Budaya populer awalnya hanya diidentifikasikan menjadi dua pengertian, yakni jenis karya inferior atau karya yang sengaja dibuat untuk disukai orang. Sementara dalam versi definisi yang lebih mutakhir, budaya populer dimaknai sebagai kebudayaan yang dibuat oleh orang-orang untuk kepentingan mereka sendiri. Namun, di antara dua rentang pemikiran itu terdapat banyak pergelutan mahzab yang satu sama lain bisa kita pinjam untuk menganalisa entitas-entitas dalam wilayah budaya populer.
Menurut Dominic Strinati, budaya populer atau budaya massa berkembang, terutama sejak dasawarsa 1920-an dan 1930-an, bisa dipandang sebagai salah satu sumber historis dari tema-tema maupun perspektif-perspektif yang berkenaan dengan budaya populer. Perkembangan ini ditandai dengan munculnya sinema dan radio, produksi massal dan konsumsi kebudayaan, bangkitnya fasisme dan kematangan demokrasi liberal di sejumlah negara Barat.
Budaya populer menurut John Fiske dengan sederhana memberikan definisi tentang populer sebagai sesuatu yang diproduksi ’demi rakyat kebanyakan’. Artinya sebuah produk atau karya apapun yang diciptakan untuk kalangan kebanyakan akan sangat tergantung sepenuhnya kepada pemaknaan yang diberikan oleh mereka sehingga tidak semua produk masif industri bisa menjadi bagian dari budaya populer.
Tiktok yang merupakan sebuah aplikasi video pendek yang memungkinkan penggunanya membuat video pendek disertai musik, filter dan beberapa fitur kreatif lainnya. Aplikasi tiktok pada tahun ini juga meraih kesuksesannya. Dimana pengguna tiktok di Indonesia sendiri banyak. Dan merupakan aplikasi populer sekarang.
Adanya tiktok pun dapat mencetak nama-nama terkenal seperti Bowo dan Cimoy yang merupakan artis tiktok yang pernah diundang di stasiun tv swasta. Bahkan tiktok pun merambah ke dunia artis, banyak artis-artis yang bermain tiktok karena memang fitur yang ditawarkan menarik.
Tiktok adalah salah satu budaya populer yang ada di dunia sekarang. Pengguna tiktok pun pada tahun 2019 lebih dari 700 juta pengguna Hal ini membuat tiktok populer bahkan mengalahkan unduhan dari Facebook inc ( Kompas.com ). Penggunanya pun beragam mulai dari anak kecil hingga lansia juga masih eksis dengan aplikasi ini.
Baca Juga: Ramainya Pengguna Aplikasi TikTok di Masa Pandemi
Banyaknya influenzer-influenzer dan artis yang membuat video tiktok membuat penggunanya semakin bertambah juga. Sebagai budaya populer tiktok pun dapat dijadikan konten agar dilihat oleh masyarkat yang menjadi sasaran penikmatnya. Dimana hal itu sudah menjadi konsumsi publik karena memang budaya populer tidak pernah keluar dari kerangka selera massa, kondisi masyarakatlah yang akan membentuk produk kebudayaan populer.
Kebudayaan populer melalui komunikasi massa tidak bisa terlepas dari kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya aplikasi tiktok ini.
Trend seperti tiktok ini sebelumnya sudah ada dengan platform “Musical.ly” sehingga julukan bagi para pengguna tiktok dengan musical.ly sama Namanya yaitu “muser”. Hal ini juga membuat seluruh dunia pun menjadi penikmat aplikasi tersebut karena memang tidak dipungut biaya dalam pengunduhannya serta tidak ada pembatasan umur dalam aplikasi tersebut hal ini yang melatarbelakangi tiktok mulai berkembang di era sekarang.
Tiktok yang merupakan budaya luar masuk dengan mudah ke Indonesia. Dikarenakan semakin majunya teknologi serta cakupan media sosial yang luas. Adanya challenge-challenge yang diviralkan melalui media sosial akan ramai diikuti oleh fans-fans atau orang-orang yang melihat postingan tersebut. Tiktok yang merupakan kapitalisme mengajak orang-orang untuk melakukan challenge-challenge yang diberikan. Hal ini juga mengakibatkan pemasukan bagi sejumlah orang yang terlibat karena mempromosikan aplikasi tersebut.
Dan adanya tiktok sendiri sudah menjadi komoditas dimana sebelumnya tiktok bertujuan untuk senang-senang namun sekarang dapat di komersilkan dan sasarannya adalah anak-anak dan remaja. Mereka yang melihat video tersebut akan merasa kagum dan terpesona dengan orang tersebut.
Dan layaknya artis biasanya ada event meet & greet yang diadakan oleh artis tiktok tersebut. Dan tiktok ini menjadi budaya populer sekarang karena memang peminatnya di Indonesia sendiri banyak. Bahkan dimana yang sebelumnya wanita berjilbab identik dengan menutup diri pada era sekarang banyak hijaber yang bermain tiktok.
Tiktok yang merupakan budaya kapitalisme yang dapat dinikmati oleh semua orang. Dimana lewat challenge-challenge dan fitur yang ditawarkan membuat penggunanya juga semakin banyak. Dan hal ini menjadikan keuntungan bagi prmbuatnya.Hal ini bisa menjadi budaya populer karena khalayak massa melihat apa yang dilakukan orang di tiktok tersebut melalui media sosial hal ini lalu membentuk rasa kagum pada seseorang tersebut.
Dan hal ini memotivasinya untuk melakukan challenge tersebut dan hal itu berlanjut terus hingga akhirnya nanti menemukan challenge-challenge baru. Karena memang budaya kapitalisme kitadiajak terus dan terus menikmati apa yang ada di tiktok dan fitur yang ada.
Tiktok yang merupakan sarana untuk melihat cewek-cewek cantik ataupun cowok-cowok ganteng membuat peminatnya pun semakin menjadi-jadi. Tiktok yang merupakan budaya populer yang menjadi konsumsi massa sekarang membuat tiktok dijadikan ajang untuk panjat sosial. Hal ini di karenakan memang tujuan pengguna tersebut mencari sensasi yang kemudian dijual ke publik melalui media sosialnya sehingga dia mendapatkan follower banyak.
Dan biasanya sensasi yang dijual dan disuguhkan kepada publik adalah hal-hal yang sedikit mengandung unsur pornografi didalamnya dan biasanya pelakunya adalah perempuan. Dimana biasanya perempuan-perempuan tersebut menggunakan kemolekan tubuhnya untuk mencari perhatian dari laki-laki, hal ini bertujuan mencari follower bagi yang melihat videonya. Sehingga jika followernya banyak akan mendapatkan endorsement dari suatu produk yang kemudian dia mendapat fee dari endorsement tersebut. Hal itu juga semakin banyak di tiru. Sehingga hal ini menjadi konsumsi public yang kemudian dapat dikomoditaskan.
Baca Juga: "TikTok Do Your Magic", Apakah Benar TikTok Memberi Keajaiban?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H