Mohon tunggu...
Yoshua Reynaldo
Yoshua Reynaldo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang : Kristen, Filsuf Stoa amatir, penikmat sejarah era tengah dan modern, dan manusia yang terbiasa menganalisis dan kritis pada banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melodrama Hero

1 Agustus 2014   02:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:44 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilpres sudah berakhir, tampaknya berita tentang Pak Prabowo semakin booming di medsos. Saya buka halaman Facebook, baru Lebaran yang seakan-akan 'menghapus' kasus Prabowo dan MK ini. Saya yakin lebaran adalah salah satu hari yang berharga bagi umat Islam, dan saya jujur, masih lega karena Umat Islam sudah bisa mendengar nuraninya untuk tidak berantem gara-gara pilpres.

Prabowo sudah menggugat KPU atas kecurangan yang ada dalam pemilihan umum.  Barang bukti 10 truk 15 mobil baja 4 bundel kertas yang penuh kesalahan hitung, kopas, dan protokol menjadi senjata andalan pendukungnya untuk memenangkan Prabowo, bahkan pendukung setianya sudah siap bambu runcing di youtube buat mengusung Prabowo ke singgasana kepresidenan.

Tanpa membalas Jokowi, saya akan mempertanyakan etika Prabowo dan cyber squadnya seperti akun blow job, triomacan2000, ratuadil, dan lainnya.

Etika yang dipertanyakan adalah mindset 'Saya pasti menang' Prabowo. Kalau anda lihat, buzzer2 Prabowo di twitter mulai mengatakan 'kecurangan MK' dan 'Ketidaknetralan MK'. Bagi pendukungnya, kalau tidak memenangkan Prabowo, maka, tidak netral.

Dalam hal ini, saya tidak masalah jika Prabowo menggugat ke MK, karena memang sesuai prosedur, tapi menggunakan propaganda 'I'm a victim' bukanlah etika dan sportivitas yang baik, apalagi Prabowo kalah jauh dari suara Jokowi. Kecuali kalau memang hanya beda 0,5% itu masih lazim.

Yang masalah dalam etika Prabowo dan pendukungnya adalah pembentukan opini, yaitu hal yang dituduhkan pada kubu Jokowi soal QC, yang sebenarnya hanya merupakan stetmen pribadi lembaga QC, bukan Jokowi. Dalam hal ini, Prabowo sudah berhasil 'menghipnotis' pengikutnya dalam melodrama 'Hero'. Seperti yang anda tahu, protagonis dalam film Indonesia biasanya, terlampau baik dan antagonis disetankan, hingga membunuh keluarga demi uang.

Kalau anda perhatikan, inilah yang terjadi, KPU, MK, dan Jokowi dijadikan 'tumbal' antagonis, yang dianggap jahat melebihi batas. Bedanya, hanya pendukung fanatik Prabowo yang 'tersihir' seperti ini. Orang yang waras, sudah tahu dari kelakuan Prabowo, moralnya sebenarnya tidak lebih tinggi dari everyday guy.

MK sekarang sudah mulai dinilai tidak netral dan kredibel, yang sebenarnya langkah yang cerdik, karena jika Prabowo dimenangkan MK, maka mereka yang menuduh, tidak akan jatuh, mungkin mereka hanya 'let this one off', dan mengatakan, itu one step bagi MK.

Sedangkan jika MK memenangkan Jokowi, pencitraan, eh maaf, itu kata khusus Jokowi, melodrama Prabowo sebagai Hero akan selalu dikumandangkan.

Hal ini sebenarnya cocok dan baik bagi bangsa ini, yang mengira kita kalah piala ASEAN oleh Malaysia, karena dilaser, dan kita masih menganggap Indonesia 'Juara Dunia' di angan-angan kita.

Demikian juga, bagi pendukung Prabowo, Prabowo akan tetap jadi Hero dan Hercules di hati pendukung fanatiknya dalam melodrama dimana Hero selalu ditindas, tanpa cela dan dosa, dan tentu saja, God-sent, karena saya sudah mendengar pendukung Prabowo yang mulai menuduh semua agama di Indonesia ada dibalik Jokowi untuk menghancurkan agama mayoritas di sini.

Well, sekian dari saya dan balada heroik Prabowo.

Neo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun