Mohon tunggu...
Yoshua Reynaldo
Yoshua Reynaldo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang : Kristen, Filsuf Stoa amatir, penikmat sejarah era tengah dan modern, dan manusia yang terbiasa menganalisis dan kritis pada banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Tantangan Bagi Kubu Anti Penggusuran

24 April 2016   16:57 Diperbarui: 24 April 2016   17:11 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah tipikal orang yang membela mental 'miskin' dan 'bodoh', dan mungkin menjadi alasan kenapa 'Pahlawan Kesiangan' dan 'Tong Kosong' ini tidak peduli untuk mengeluarkan mereka dari kemiskinan; Mereka tidak mau orang yang susah itu 'kerja' dan 'sakit', bagi mereka orang yang berpendidikan dan mampu WAJIB membiayai mereka terus-menerus tanpa hasil dengan pajak mereka, tanpa mereka mau memberikan kontribusi balik kepada masyarakat secara keseluruhan. Mereka tampaknya tanpa sadar berpendapat, menyuruh orang yang sudah susah untuk 'kerja' adalah 'jahat'. Padahal dalam budaya kita, self-sacrifice adalah hal yang wajar dan terhormat. Inilah yang sudah luntur dari budaya kita. 

Yang penting satu lagi adalah, Pendidikan bukan HAK ASASI atau HAK warganegara, berbeda dengan konsep itu, PENDIDIKAN adalah KEWAJIBAN. Anda pasti mengetahui Program Wajar 9 tahun, yang mulai sekarang mulai diterapkan Wajar 12 tahun. Lucunya, alasan ngeles di sini sudah tidak ada lagi, bagi orang yang tak mampu. Dalam era Foke, SMA Negeri sudah memberikan kebebasan pendidikan tanpa uang sekolah, hanya biaya pribadi saja, yang disempurnakan di era Jokowi dan Ahok dimana KJP dapat mengcover biaya pribadi siswa dengan anggaran sekitar 18 Juta/Tahun. Jujur saja, saya akui, biaya penelitian saya sekitar 3 Juta/Tahun dan saya tidak perlu keluar uang kalau mengurus KJP ini. Jadi tidak mampu 

Memang ironi yang klasik, dimana orang brengsek yang menggusur dan membulldozer rumah mereka mungkin adalah orang yang secara tidak langsung mungkin memiliki kontribusi yang lebih konkret dibandingkan Kelompok 'Tong Kosong' tersebut dalam kebutuhan vital mereka untuk keluar dari kemiskinan.

Salam.

 

Neotruthseeker (24/4/2016, 4.48 PM)

 

Referensi

Bagheri, Masoumeh. 2012. The Challenge Of Slums : Socio-Economic Disparities. International Journal of Social Science and Humility, Vol. 2, No. 2, hal 410-414.

Fitria, Niken dan Rulli Pratiwi Setiawan. Identifikasi Karakteristik Lingkungan Pemukiman Kumuh di Keluarahan Kapuk, Jakarta Barat. Jurnal Teknik Pomits, Vol. 3, No. 2, hal. C240-C244.

Retno, Eny Kusuma. Pengaruh Pendidikan dan Kemiskinan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Surabaya : UNESA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun