Pendidikan adalah suatu pengajaran, penelitian dan pelatihan sekelompok orang untuk mempelajari pengetahuan dan kemampuan yang biasanya diwariskan kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu, pendidikan dianggap sangat penting dalam tatanan kehidupan bersosial bahkan untuk individu itu sendiri.Â
Akan tetapi sangat disayangkan kita masih memiliki berbagai permasalahan di dalamnya. Salah satu dari masalah tersebut adalah kesenjangan gender yang masih berpihak kepada laki-laki saja dan dianggap belum setara dengan perempuan.Â
Menurut Koalisi Perempuan Indonesia kesenjangan gender adalah suatu istilah yang berarah kepada perbedaan-perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam akses ke dan kontrol atas sumber-sumber daya penting, perbedaan dalam pekerjaan dan upah dimana laki-laki menerima lebih banyak dibandingkan perempuan.
Keadaan ini sangat memprihatinkan mengingat bahwa sejatinya pendidikan adalah ranah belajar untuk laki-laki dan perempuan bukan hanya sebelah pihak saja termasuk di Indonesia. Memiliki latar belakang pandangan patriarki yang dimana masyarakat pada umumnya berpikir bahwa laki-laki derajatnya lebih tinggi dibandingkan perempuan. Bahkan tidak terlepas dari pandangan agama islam yang berkembang di Indonesia bahwa memang kedudukan perempuan adalah di bawah laki-laki (Achmad Saeful, 2019)Â
Dalam sistem pendidikan, Guru cenderung menaruh harapan dan perhatian lebih besar kepada murid laki-laki dibanding dengan murid perempuan. Hasil penelitian dari berbagai negara menujukan bahwa guru 3 sampai 8 kali lebih percaya kepada murid laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak mengherankan apabila kemampuan dan kepercayaan diri murid perempuan terus mengalami penurunan seiring berjalannya waktu (Sudrajad, 1994)
Alasan yang paling kuat hal ini bisa terjadi adalah proses pengenalan gender perempuan yang berkewajiban untuk menjadi istri dan melayani suaminya kemudian tidak perlu untuk mencari nafkah karena hanya berakhir di dapur saja.Â
Walaupun demikian, peran Ibu sebagai guru pertama bagi anaknya sangatlah dibutuhkan. Ibu memiliki peran penting sebagai pengajar dan penuntun masa depan anak-anaknya kelak, bukan hanya seorang guru di sekolah. Untuk itu Ibu perlu mendapatkan pendidikan yang sama seperti seorang Ayah.Â
Mengingat perkembangan zaman saat ini, dimana perempuan juga bisa memilih jika ia tidak Ingin menjadi seorang ibu rumah tangga dan hal tersebut bukanlah suatu permasalahan yang besar. Bahkan ia bisa menjadi keduanya dalam satu waktu yang sama.Â
Peningkatan pembelajaran berwawasan gender dalam pendidikan sangat butuh dilanjutkan dalam pendidikan di Indonesia, karena pada sampai saat ini banyak dari masyarakat yang masih melakukan hal tersebut di dalam dunia pendidikan dan ditakutkan dapat mengganggu peningkatan kemampuan anak didik dalam menempuh ilmunya terutama kepada para perempuan yang seharusnya memiliki kesempatan yang sama seperti laki-lakiÂ
Dengan mengedepankan kesetaraan gender dalam dunia pendidikan, peserta didik laki-laki tidak akan merasa dirinya lebih superior daripada perempuan dalam berkiprah di ranah tersebut.Â
Di sisi lain, peserta didik perempuan tidak merasa  dirinya inferior dibandingkan dengan peserta didik laki-laki. Semakin setara antara laki-laki dan perempuan dalam berkiprah di dunia pendidikan, semakin sedikit  tingkat kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam berkiprah di dunia pendidikan.Â
Di sisi lain, semakin setara laki-laki dan perempuan dalam mengaktualisasikan diri di dunia pendidikan, semakin memudahkan mereka dalam mewujudkan pembangunan bangsa yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H