Mohon tunggu...
Agung Budi Santoso
Agung Budi Santoso Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan teknik dan penulis lepas tinggal di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Engineering consultant, content creator, and traveler.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyikapi Perbedaan Kurikulum Pendidikan Setingkat SMA dan SMK

22 November 2017   17:30 Diperbarui: 22 November 2017   18:21 4182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://listrik.smkn1trenggalek.net/wp-content/uploads/2017/03/IMG_20170301_114200_HDR-300x225.jpg

Di dalam Pembukaan UUD 1945 tertulis bahwa salah satu tujuan dari pemerintah kita adalah "mencerdaskan kehidupan bangsa". Nah, kementrian yang cocok dalam urusan ini tentu Kementrian Pendidikan Nasional atau Departemen Pendidikan Nasional. Di negara kita sudah ada beberapa jenjang pendidikan dari mulai Paud sampai ke Perguruan Tinggi. Menyikapi kurikulum pendidikan menengah yaitu yang setara dengan SMA dan SMK kita akan dihadapkan pada sarana dan prasarana yang berbeda.

Sekolah Menengah Atas mungkin tidak akan memiliki mata pelajaran dalam kategori mapel produktif. Sebagai contoh SMK jurusan listrik tentu tidak sekedar belajar ilmu fisika secara umum. Namun untuk SMA ada mata pelajaran ilmu fisika (IPA) yang tidak sekedar mempelajari tentang fisika listrik. Ilmu fisika yang dipelajari di tingkat SMA lebih luas. Laboratoriumnya pun akan berbeda. Untuk SMA cukup satu laboratorium IPA, namun untuk SMK jurusan listrik akan memiliki laboratorium lebih dari satu. Bisa jadi untuk satu jurusan listrik ada laboratorium instalasi, laboratorium konversi energi, atau laboratorium yang lain yang berkaitan dengan disiplin ilmu listrik.

Dari sini dapat kita lihat bahwa kebutuhan sarana dan prasarana di SMK akan lebih mahal dibanding SMA. Belum lagi koleksi buku-buku di perpustakaan akan sangat berbeda untuk tingkat SMA dan SMK. Secara umum lulusan SMK memang dipersiapkan untuk menjadi tenaga yang terampil sesuai dengan jurusan yang telah dipilih. Sedangkan SMA bisa jadi setelah lulus akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Jadi jika Anda adalah orang tua yang memiliki putra dan putri di SMK, memang harapannya setelah lulus dapat langsung bisa bekerja sesuai disiplin ilmunya. Berbeda dengan SMA, lulusan setingkat SMA diharapkan bisa melanjutkan lagi ke jenjang perguruan tinggi. Pendidikan setingkat SMA kemampuan akademiknya akan terus diasah sampai benar-benar tuntas. Sedang SMK akan dipersiapkan untuk menjadi tenaga terampil dan memiliki soft skill yang siap dipakai di dunia kerja. Namun di sini bukan berarti pendidikan SMA jika lulus tidak memiliki soft skill. Untuk tingkat SMA mungkin soft skill di bidang kepenulisan atau bidang kesenian atau kemampuan bahasa asing akan lebih menonjol dibanding yang lulusan SMK.

http://listrik.smkn1trenggalek.net/wp-content/uploads/2017/03/IMG_20170301_114200_HDR-300x225.jpg
http://listrik.smkn1trenggalek.net/wp-content/uploads/2017/03/IMG_20170301_114200_HDR-300x225.jpg
Berkaitan dengan biaya pendidikan anak SMA porsi praktikum tidak terlalu banyak dibanding anak SMK. Berangkat dari sini jika ingin bersekolah di SMK ya paling tidak harus ada dana untuk biaya praktikum. Atau membeli seragam ekstra di luar seragam olah raga. Dan anak SMK untuk tahun kedua atau ketiga biasanya ada kegiatan magang di dunia usaha / dunia industri. Sedang anak SMA tidak ada kurikulum magang, paling untuk tahun ketiga mereka harus bisa membuat karya tulis ilmiah sebelum menghadapi ujian nasional.

Lalu kesimpulan apa yang dapat diambil ? Ya, singkatnya jika masih ingin studi lanjut ke perguruan tinggi pilihlah pendidikan di SMA. Tapi, jika ingin langsung bekerja di dunia usaha atau dunia industri ya pilihlah pendidikan di SMK. Walaupun anak-anak lulusan SMK juga bisa studi lanjut di perguruan tinggi jika tidak ada kendala di bidang finansial. Begitu juga anak SMA jika ingin bekerja setelah lulus ya paling tidak up grade dulu soft skilldi BLK (Balai Latihan Kerja) atau Lembaga Kursus. Supaya ketrampilannya bisa setara dengan anak yang lulus SMK. Namun dari semua yang sudah saya tulis ini juga kembali lagi kepada peserta didik dan guru yang telah mendidik serta memberinya soft skill. Karena tulisan yang saya tulis ini hanya bersifat opini, bukan dari hasil penelitian atau riset yang mendalam mengenai perbedaan kurikulum di tingkat SMA dan SMK.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun