Guru Ceria dan Bersahabat Solusi Kecemasan Matematika
Oleh: Try Gunawan Zebua
Matematika itu ada di mana saja dan kapan saja (Trygu, 2021). Matematika itu juga sangat berguna atau bermanfaat sekali bagi siapapun tanpa terkecuali. Dimana dengan matematika, siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan lain-lain sebagainya. Matematika juga menjadi tolak ukur dalam menentukan bagaimana tingkatan kecerdasan seseorang.
Hal tersebut dinyatakan oleh Priatna dan Yuliardi (2019), yaitu: Matematika adalah tolak ukur utama untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang. Bahkan matematika itu berpengaruh terhadap kecanggihan dunia teknologi di masa kini dan di masa depan. Hal tersebut dinyatakan oleh Ratumanan (2017), yaitu: matematika adalah ilmu yang mendasari perkembangan teknologi Modern.
Dari segudang manfaat matematika di atas, ternyata di lapangan terjadi sejumlah masalah terkait kegiatan belajar matematika. Dimana matematika menjadi sesuatu yang ditakuti atau menyeramkan bagi siswa (siswa tidak berdaya), paling dihindari atau bahkan mungkin ada sejumlah siswa yang menginginkan supaya matematika itu dimusnahkan dalam kehidupan ini. Hal tersebut dinyatakan oleh Maswar (2019), yaitu: ada dikatakan kata "tidak sedap" terkait matematika, yaitu: Matematika masih menjadi momok (Jawa Pos 27 April 2007), Matematika paling jeblok (Jawa Pos 29 Mei 2007), Guru Matematika bikin kecewa (Jawa Pos 7 Januari 2008), Matematika masih paling ditakuti (Nurani edisi 368), Mengaku sulit di mapel Matematika (Jawa Pos 14 Januari 2008). Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Rakhmawati dan Alifia (2018), yaitu: Matematika sering dianggap sebagai suatu pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi siswa, sehingga menimbulkan sikap malas belajar, tidak senang dan merasa menjadi beban yang berat bagi siswa.
Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Yusof dan Tall dalam Nurhanurawati dan Sutiarso (Syafri, 2017), yaitu: sikap negatif terhadap matematika biasanya muncul ketika siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal atau ketika ujian, jika kondisi ini terjadi secara berulang-ulang maka sikap negatif tersebut akan berubah menjadi kecemasan matematika.
Hal tersebut senada dengan yang dinyatakan oleh Plaisance (Artama, dll., 2020), yaitu: Gejala mengenali kecemasan matematika adalah gejala psikologis dan fisiologis, dimana gejala psikologis adalah suatu gejala yang berhubungan dengan psikologis siswa itu sendiri, meliputi perasaan tak berdaya, khawatir dan tidak mampu dalam mengatasi sesuatu. Sehingga hal tersebut di atas, yang menjadi masalah dalam kegiatan belajar matematika tepat menjadi kecemasan matematika.
Kecemasan Matematika tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara, di mana penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan cara menciptakan suasana belajar matematika yang menyenangkan dengan menggunakan berbagai media pembelajaran atau alat peraga, menggunakan model pembelajaran yang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, dan lain-lain sebagainya termasuk dengan menggunakan cara, yaitu: guru yang ceria dan bersahabat.
Dimana dimulai dari seorang guru karena belajar itu merupakan interaksi antara siswa dengan guru, serta dengan berbagai suasana atau sarana dan prasarana sekolah. Terkadang guru matematika itu ada yang memiliki wajah yang menyeramkan, guru matematika terkenal dengan julukan "killer", rambut keriting, serta membawa sejumlah benda-benda yang mengerikan untuk menghukum atau mendisiplinkan siswa.
Pertama, guru yang ceria. Guru yang ceria adalah guru matematika yang pembawaannya Happy bukan menjadi hantu yang menakut-nakuti siswa dalam kelas. Sehingga pembelajaran atau kegiatan belajar matematika ikut menjadi ceria. Dimana belajar matematika menjadi lebih menyenangkan. Hal tersebut dinyatakan dalam Alkitab atau Kitab Suci bagi yang menyebut dirinya sebagai orang Kristiani (pengikut Kristus), dimana tertulis dalam Amsal 15:13, yaitu: "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri. Tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." Dengan kita gembira atau ceria, siswa juga akan menjadi gembira atau ceria, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar matematika dan prestasi belajar matematika akan menjadi meningkat.
Kedua, guru yang bersahabat. Guru yang bersahabat adalah guru yang dalam kegiatan belajar matematika membuat siswa menjadi sahabatnya atau tidak menciptakan sekat-sekat pemisah antara guru dengan siswanya di dalam kelas. Guru mendengarkan curhatan-curhatan hati siswanya, seperti seorang sahabat, serta memberikan sejumlah teladan, contoh atau nasehat kepada siswanya yang menjadi sahabatnya. Hal tersebut dinyatakan dalam Alkitab, dimana tertulis dalam Yohanes 15:12-15, yaitu: "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." Dimana dalam ayat tersebut jelas dimana Yesus menyuruh kita untuk menjadi sahabat, begitu juga kita harus menjadi sahabat bagi siswa kita di dalam kelas. Bukan menjadi musuh atau lawan yang selalu bermusuhan. Sehingga untuk mengatasi masalah kecemasan matematika dapat dilakukan dengan menjadi guru yang ceria dan bersahabat.
Daftar Pustaka
-----------, 1998. Alkitab dengan Kidung Jemaat. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).
Artama, Evy Novia Nanda, dkk. 2020. "Pengaruh Kecemasan Matematika Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa". Jurnal, 23 Juni.
Maswar. 2019. "Strategi Pembelajaran Matematika Menyenangkan Siswa (MMS) Berbasis Metode Permainan Mathemagic, Teka-Teki dan Cerita Matematis". Jurnal, 03 Februari.
Priatna, Nanang dan Yuliardi, Ricki. 2019. Pembelajaran Matematika untuk Guru SD dan Calon Guru SD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Rakhmawati, Intan Aulia dan Alifia, Nugrahaning Nisa. 2018. "Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Matematika sebagai Penguat Karakter Siswa". Jurnal, 03 Februari.
Ratumanan, T. G.. 2017. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta.
Syafri, Fatrima Santri. 2017. "Ada apa dengan Kecemasan Matematika?". Jurnal, 23 Juni.
Trygu. 2021. Teori Motivasi Abraham H. Maslow dan Implikasinya dalam Belajar Matematika. The First On-Publisher in Indonesia: Guepedia.
Biodata Penulis
Try Gunawan Zebua adalah salah satu penulis yang memiliki nama pena sebagai Trygu. Try Gunawan Zebua aktif menulis buku solo dan antologi, dimana buku solonya sudah berjumlah 7 buah dan buku antologinya 20 buah buku. Try Gunawan Zebua dapat dihubungi melalui SMS/Telp/WA: 081360781116 atau e-mail: trygunawan@rocketmail.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H