Mohon tunggu...
Tryas Munarsyah
Tryas Munarsyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Indonesia itu Mencari Pemuda pencari solusi bukan Pemuda pemaki-maki.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Upaya Pengembangan Sistem Pendidikan Berbasis "Rumah Belajar Impian"

29 November 2016   00:03 Diperbarui: 11 Desember 2016   20:47 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Upaya Pengembangan Sistem Pendidikan Berbasis "Rumah Belajar Impian"dengan Meningkatkan Kemampuan Intelektual dan Softskill Guna Membentuk Lulusan yang Berkarakter dan Berdaya Saing

Sitem pendidikan di Indonesia terkelola dalam dua lembaga pendidikan yakni pendidikan formal yang dan non-formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah berupa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga Perguruan Tinggi   (Kemenakertrans, 2013). Sedangkan pendidikan non-formal merupakan lembaga bimbingan belajar dalam berbagi yang memberikan bimbingan berupa pelajaran akademis dan disesuaikan dengan kurikulm lembaga pendidikan formal milik pemerintah serta dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Dirjen Pendidikan Tinggi, 2016).

Peran Pendidikan dalam Era Globalisasi

Pendidikan baik itu pendidikan formal dan non-formal memiliki peran untuk mencetak produk- produk pendidikan yang nantinya akan bersaing dalam pasar kerja (Mastuti, 2009). Selain itu, pendidikan sering dianggap sebagai sumber utama untuk pembangunan karena melalui pendidikan seseorang dapat menjadi individu yang lebih berkualitas (Putranto dan Mashuri, 2012). Semakin tinggi tingkat pendidikan yang telah ditempuh maka seharusnya semakin berkualitas pula outputatau lulusan yang dihasilkan (Putranto dan Mashuri, 2012).

Salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai ukuran kualitas outputtersebut adalah bagaimana outputini mampu bersaing di dunia kerja dan diharapkan mampu menggerakkan pembangunan nasional (Putranto dan Mashuri, 2012). Sebagai contoh adalah investasi pada pendidikan tinggi yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Korea Selatan dengan tingkat kemajuan yang lebih siginifikan dibandingkan dengan investasi pada pendidikan dasar yang dilakukan di Brazil (Prihatiningsih, dkk., 2013).

Fenomena  Pendidikan di  Indonesia  yang Berakibat Pada Pengangguran Intelektual

Fenomena lulusan lembaga pendidikan baik formal maupun  non-formal dalam berbagai tingkatannya menjadi bahan perbincangan saat ini. Hal ini menjadi sorotan karena para pegiat pendidikan masih belum mampu dan bingung untuk melangkahkan dirinya ke jenjang selanjutnya. Implikasinya adalah sebagian besar lulusan melanjutkan studinya hanya bermodalkan kemauan orang tua, mengikuti trendbudaya masyarakat dan arus perjalanan hidup. Bukan karena pilihan dan perencanan masa depan atas basis kemampuan diri (soft skill) yang dimiliki. 

Akibatnya hal ini berefek domino pada menjamurnya pengangguran intelektual di masyarakat.  Hal ini dapat dilihat melalui data persentasejumlah pengangguran pada tahun 2015 yakni tertinggi ditempati oleh lulusan SMA sebesar 10,32 %, diploma 7,54 %, sarjana 6,40 %, SMP 6,22 %, dan SD ke bawah 2,74 % (BPS, 2015). Selain itu efek lain yang ditimbulkan adalah kurang atau bahkan tidak adanya relevansi ilmu yang didapat dengan dunia kerja yang kini ditempuh sehingga menyebabkan banyaknya produk pendidikan yang kesulitan untuk memasuki dunia kerja (Mastuti, 2009).

Fenomena pendidikan  yang terjadi ini dengan berbagai efeknya, didasarkan pada permasalahan utama yakni perancangan masa depan dan basis multitaskingyang ditunjang dengan kemampuan  soft skill yang masih kurang untuk diajarkan dan dibangun dalam lembaga pendidikan tersebut. Padahal dua hal ini merupakan bagian dari faktor utama yang sangat berpengaruh untuk menghasilkan kualitas lulusan yang dapat bersaing dan berinovasi di masyarakat (Putranto dan Mashuri, 2012).

Pendidikan Manusia Kreatif

Menanggapi fenomena permasalahan pendidikan di atas, menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh semua pihak, baik oleh pemerintah maupun berbagai komponen pendidikan. Karena pendidikan diharapkan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi para lulusannya.  Pendidikan dengan berbagai muatan  sistem  didalamnya  seharusnya  dapat  mendorong dan  mengembangkan peserta  didik  untuk  dapat  berpikir  lebih  kreatif  dan  inovatif  sesuai  dengan   kemampuan yang dimiliki.

Salah satu model pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan keterampilan proses, di mana peserta didik diberikan kebebasan untuk mengadakan pengamatan, pengklasifikasian, penafsiran, penerapan, perencanaan dan penelitian terutama perencanaan masa depan dan kemampuan soft skill yang dimiliki (Suyanto dan Djihad Hisyam, 2000)

Rumah Belajar Impian

Pendidikan formal maupun non-formal yang ada saat ini masih belum mampu mencreatepeserta didiknya sesuai dengan perencanaan masa depan serta basis soft skillyang dimiliki. Olehnya itu, dalam pengembangan Rumah Belajar Impian ini pola atau konsep yang kemudian akan dibangun, dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yakni:

Pertama, sasaran peserta didik. Sasaran ini ditujukan pada siswa Sekolah Dasar (SD) dengan tingkatan kelas yakni kelas 5 dan 6 SD; Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan tingkatan kelas yakni 1, 2 dan 3 serta Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan tingkatan kelas yakni 1,2 dan 3.

Kedua, teknis pendaftaran. Peserta didik  yang kemudian mendaftarkan diri sesuai dengan tingkatan pendidikannya diharuskan membawa serta orang tua. Hal ini bertujuan untuk kesepahaman antara pengelola dan jua orang tua yang bersangkutan.

Ketiga, sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran ini ada dua materi yang bersifat wajib untuk diikuti oleh peserta didik yakni pengetahuan umum dan kemampuan softskillyang diminati. Di mana sistem dan proses pembelajarannya dapat dikemas kedalam beberapa jenis kelas yakni: Kelas Pengetahuan Umum yang materinya disesuaikan dengan kurikulum yang ada di sekolah seperti Matematika, Fisika, Kimia dan lainnya; Kelas Pengembangan Kemampuan Soft Skillyang materinya disesuaikan relevansi perkembangan zaman dan dunia kerja, fasilitas perlengkapan yang dimiliki. serta jumlah dan kemampuan tentor; Kelas Pembuatan Perencanaan Masa Depan dan Inspirasi dengan jenis materi yang diberikan adalah tahapan-tahapan membangun dan meraih mimpi serta cerita-cerita sukses yang menginpisrasi yang dibuat dua kali dalam sebulan pada hari-hari libur dan dikelompokkan beradasarkan kemampuan soft skill; Kelas English Conversationyakni jenis kelas yang dirancang satu hari full dalam satu minggu untuk mengikuti pelajaran dan melakukan diskusi dengan berbahasa inggris baik kalangan tentor/guru atau peserta didik itu sendiri serta Kelas Persiapan Ujian yang ditujukan bagi mereka yang akan menghadapi ujian nasional.

Dalam pelaksanaan sistem pembelajaran yang berdasarkan jenis kelas di atas, maka teknis atau aturan pengajaran yang sebelumnya harus disepakati oleh tentor bersama peserta didik dengan aturan berbasis pendidikan karakter disiplin waktu, doa dan motivasis sebelum dan sesudah pengajaran serta sanksi berupa hafalan surat bagi Muslim dan juga hafalan English Vocabulary bagi mereka yang  datang tidak tepat waktu.

  • Keempat, sistem pembangun kepercayaan diri. Pemilihan soft skill yang diikuti serta pembuatan perencanaan masa depan tidak cukup hanya menjadi coretan tangan belaka, tapi bagaimana kemudian ini menjadi terarah dan dapat bertahan hingga mempunyai modal saing dijenjang pendidikan selanjutnya dan terutama di dunia kerja. Maka kemudian langkah yang dilakukan dengan menerapkan beberapa konsep budaya berupa Budaya Motivasi dan Inspirasi yang dilakukan pada Kelas Perancangan Masa Depan dan Inspirasi dengan teknis yakni menghadirkan pembicara-pembicara handal yang telah sukses dalam dunianya sesuai dengan live mapingdan potensi soft skillnya, bedah video atau film kisah-kisah inspiratif sertasilaturrahim sekaligus berbagi kisah kepada tokoh-tokoh; Budaya Berkompetisiyangdilakukan untuk mengasah kepekaan peserta didik terhadap masalah yang ada di sekitar serta kemampuan yang dimiliki peserta didik. Budaya ini dilakukan melalui seleksi internal Rumah Belajar Impian per 3 bulan sekali untuk mempersiapkan diskala yang lebih tinggi serta Budaya Apresiasi yang dilakukan melalui  piagam penghargaan serta uang pembinaan, dan promosi dari Rumah Belajar Impian atas prestasi didik baik melalui pajangan foto-foto atau kerjasama dengan pemerintah atas prestasi dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.
  • Kelima, penjagaan dan evaluasi sistem.Dalam perencanaan dan pengembangan keberlangsungan Rumah Belajar Impian yang dibuat ini, maka kemudian tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi didalamnya. Untuk menjaga keberlangsungan dan evaluasi sistem yang dibuat, maka perlu dilakukan antisiapsi terhadap faktor-faktor tersebut yakni pada Tentormelalui training konsep pengajaran yakni tentor kemudian akan diberikan materi terkait psikologi pengajaran oleh mereka yang telah ahli, metode pengajaran dan juga konsep serta aturan-aturan pengjaran yang telah dibentuk, training kerohanian yakni tentor dibentuk sikap dan jiwa rohaninya sesuai dengan   kepercayaan   yang   dianut   dengan   tujuan   dalam   proses  pengajarannya nanti dapat para mentor dapat menanamkan nilai-nilai spiritualitas sehingga dapat mereduksi pembentukkan sifat-sifat negatif peserta didik untuk saat ini dan kedepannya, dan training pengembangan soft skill di mana pementor wajib untuk dibangun dan dikembangkan, sehingga para tentor juga mampu memberikan pengajaran dalam berbagai multidisiplin ilmu berdasarkan kompetensi dan soft skill yang dimiliki; orang tua melalui pertemuan per tiga bulan sekali sebagai bahan evaluasi hasil dari peserta didik dan juga para tentor serta  proses pengajaran dari Rumah Belajar Impian ini dan pertemuan dalam kelas perancangan massa dan inspirasi untuk membuka pola pikir para orang tua dengan harapan yang ditanamkan bahwa segala profesi apapun yang kita jalani jika kita berkompeten dan memiliki soft skillyang mumpuni dalam bidangnya masing-masing, maka kita mampu bersaing dan berkompetisi; lingkungan sekitarmelaluli kelas luar lapangan untuk mengetahui masalah riil yang terjadi di masyarakat dan pemerintah melalui kerjasama promosi terhadap peserta didik yang memiliki prestasi dan karya sesuai dengan softskillnya masing-masing untuk ditampilkan dalam berbagai agenda pemerintah.

Konsep Rumah Belajar Impian di atas diharapkan bahwa sistem pendidikan yang terintregrasi ke dalam lembaga bimbingan ini mampu menjadi bahan pertimbangan untuk pendidikan yang lebih baik dan berkualitas.

Catch Your Dream With Your Passion”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun