Mohon tunggu...
Truly Pudya Utama
Truly Pudya Utama Mohon Tunggu... -

just wanted to pour ... what I see .. what I heard ... and what I think into written form

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Dari Wacana Naturalisasi dan Fatih Terim

10 Agustus 2010   05:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:10 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

wacana naturalisasi pemain asing dan kontrak pelatih asing yang berkualitas sekelas Fatih Terim akhir-akhir ini mengemuka dalam cabang olahraga paling favorit di negri ini yaitu sepakbola. Sah-sah saja jika pemerintah berupaya melakukan segala cara agar cabang sepakbola bisa tampil di pentas dunia. Tapi dengan cara instan seperti itu kita layak untuk berpikir ulang, apa cara itu akan banyak memberikan hasil.

Naturalisasi pemain asing dikhawatirkan justru kurang akan memberikan hasil karena kurangnya kebanggaan dari sang pemain yang dinaturalisasi untuk membela bangsa yang notabene bukan negara asal sang pemain. Sang Pemain mungkin cuma berpikir tentang uang ketika membela tim nasional kebanggaan kita. Naturalisasi mungkin dapat dipahami jika kondisi sepakbola kita dalam keadaan darurat saja. Apalagi dengan adanya aturan perundangan yang mengatur bahwa seorang pemain sepakbola asing bisa menjadi warga negara indonesia (mengalami proses naturalisasi) jika sang pemain setidaknya sudah menetap di indonesia selama 5 tahun. Memang sih ada masih ada undang-undang Kewarganegaraan No.12 tahun 2006 pasal 20 yang memungkinkan tanpa harus melewati batas minimal menetap 5 tahun seseorang WNA bisa menjadi WNI. Dalam Undang-undang no. 12 tahun 2006 pasal 20 disebutkan : "orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah menperoleh pertimbangan DPR kecuali dengan kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda".

Tapi dengan ada kata "orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia" maka hal itu juga akan menjadi kendala pada saat naturalisasi pemain asing. Juga Wacana mengontrak pelatih sekelas Fatih Terim yang pernah menangani Galatasaray, Fiorentina, AC Milan juga pernah membawa Turki menjadi juara ketiga World Cup 2002 di Jepang dan Korea selatan. Dengan gaji yang sangat tinggi untuk ukuran negri ini hal tersebut layak dikaji kembali.

Sebenarnya yang diperlukan negri yang menduduki peringkat 5 jumlah penduduk terbesar  dunia ini untuk menuju pentas dunia sepakbola adalah pembibitan yang berkesinambungan. Tim nasional yunior kita sebenarnya punya prestasi yang baik setidaknya di kawasan asia. Ini dibuktikan dengan beberapa kali tim nasional pelajar atau yunior berprestasi baik dengan menjuarai kejuaraan asia tersebut atau beberapa kali menjadi Runner up. Begitu juga tim U-12 (maaf kalo salah) pernah menjadi semifinalis kejuaraan dunia (Danone Cup) di negara mode perancis. Artinya secara sumber daya kita sebenarnya bagus, tapi ketika menginjak dewasa  karena jenjang kompetisi tidak ada atau kurang maka skill pemain muda yang bagus tersebut menjadi mentah. Yang pada gilirannya ketika masuk tim nasional senior kemampuan sang pemain muda tidak bertambah.

Juga Pengiriman tim nasional yunior keluar negri untuk mengikuti kompetisi disana  menurut saya mubazir dan hanya buang uang, akan lebih baik jika uang tersebut digunakan untuk menggulirkan kompetisi sepakbola berjenjang dari U-10, U-12, U-14, U-16,U-18,U-20 dan U-23.  Nah Jika kompetisi berjenjang sudah dilakukan maka jika suatu saat PSSI mau mengontrak pelatih sekelas Fatih Terim yang bergaji tinggi tidak akan  mubazir adanya. Bahkan jika PSSI menyewa seorang Vicente del Bosque sekalipun kalau tidak diiringi pembinaan pemain sejak muda hingga dewasa hasilnya akan nol besar. Prestasi sepakbola yang baik dari negara yang maju sepakbolanya berasal dari pembinaan yang baik dari pemain mudanya dan berjenjang bukan dengan cara instan. Mudah-mudahan bermanfaat. Salam kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun