Pandangan saya tertuju kepada salah satu dari mereka. Gelagatnya beda dari yang lain. Pria tersebut bersendawa namun tidak cukup sekali, berulang kali. Bayangan dan pertanyaan muncul di kepala saya. Seberapa seringkah dia menahan lapar. Menunda-nunda untuk makan, hingga lambung pun memberontak tak karuan. Kebutuhan apakah yang harus dipenuhi, hingga lupa akan dirinya sendiri.
Kadang kala memang perlu, melihat sesuatu dan memahami sekeliling untuk mengambil makna dari yang masuk ke dalam indra. Memahami bahwa ada yang tercipta tidak seberuntung manusia lainnya.
Bagi mereka yang terpenting adalah bisa memberikan penyambung kehidupan walaupun dengan rela mengorbankan dirinya sendiri. Istri dan anak-anaknya adalah prioritas utamanya. Saya yakin mereka akan berbohong di depan istri dan anaknya. Bercerita yang menyenangkan dan menutupi yang tidak mengenakkan.
Jadi, sudahkah bersyukur hari ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H