Mohon tunggu...
Creativauz
Creativauz Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Blogger

Jasa SEO dan digital marketing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teror Bangku Kereta Api Nomor 13

29 November 2014   22:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:30 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kami tiba di stasiun, kereta hampir saja berangkat. Karena takut ketinggalan kereta aku pun menaikkan Andi terlebih dahulu kemudian aku turun lagi untuk membawa koper yang kutitipkan pada seorang penjual makanan yang menunggu di depan pintu masuk gerbong lima kereta ini. Sementara itu Andi ku suruh mencari tempat duduk nomor 13 dan 14 yang telah kami pesan. Saat itu para penumpang masuk secara berdesakkan, mungkin mereka juga tak ingin ketinggalan kereta. Bahkan ketika aku ingin masuk, hampir saja aku terdorong keluar oleh penumpang lain yang juga turut berdesak-desakkan. Dan sesampainya di dalam kereta aku mencari-cari Andi dan tidak menemukannya.”

“Oh begitu”, ujar kondektur manggut-manggut. “Ehm begini saja nyonya. Sekarang saya akan mencari anak nyonya dan nyonya silahkan tunggu di sini. Oh ya apakah nyonya yakin kalau anak nyonya sudah masuk ke dalam kereta ini?”, Tanya pak kondektur.

“Saya yakin pak. Anak saya tak mungkin keluar lagi, karena ketika kami masuk, para penumpang yang lain juga masuk bahkan hingga berdesak-desakkan sehingga tak mungkin ia bisa keluar.”, jelas nyonya itu.

“Oh ya, bagaimana ciri-ciri anak nyonya?”

“Hmm…anak saya memakai baju kemeja warna biru laut dan celana pendek warna hitam. Umurnya 10 tahun dan tingginya sekitar 150 cm. Ia berkaca mata dan rambutnya hitam lurus.”, jawab nyonya itu.

“Ya…cukup jelas, kami pasti menemukannya”, ujar sang kondektur meyakinkan nyonya itu.

Lima menit telah berlalu, namun si kondektur tadi tak juga kembali. Nyonya itu nampak masih gelisah sejak tadi, wajahnya memerah dipenuhi sejuta penyesalan.

“Maaf nyonya, mau permen?”, ujarku seraya menyodorkan lima bungkus permen cokelat yang tadi kubeli dari pedagang kaki lima.

“Hmm maaf…terima kasih”, ujarnya menolak.

“Tenang saja nyonya, tak perlu terlalu gelisah. Anak nyonya pasti ditemukan, mungkin saja dia tadi bingung dan tersesat di gerbong lain. Kereta ini kan hanya terdiri dari beberapa gerbong dan anak nyonya tak mungkin akan jauh-jauh pula dari sini’, ujarku mencoba menenangkannya.

“Oh ya, tujuan nyonya mau kemana?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun