Mohon tunggu...
Try Yulia Amanda
Try Yulia Amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perempuan

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Manajemen Keuangan terhadap Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

22 November 2021   22:03 Diperbarui: 22 November 2021   22:31 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kehadiran seorang anak merupakan sebuah anugrah yang selalu dinantikan oleh setiap pasangan. Kehadiran seorang anak memberikan warna baru dalam bahtera kehidupan rumah tangga setiap pasangan. Lalu bagaimana jika anak yang terlahir tersebut memiliki kelainan dalam hal fisik maupun psikis, atau yang biasa kita sebut dengan istilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

ABK (anak berkebutuhan Khusus) adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum lainnya.Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Hal yang paling perlu disadari oleh sebuah pasangan ketika mendapati anaknya mengalami kelainan secara fisik maupun psikis adalah bahwa anak tersebut butuh penanganan khusus  sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak, terutama untuk manajemen pendidikan dari anak tersebut. 

Anak dengan kebutuhan khusus bukanlah sebuah aib bagi pasangan maupun keluarga. Oleh karena itu, tulisan ini hendak menjelaskan bagaimana cara memanajemen keuangan seorang anak berkebutuhan khusus, khususnya dalam hal pendidikan dan untuk mendiskusikan tentang bagaimana agar persepsi sebagian besar pasangan terhadap ABK dapat diubah dalam hal mengasuh dan mempersiapkan masa depan seorang anak dengan kebutuhan khusus.  

Menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus dijelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. 

Sunardi dan Sunaryo (2007) menyatakan bahwa orang tua adalah lingkungan terdekat dengan anak, paling mengetahui kebutuhan khususnya, paling berpengaruh, dan paling bertanggung jawab terhadap anaknya, sedangkan fungsi tenaga ahli lebih sebagai konsultan atau salah satu "social support" bagi keberhasilan anaknya. 

Setiap anak mulai belajar melalui lingkungan terdekatnya, terutama melalui kontak dengan ibunya. Selanjutnya melalui kontak dengan ayahnya serta anggota keluarga lainnya, dan baru kemudian secara bertahap belajar melalui lingkungan yang lebih luas. Jika keluarga sebagai start awal sebagai tempat pertama belajar anak sudah tidak mendukung, dikhawatirkan pada tahap berikutnya yang lebih luas anak akan mengalami hambatan, dan hal tersebut dapat berdampak pada perkembangan anak baik potensi maupun psikologis anak.

 Layanan pendidikan juga merupakan satu kajian penting untuk memenuhi kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Program pendidikan khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan unik peserta didik. Seiring perkembangan kajian menyangkut layanan pendidikan yang terbaik bagi anak dengan kebutuhan khusus, maka ada tiga seting belajar yang dirasa tepat bagi mereka. Setting tersebut adalah segregasi, integrasi, dan inklusi. Anak dengan kebutuhan khusus memerlukan suatu situasi atau lingkungan yang 'seminimal mungkin' mengandung tekanan/ancaman bagi proses belajarnya.

Memiliki anak berkebutuhan khusus bukanlah sebuah bencana. Kebutuhan anak dapat dipenuhi jika dapat merencanakan keuangan dengan baik. Berikut adalah cara atau langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam merencanakan keuangan anak berkebutuhan khusus.

  1. Mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai perawatan apa saja yang sebenarnya dibutuhkan si buah hati. Misalnya pengobatan medis, terapi, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

  2. Bergabung dengan komunitas orang tua dengan anak berkebutuhan khusus. Agar orang tua tidak merasa sendirian dan dapat saling memberi informasi

  3. Buat perencanaan Keuangan sejak dini dengan menggunakan informasi yang telah didapatkan dan dikonfirmasi sebagai gambaran berapa biaya yang akan digunakan untuk pengobatan dan seluruh kebutuhan anak. 

  4. Berinvestasi dengan return yang efektif. setelah memiliki perencanaan keuangan, Orang tua harus mulai berinvestasi untuk memenuhi berbagai tujuan keuangan, termasuk biaya pengobatan dan pendidikan anak. 

  5. Hindari biaya yang tidak dibutuhkan. ABK memiliki berbagai kebutuhan dengan biaya yang lebih, sehingga orang tua harus memiliki prioritas yang harus dipenuhi. 

  6. Berpikir positif karena merawat ABK bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan sesuatu yang mustahil. Jika orang tua tetap berpikiran positif, akan selalu ada cara untuk mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi setiap harinya. Tidak perlu berkecil hati jika ada orang lain yang berkata negatif mengenai buah hati tercinta. 

Orang tua dengan anak berkebutuhan khusus harus memberikan perhatian ekstra terhadap anaknya. Memenuhi kebutuhan sesuai yang dibutuhkan mereka baik dari segi moral maupun finansial. Mencintai dan merawat mereka dengan ikhlas tanpa keluhan karena mereka juga salah satu anugerah yang dititipkan kepada kita. 

Dan juga dalam memberikan layanan pendidikan pada anak berkebutuhan Khusus diperlukan berbagai layanan pendidikan dengan pendekatan khusus dan strategi khusus yang harus guru atau pendidik atau calon guru ketahui dan pahami dengan baik. Serta pengelolaan manajemen keuangan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus harus dilakukan dengan baik dan sejak awal karena mereka memiliki kebutuhan finansial yang lebih.

IPB University

Manajemen Sumberdaya Keluarga

Penulis :

Geifira Nur Fatima Azzahra

Hasna Putri Shalihah

Rifky Husaini

Theresya Glorya Padang

Try Yulia Amanda Yonni Putri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun