan tersebut adalah memang sesuatu makanan yang enak atau dengan kata lain bahwa betul makanan itu enak.