Dalam merencanakan digital campaign, tentu kita membutuhkan data pendukung untuk pengambilan keputusan, data itu bisa berupa data lampau, hingga data yang masih baru dan tahap prediksi analisis, sehingga beberapa keahlian berperan didalamnya, mari kita bahas.
Analisa Data
Pertama-tama lakukan data mining di domo, monkeylearn dan brightdata, hasil yang saya peroleh adalah beberapa hal ini, untuk tahap datamining bisa konsultasikan dulu terhadap,provider penyedia SAAS tersebut, berapakah harga layanan untuk monitoring media social atau capturing data tentang behavior user internet untuk setiap negara.
Atau bisa juga dengan membuat tools data mining menggunakan tensorflow python, scikit learn dan melakukan visualisasi data menggunakan pandas dan numpy lalu menganalisanya, tentu hal ini membutuhkan resource dan skill mengenai pemrograman python, ilmu data (statistik, aljaba linear, probabilistik dll), juga konfigurasi cloud server.
Pada process capturing, biasanya akan berbeda-beda hasilnya dari waktu ke waktu, contoh yang saya capture ini pada Kamis, 7 April 2022, karena biasanya beda perilaku, beda trend dan juga peningkatan minat terhadap platform dari masing-masing media sosial, untuk ini sampel saya adalah : Twitter, Linkedin, Facebook, Instagram dan Tiktok, kita langsung ke data visualisasi aja ya...
Sekali lagi, dataset yang digunakan adalah pada 7 April 2022
Data Visualisasi
Didapati Major Intersection Berupa aktivitas umum netizen +62 yang selalu ada di 5 platform :
1. pro-kontra pemerintahan
2. darurat membaca
3. buat polling
4. Reshare kasus viral (info kasus kehilangan kasus penipuan, kasus pelecehan seksual, kasus kekerasan).
5. promo usaha
6. tutorial
7. hoax
Word Cloud
Beberapa kalimat popular yang sering tercapture warganet +62di 5 platform :
1. Tiktok
2. Twitter
3. Facebook
4. Linkedin
5. Instagram
Analisa Data TEXT Spreading
Sebaran viral berupa text seringkali terjadi di Twitter dan Facebook. User di ke-2 platform ini seringkali melakukan repost dan saling mengomentari. Disusul pengguna Linkedin, warga +62yang biasanya ceplas ceplos di twitter, ig dan Facebook.
Seringkali menggunakan materi berupa teks yang di repost dan memberikan pandangannya yang berkaitan dengan karir dan petuah bijak. Sedangkan di Instagram dan Tiktok, dikarenakan jenis postnya berupa video atau image, maka sebaran text jarang langsung dipost, lebih sering di repost lalu dikomentari melalui aksi-aksi yang divideokan.
Analisa Data Video Spreading
Sebaran viral berupa Video paling banyak terjadi di tiktok, karena memang konten utamanya berupa video, di susul instagram. Kedua platform ini sering mengkampanyekan suatu produk disertai gerakan-gerakan komunikasi tubuh yang divideokan dengan backsound yang dire-arrange dan dari sana juga backsound lagu-lagu lama yang arrangement menjadi viral.
Tipe campaign berupa storytelling sangat efektif di tiktok, terlebih jika dikemas sesuai fenomena yang sedang viral.
Analisa Data Image / Screenshot Spreading
Sebaran viral berupa image dan screenshot cukup kompetitif dan tidak terlalu banyak diminati. Sering terjadi di twitter dan Facebook yang umumnya adalah status atau twit yang dikomentari.
Begitupun di instagram, karena banyaknya quote baik itu dari pemikiran sendiri, dari googling, dari twitter atau Facebook di repost dengan ilustrasi yang menarik lalu di post ulang di akun ig seseorang.
Sedangkan di Linkedin, sebaran yang berupa image atau screenshot seringkali dijadikan komentar atau bahan motivasi yang berkaitan tentang karir, sosial dan hubungan personal.
Analisa Data Berupa Link Spreading atau tautan
Data yang di grab untuk spreading berupa link tidak bisa di capture dengan baik, dikarenakan terlalu banyak hal random terjadi. Seperti link yang di share di suatu sosmed, dimana postingan seringkali berupa clickbait, ditambah lagi komentar dari netizen yang tidak match dengan isi berita, maka tidak heran juga jika terdapat capture behavior (perhatikan gambar wordcloud dan behavior) yaitu "Darurat Membaca". Sehingga sebaran viral berupa link, tidak bisa disimpulkan dengan normal.
Analisa Data Pengguna platform TIKTOK dan Instagram
Ke 5 platform ini memiliki keunggulan dan karakteristik masing-masing, dari pengamatan ini didapatkan bahwa :Tiktok seringkali cocok dan efektif digunakan untuk promo usaha, usaha disini yang dimaksudkan adalah UMKM bagi pengguna internet itu sendiri. Instagram, paling banyak digunakan untuk Endorse, meskipun di tiktok demikian, namun Instagram lebih merata, terkadang user dengan follower sedikitpun tetap melakukan endorse baik hanya dengan pembayaran nominal kecil atau membantu promosi rekanannya atau user lain.
Analisa Data Pengguna platform Twitter
Twitter adalah platform yang paling banyak digunakan untuk membentuk persepsi dan menjadi corong bagi sebuah pergerakan baik pergerakan ormas, LSM atau kalangan grass root Di Indonesia, kasus yang berkaitan memperjuangkan hak dan keadilan sangatlah efektif.
Bahkan di skala International, pergerakan BlackLiveMatter berhasil mendapat hati netizen twitter diseluruh dunia. Jika belajar dari kasus movement BlackLiveMatter, produk kecantikan L'oreal Paris yang pernah mensponsori pergerakan ini.
Dalam hitungan kurang dari 10 hari, produk tersebut mendapat tempat dihati para SJW. Dengan perasaan dan semangat dukungan, para SJW ini, mereka ramai-ramai membeli produk L'oreal Paris.
Analisa Data Pengguna platform Facebook
Group di Facebook, menjadi tempat diskusi dan membangun komunitas, meskipun tidak melahirkan suatu pergerakan yang kompak, namun jika mengiklankan suatu produk yang menyasar group atau komunitas di Facebook, yang sesuai profil bisnis, akan mudah mendapatkan calon pembeli, terdapat sentimen 'gengsi' dan pembelian berantai diantara komunitas yang sering mengadakan acara kopi darat.
Analisa Data Pengguna platform Linkedin
Linkedin sangatlah efektif untuk membentuk personal branding dan branding perusahaan, untuk mengkampanyekan suatu Brand di Linkedin akan lebih efektif dimulai dengan branding CEO, CTO atau COO nya.
Yang selanjutnya disusul dengan informasi webinar atau workshop online yang diadakan suatu company secara gratis. Dan mulai dengan iklan lowongan pekerjaan yang massive, termasuk cara membuat CV bagi para jobseeker
Konklusi :
Untuk menjalankan campaign kilat, dimana campaign ini bersifat mengejutkan dan menciptakan effect FOMO, namun juga efektif untuk brand awareness dapat mengikuti marketing funnel melalui lintas 5 platform ini, yang caranya...
1. Membuka lowongan pekerjaan dengan promote di Linkedin untuk eksistensi dan identitas perusahaan, mau dilanjut di glints atau kalibrr juga boleh banget.
2. Gunakan Daily Vlog beberapa seleb tiktok yang bertemu CEO suatu perusahaan dengan narasi yang mengagumkan (Branding CEO perusahaan sangatlah dianjurkan, berkaca pada Elon Musk-Tesla, William Tanuwidjaya - Tokopedia, Ahmad Zaki - ex CEO Bukalapak dll) daily vlog ini bisa juga untuk materi di tiktok ads atau sekedar, posting di beberapa akun seleb tiktok secara hampir bersamaan dengan narasi yang saling membangun satu sama lain.
Jangan lupakan juga ads di tiktok dengan konsep storytelling tentang produk kamu, contoh jika produkmu adalah suplemen kesehatan, buatkan iklan storytelling tentang betapa pentingnya, suplemen buat tubuh kamu, akan lebih menarik jika dengan animasi, atau konsep iklan yang komedi dramatik.
3. Lakukan Endorsement product di influencer IG yang sesuai dengan karakteristik pasar produkmu, contoh : Joe Taslim untuk produk olahraga atau suplemen kesehatan, tentunya jalankan IG Ads dari panel Facebook.com/adsmanager
4. Endorse juga komunitas/group di FB yang sesuai dengan pasar produkmu, contoh : komunitas gym atau beladiri jika produkmu suplemen kesehatan, tentunya FB Ads juga harus dijalankanÂ
(Khusus FB dan IG Ads, akan lebih menguntungkan apabila diintegrasikan dengan CPAS, untuk konversi penjualan ke Marketplace)
Dari semua kesimpulan diatas, rencana yang paling cocok diterapkan adalah, memakai jasa buzzer termasuk buzzer (tidak disarankan memakai jasa buzzer pemerintah) menurut pengamatan, sesuatu yang BUZZ di twitter selama kurang dari 15 menit akan tetap mendapat sentimen netral bagi Netizen di twitter
Selama itu pula lakukan Advertorial, Daily Vlog tiktok, Endorse influencer IG, komunitas di Facebook dan eksistensi company di Linkedin harus bersamaan "merajalela", karena saat netizen yang terkena dampak BUZZ di twitter, mereka akan melakukan cross check by googling ataupun ke platform lain.
yang perlahan akan membentuk sentimen positif bagi setiap penggunanya.
Supaya lebih valid, lakukan Advertorial berupa liputan terhadap suatu product, dengan jenis review, press release sampai survey jenis product yang dikemas dengan model pemberitaan
di situs media online, seperti :
- Thejakartapost,wartaekonomi,tempo untuk interview CEO perusahaan
- Katadata dan bisnis.com untuk survey dan data jurnalistik
- Detik health dan kompas health sebagai contoh, apabila produkmu menjual suplemen kesehatan
- Techinasia dan dailysocial apabila model bisnismu startup kesehatan
Karena dengan advertorial akan menjadi jawaban yang mendukung, saat netizen mencari jawaban dengan google search dengan kata kunci (nama brand, nama produk, nama CEO) ketika netizen ragu tentang BUZZ atau kejadian yang viral atas suatu produk, suatu badan usaha bahkan mulai terkenalnya seorang pendiri perusahaan, metode buzz di twitter ini pernah
dipakai salah satunya oleh BUKALAPAK saat pertama kali IPO.
Dimana effect FOMO benar-benar terjadi, bahkan banyak netizen sampai terkesan buru-buru beli sahamnya, hingga kini saat artikel ini ditulis ramai tagar #SkinCarenyaLunaMaya di twitter yang mengkampanyekan bahwa cantik itu tidak harus putih karena cantik itu #CerahBukanPutih dan dengan #SkinCarenyaLunaMaya menghadirkan solusi kecantikan buat kamu, artikel ini juga tidak di sponsori luna ya hahaha, hanya saja memperkuat hasil analisa saya, bahwa buzz memang akan efektif, namun tetap saja dibutuhkan
elemen-elemen pendukung campaignnya seperti :
Advertorial, Endorse atau paid promote, Vlog, ads, storytelling dan akan lebih baik jika didukung dengan informasi di Wikipedia
Penutup
Ini hanyalah aktivitas saya sebagai Digital Marketing, SEO Specialist Digital Strategiest Online research dan software house yang melakukan rencana Digital Campaign dengan data-data pendukung dari hasil data mining dan pengamatan fenomena viral yang pernah terjadi.
Jika bagi pembaca cukup menarik, boleh diadaptasi dan jika punya ide lebih menarik, silahkan di improve dan di modifikasi, semoga berhasil !!
Note : Artikel ini tidak disponsori oleh produk-produk yang disebutkan dalam konten ini.
Sumber artikel : https://www.creativauz.net/news/data-mining-visualisasi-dan-analisa-untuk-strategi-iklan-digital
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H