Patriarki merupakan mimpi buruk bagi perempuan bukan hanya di Indonesia melainkan di seluruh dunia. Dimana hak-hak perempuan yang sama-sama sebagai makhluk tuhan senantiasa direndahkan adikuasa dari laki-laki membuat perempuan pada masa lalu merasa tidak berdaya dan hanya sebagai pelengkap di dunia layaknya Hawa (eve) yang menemani adam yang diambil dari tulang rusuk adam
.Menurut Walby, konsep ‘patriarki’ masih sangat diperlukan untuk memahami ketidaksetaraan gender. Ia membangun landasan argumennya dalam keenam postulat berikut, yang ia sebut sebagai enam struktur dasar patriarki, yaitu:
1) Patriarki beroperasi melalui pekerjaan yang dibayar di mana perempuan menghadapi segregasi horisontal dan vertikal yang mengarah secara sistematis dalam sistem pengupahan kapitalisme.
2) Patriarki beroperasi melalui pembagian kerja berdasarkan gender dalam rumah tangga yang memaksa perempuan untuk mengambil tanggung jawab utama untuk pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak, meskipun perempuan sedang dalam pekerjaan penuh-waktu di luar rumah. Perempuan mungkin terjebak dalam pernikahan yang tidak memuaskan karena mereka tidak dapat menemukan pekerjaan yang dibayar dengan baik untuk mendukung diri mereka sendiri dan anak-anak mereka.
3) Perempuan selalu dalam “kerugian budaya” yang mengglorifikasi femininitas, yangmana bila perempuan menolak itu, ia akan mengalami kerugian-kerugian budaya.
4) Hubungan heteroseksual dilihat oleh Walby pada dasarnya patriarkal, meskipun Sylvia Walby berpendapat bahwa perempuan telah mendapat beberapa keuntungan dalam hal ini, misalnya akibat kontrasepsi modern dan liberalisasi aborsi dan perceraian dalam hukum.
5). Patriarki sering ditopang oleh kekerasan laki-laki terhadap perempuan.
6). Patriarki ditopang dan dipelihara dengan baik oleh negara, yang meskipun mungkin ada beberapa reformasi terbatas, seperti kesempatan pendidikan lebih adil dan hukum perceraian lebih mudah yang telah melindungi perempuan terhadap patriarki sampai batas tertentu, tetapi negara tetaplah patriarkis
Memang berdasarkan apa yg disampaikan oleh Walby sebagai seorang Feminist nyata terjadi di dunia ini bahkan banyak kasus yg melibatkan patriarki. Namun pada era modern ini seiring perjuangan R.A Kartini dalam memperjuangkan hak perempuan agar sama dengan laki-laki.
Pada era ini hal ini semakin sulit terlihat bahkan adikuasa dari laki-laki yang tentunya sangat meresahkan kaum hawa karena tidak mau dikekang. Bahkan karena memang nuansa percintaan yang berbeda dengan jaman dahulu dimana laki-laki yang memegang penuh dalam kendali sebuah hubungan sekarang sangat berbeda bahkan perannya terbalik dari jaman dahulu. Budaya yang berbeda mempengaruhi berjalannya hubungan tersebut.
Dimana pada era ini perempuan memegang kendali penuh atas laki-laki bahkan perempuan tidak lagi hanya bisa bekerja disektor domestik melainkan publik yang dapat mengalahkan pendapatan dari seorang laki-laki. Sistem perbudakan yang sebelumnya diterapkan pada perempuan, bahkan sekarang perempuan dapat melakukan hal sebaliknya. Dengan susah payah laki-laki mengejar perempuan tersebut demi sebuah cinta dari seorang perempuan tersebut. Laki-laki rela mengalah dari sektor apapun demi seorang yang ia cintai. Nah dari sini kita bisa melihat perubahan dari sektor budaya dimana perempuan telah mengalahkan ke adi kuasaan laki-laki dan memutuskan rantai patriarki bahkan dalam hubungannya.
Disektor ekonomi pun dapat dilihat tidak banyak terjadi patriarki yang terjadi di sektor publik. Perempuan yang memiliki hak sama dengan laki-laki.
Walaupun berdasarkan data TPAK laki-laki masih unggul dalam sektor publik dimana laki-laki pada Agustus 2018 memiliki 82,69 dan perempuan 51,88 namun jika dilihat dari peningkatannya laki-laki hanya naik 0,18 sedangkan perempuan 0,99 yang ini menurut saya juga dapat disimpulkan bahwa derajat perempuan mulai mengejar laki-laki dan patriarki di era modern ini mulai tidak terlihat.
Di sistem manajemen pun perempuan memegang kendali sehingga pendapatan laki-laki menjadi pendapatan perempuan dan laki-laki hanya bisa meminta sedikit dari hasil jerih payahnya. Dari hal ini saya berpikir apakah masih ada kekuasaan laki-laki yang adi kuasa?. Karena memang kasus perbudakan cinta yang di lakukan oleh perempuan pada era ini hingga sekarang masih sangat banyak dan ini membuktikan bahwa patriarki ada tapi tak se adi kuasa sebelumnya.
Apakah saya setuju dengan patriarki? Jika ditanya demikian saya tentu saja menjawab tidak setuju dan tidak akan setuju karena memang adanya patriarki menyengsarakan kaum hawa. Sehingga laki-laki memiliki kuasa lebih untuk mengatur hidup perempuan dan ini menurut saya juga salah.
Namun yang saya inginkan ada sebuah keseteraan gender dimana derajat perempuan dan laki-laki itu sama. Namun saya juga tidak setuju jika seorang perempuan memperbudak laki-laki agar menuruti apa maunya. Karena dalam sebuah hubungan harus saling mencintai tidak ada yang memperbudak ataupun diperbudak. Sehingga jika ditanya bagaimana pendapat saya tentang patriarki itulah jawabnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H